Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, November 19, 2017

HAMBA YANG BAIK DAN SETIA !

Ada banyak orang di dunia ini yang menerima tugas dengan hati tulus dan setia.  Hal itu akan tampak dalam pelaksanaan tugas mereka setiap hari. Jika mereka itu guru atau pegawai, mereka tampak disiplin dalam hal waktu, tidak menunda pekerjaan, serius, bertekun, tidak menuntut banyak bahkan mereka bekerja dengan banyak pengorbanan. Kita sering mendengar akan ungkapan kata-kata tulus dari yang terucap dari mulut mereka, seperti misalnya: “tunjukkan kebaikan dan kesetiaan sekarang ini, karena setiap pengorbanan pasti ada berkatnya”. “Selama masih ada kesempatan untuk berbuat baik, lakukan saja dengan tulus”, dll. Dalam kenyataannya kita bisa melihat berkat-berkat yang mereka terima. Ada banyak sukacita dan kedamaian, ada banyak rejeki dan pelbagai pertolongan lain yang mereka dapatkan.

Tuhan Yesus hari ini menyampaikan perumpamaan tentang bagaimana menjadi hamba yang baik dan setia. Mereka mendapatkan kredit berupa talenta yang harus dikembangkan untuk kemajuan usaha tuannya. Kredit itu diberikan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dalam mengelolanya. Hamba yang menerima kredit lima dan dua menjalankannya dengan baik. Keduanya dipuji sebagai hamba yang baik dan setia. Sebagai hadiahnya mereka boleh mengambil bagian untuk hidup bersama dalam Kerajaan tuannya dan menerima kepercayaan lebih besar lagi. Sedangkan hamba yang menerima kredit satu talenta gagal melaksanakan tugasnya karena berpikir negatip tentang sifat tuannya yang keras, tukang marah dll. Hasil akhirnya dia dihukum. Segala yang ada padanya diambil dan ia hidup dalam kemiskinan (Mat 25:14-30)

Dengan perumpamaan ini Yesus mengajarkan kita agar menjadi orang-orang yang aktip dalam mengambil bagian memajukan Kerajaan-Nya. Kerajaan Allah yang utama itu ada dalam keluarga kita masing-masing. Dalam keluarga pasti ada ayah, ibu dan anak serta pembantu. Setiap orang dalam keluarga pasti punya tugas yang harus dikerjakan dan dikembangkan untuk membuat keluarga itu boleh menikmati kesejahteraan lahir dan batin, hidup aman dan damai, sukses dan bisa mencapai cita-cita lebih tinggi lagi. Kerajaan Allah yang lain yaitu tugas kita di kelompok, RT-RW, desa dan kelurahan, di kantor, di sekolah sesuai peran masing-masing. Tuhan ingin melihat kita menjadi hamba yang baik dan setia di tempat-tempat itu. Kebaikan dan kesetiaan yang kita taburkan di tempat-tempat itu akan dinilai sebagai berkat yang membuat hidup kita lebih baik lagi.

Kitab Amsal dalam bacaan pertama membuat perbandingan kebaikan dan kesetiaan tentang Kerajaan Allah dalam keluarga itu seperti seorang istri yang baik, cakap, yang nilainya lebih dari pada permata. Istri yang baik dipuji karena mereka ringan tangan dalam bekerja, dalam memelihara keluarga, dalam menolong suami dsb. Istri menjadi permata, tokoh utama dalam keluarga karena hampir 80% tugas dalam rumah tangga itu dikerjakan oleh mereka (Ams 31:10-13.19-20.30-31). Pemain utama yang memajukan keluarga Kerajaan Allah adalah ibu – istri. Kalau mereka dapat memainkan peran itu dengan baik maka berkat-berkat Allah akan tercurah bagaikan hujan yang tak pernah berhenti. Berkat-berkat itu akan mengalir pada suami dan anak-anak.

Keluarga itu lingkup yang paling kecil dari Kerajaan Allah. Jika kita setia melayani dalam lingkup yang kecil itu, maka akan ada banyak talenta lain yang disiapkan Tuhan bagi kita. Percayalah !    


Selasa, November 07, 2017

ALLAH MEMANGGIL SEMUA KARENA KASIH !

Dalam buku berjudul “Dekat dengan Yohanes Paulus II” karya Wlodzimiers Redzioch, salah seorang Kardinal yang diwawancarai bernama Mgr. Emery Kabongo dari Zaire. Beliau adalah salah seorang sekretaris pribadi kedua dari Paus Yohanes Paulus II. Ketika beliau ditanya: Gereja memaklumkan para beato dan para santo untuk menunjukkan kepada kaum beriman model-model hidup Kristani….dan bagaimana pendapatnya tentang Paus Yohanes Paulus II? Mgr Emery menjawab: Yohanes Paulus II adalah sebuah model bagaimana menghayati Kerahiman. Beliau menghadapi semua masalah bahkan yang paling pelik sekalipun, dengan semangat Kerahiman Ilahi. Apa pendasaran beliau untuk memberi kesaksian seperti itu tentang Paus ini?

Ia melihat Paus Yohanes Paulus II seperti perumpamaan Yesus yang berbicara tentang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya…….tetapi tidak dihadiri seorangpun. Kemudian raja itu mengutus hamba-hambanya mengundang semua orang yang ada di jalan-jalan untuk mengikuti perjamuan tersebut…Bapa di surga telah mempersiapkan bagi kita sejak awal sebuah perjamuan karena Bapa menginginkan keselamatan kita. Yohanes Paulus II adalah seperti hamba dari raja yang pergi ke jalan-jalan dunia untuk mengundang orang ke perjamuan Allah (Luk 14:15-24).

Allah memanggil semua karena kasih. Kasih-Nya tanpa pandang bulu. Siapa saja dipanggil Allah untuk diselamatkan. Namun sayangnya mereka yang dipanggil itu ada yang tidak mengenakan pakaian pesta. Tidak mengenakan pesta berarti orang yang diundang itu tidak memiliki kasih sehingga ia dibuang keluar. Kerajaan Allah itu kerajaan kasih. Yang masuk ke sana adalah orang yang hidup dalam kasih dan telah mempraktekkan kasih. Ada tiga kebajikan Ilahi yang kita miliki dan pelihara untuk mencapai hidup kekal yaitu: iman, harap dan kasih. Namun yang paling besar dari antaranya adalah kasih. Kasih itu mencapai kesempurnaannya ketika kita masuk dalam Kerajaan Kasih-Nya.

Meskipun dalam hidup kristiani ini, kita berbeda dalam banyak hal termasuk perbedaan dalam karunia-karunia namun kita dipanggil untuk menjadi satu tubuh di mana Kristus menjadi Kepalanya. Dasar dan tujuan kita dipanggil dan dipersatukan menjadi satu tubuh tidak lain agar kita dapat mewujudkan tiga kebajikan Ilahi dalam kebersamaan yang membuat kita semakin kaya  di dalamnya: kaya dalam iman, harap dan kasih. Allah memanggil kita karena kasih. Ia ingin mempersatukan kita dalam kasih-Nya yang sempurna setelah kita hidup dalam iman akan Dia dengan penuh pengharapan.



Santu Paulus mendorong jemaat Roma (12:5-16a) agar memelihara karunia-karunia yang berbeda dalam persatuan kasih dengan Kristus sebagai Kepalanya. Karunia-karunia itu berasal dari Allah, terarah kepada Allah agar dipersatukan dengan Allah sendiri dalam persatuan yang sempurna, hidup dalam perjamuan kasih bersama-Nya.   



     





  


Senin, November 06, 2017

MEMPERKAYA YANG MISKIN !  

Kita mengenal banyak kongregasi yang bekerja untuk mengasuh dan menyelamatkan sama saudara kita yang “disable” – atau dikenal dengan istilah “difable”. Antara lain: kongregasi yang didirikan oleh Mother Theresa dari Calcutta; MOP (Mission Of the Poor) dengan panti cacatnya di Labuan Bajo dan juga di tempat lainnya, Kottongne  di Korea yang juga sudah membuka cabangnya di Labuan Bajo; KSSY dengan para tuna rungu dan cacat lainnya di Ruteng dan Medan dan juga tempat lainnya; ALMA dengan pantinya yang besar di Malang; SSpS, melalui Sr. Virgula, dengan karya khusus mendirikan Rumah Sakit St. Damian dan pasti banyak kongregasi lainnya di dunia. Mereka ini sungguh berkarya tanpa menuntut balas dari mereka yang diasuhnya selain memperkaya mereka dengan banyak keterampilan dan ilmu pengetahuan agar menjadi orang-orang yang bisa mencitai dan membantu dirinya sendiri.

Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa secara jasmani dan rohani keturunan mereka jatuh miskin. Miskin karena kehilangan firdaus dengan segala kekayaan yang telah disediakan bagi kesejateraan lahir dan batinnya. Namun karena belaskasih-Nya yang amat besar, Allah mengutus Yesus Kristus untuk menyalamatkan manusia, maka kekayaan yang telah hilang itu didapatkan kembali. Dengan percaya kepada Kristus, semua yang percaya mendapat jaminan menjadi ahli waris Kerajaan Allah, dapat memiliki segala yang disediakan Allah bagi anak-anak-Nya. Yesus datang untuk memperkaya manusia yang miskin akibat dosa.

Dalam Injil hari ini Yesus mengajar orang Farisi yang mengundang-Nya makan: “Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” (Luk 14:13-14). Tuhan Yesus datang menyelamatkan manusia yang miskin karena dosa tanpa menuntut imbalan apa-apa dari kita. Tuhan melakukan itu atas nama cinta-Nya yang tak pernah berkesudahan, tanpa jasa kita, tetapi sungguh karena cinta-Nya yang melampaui segala pengertian dan perasaan kita. Tujuannya cuma satu agar kita selamat dan mendapat kembali hidup kekal yang telah hilang. Kalau kita menjadi pengikut-Nya Dia meminta kita juga melakukan hal yang sama, yakni mewujudkan cinta tanpa menuntut balasan. Orang-orang yang tidak bisa membalas perbuatan baik kita itu adalah orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.

Melalui suratnya kepada jemaat di Roma 11:29-36, Paulus menggarisbawahi kebaikan Allah dengan mengatakan: “Allah tak pernah menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya”. Kita mendapat kemurahan karena ketidaktaatan Israel, bangsa plihan-Nya. Ia menunjukkan kemurahan-Nya bukan karena kita baik dan taat pada-Nya tetapi justru sebaliknya. Sebab sejak semula Allah mencintai manusia ciptaan-Nya lebih dari segala sesuatu. Ia bukan hanya memilih mengutus para nabi tetapi Ia sendiri menjelma menjadi manusia, mau menderita guna menebus kita dari dosa, dengan cara yang tak masuk akal. Namun dari situ kita tahu bahwa kasih Allah itu tak terbatas. Dengan pengajaran-Nya di atas, kita tahu bagaimana lebar dan luasnya, tinggi dan rendahnya kasih Allah kepada umat manusia. Melalui kekurangan dan kelemahan kita, Ia justru memperkaya kita, melalui dosa Ia justru memberi kita kasih karunia. Dalam kemiskinan kita Ia menjadikan kita sebagai ahli waris-Nya. Maka berbahagialah semua orang yang percaya kepada-Nya dan yang bekerja bagi yang cacat, buta, lumpuh dll.



     


Minggu, November 05, 2017

HANYA SATU PEMIMPINMU !

Beberapa hari lalu Paus Fransiskus dalam homilinya menghimbau orang-orang yang hadir agar mendoakan para pemimpin, baik yang duniawi maupun yang rohani, sebab mereka itu dipilih untuk memimpin umat-Nya dan menghantar mereka semua menuju kesejahteraan lahir dan batin. Para pemimpin harus memiliki kekuatan dari Tuhan melalui doa-doa seluruh rakyat (umat) supaya mereka bekerja dengan penuh tanggung jawab demi keselamatan semua orang yang mereka pimpin.

Pada zaman hidupnya Maleakhi terjadi kemerosotan moral dalam diri para pemimpin rohani di Israel, terjadi korupsi dan penyalahgunaan wewenang, hidup perkawinan berantakan oleh karena banyaknya perceraian. Karna itu dalam bacaan pertama hari ini Maleakhi menyampaikan nubuat penuh ancaman dan kecaman bagi para pemimpin rohani yang membuat banyak orang tergelincir dalam ke dalam kesalahan dan kejahatan, karena cara hidup mereka yang salah (Mal 1:1b-2:2b.8-10). Ancaman ini bertujuan agar para pemimpin ini bertobat dan kembali taat kepada hukum-hukum Tuhan. Allah adalah pemimpin besar dan satu-satunya yang patut disembah dan dimuliakan. Tak ada Tuhan yang lain selain Allah.

Dalam Injil Tuhan Yesus mengecam para ahli Taurat dan orang Farisi karena cara hidup mereka yang tidak sesuai dengan tanggung jawab yang mereka terima. Mereka membebani umat dengan banyak aturan, suka pamer kekuasaan, kesalehan, suka dihormati namun hidup mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan (Mat 23:1-12). Untuk itu Yesus menganjurkan agar tidak meniru cara hidup mereka yang tidak jujur. Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa para pemimpin yang sombong akan direndahkan sedangkan pemimpin yang rendah hati akan ditinggikan. Dalam hubungan dengan ini Yesus menekankan bahwa Pemimpin kita hanya satu yaitu Kristus. Segala bentuk pelayanan para imam, para pemimpin hendaknya berpusat kepada Kristus, terarah kepada Kristus, demi keselamatan banyak orang. Tuhan satu-satunya pemimpin kita. Yesus Kristuslah yang menjamin keselamatan kita. Hanya nama-Nya saja yang patut kita muliakan.

Demi Kristus yang telah mengorbankan hidup-Nya untuk keselamatan manusia, St. Paulus dalam hidupnya berusaha mewujudkan cinta Kristus seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawati anaknya demi keselamatan seluruh umat Allah (1 Tes 2:7b-9.13). Komitmen Paulus disampaikan dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika hari ini. Kita tahu komitmen ini bukan isapan jempol. Paulus telah melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ia menghayati iman, harap dan kasih-Nya kepada Tuhan dan sesama dengan penuh tanggung jawab. Terikat oleh sabda Allah yang bekerja giat dalam dirinya ia mengabdikan hidupnya sebagai rasul yang rela berkoban untuk Tuhan dan sesamanya. Paulus hidup dalam kemenangan untuk menghantar semua orang lain kepada Yesus Kristus. Isi surat-suratnya selalu mengarahkan orang lain untuk memandang Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.    


Sabtu, November 04, 2017

TEMPAT TINGGI DAN RENDAH !

Berada di tempat yang rendah dikelilingi gunung atau bukit yang tinggi, tinggal di lembah dan ngarai yang dalam, dilihat dari segi pemandangannya rasanya kurang menyenangkan. Pandangan kita kemana-mana amat terbatas, mudah diterjang banjir. Namun kalau tidak ada lagi tempat lain yang lebih baik dari pada itu, maka setiap orang yang berdiam di situ harus menerima kenyataan bahwa keadaan itu adalah yang terbaik. Dalam penerimaan itu ada semacam sikap pasrah. Mendapat kedudukan rendah, miskin, tak punya apa-apa dalam masyarakat sering diremehkan orang. Namun orang-orang seperti ini biasanya rendah hati….

Sedangkan berada di tempat yang tinggi, di bukit atau di gunung pasti menyenangkan karena pemandangan yang bagus dan bisa melihat ke segala arah. Memiliki kedudukan yang tinggi sebagai pejabat selalu  menjadi incaran para politikus dunia karena jabatan itu memberi mereka kekuasaan, fasilitas dan bisa menjadi terkenal, dihormati dan disanjung. Namun semakin tinggi kedudukan seseorang semakin rawan dengan kritikan, semakin banyak musuh, dan semakin rentan dengan godaan-godaan. Jika mereka tidak waspada dan menjadi sombong dengan kekuasaan itu maka pintu menuju kejatuhan akan terbuka lebar.

Hari ini Tuhan Yesus mengatakan kepada para murid-Nya: “barangsiapa meninggikan dirinya akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan dirinya akan ditinggikan” (Luk 14:1.7-11). Sabda ini menjadi “warning – peringatan keras” untuk setiap anak manusia yang suka menyombongkan diri dan suka mencari-cari kekuasaan dan bermain-main dengan kekuasaan. Sebab, berada di tempat yang tinggi, berkedudukan tinggi, menjadi godaan besar bagi orang-orang yang suka menyombongkan diri. Bila lupa daratan dan termakan godaan maka maka kata “direndahkan” akan bakal terjadi dalam hidup mereka.

Meskipun Tuhan tidak pernah menolak setiap orang yang jatuh dalam dalam dosa, juga tidak pernah menolak orang-orang pilihan-Nya demi kasih-Nya yang amat besar, namun menjaga hubungan baik dengan Tuhan dan sesama dalam semangat kerendahan hati selalu menjadi keutamaan yang dianjurkan oleh para bapa rohani termasuk St. Paulus dalam bacaan pertama hari ini. Secara tak langsung Paulus mengatakan: jangan menganggap dirimu pandai! (bdk Rom 11:25-29) Hemat saya pernyataan ini punya konotasi “jangan sombong”. Bahaya kesombongan adalah meremehkan sesama dan dengan meremehkan sesama seseorang secara tak langsung meremehkan Tuhannya.

Orang Israel, sebelum dan pada zaman Yesus sering meremehkan sesamanya, akhirnya mereka jatuh dalam dosa ketidaktaatan terhadap perintah Allah. Dosa ini yang menjerumuskan mereka ke dalam penderitaan.  


Jumat, November 03, 2017

BERSAKSI DALAM ROH KUDUS !  

Sejak zaman para rasul, usai menerima pencurahan kuasa Roh Kudus, para pewarta yang diutus kemana-mana bersaksi dengan kuasa Roh Kudus. Hati mereka berkobar-kobar untuk bercerita tentang pengalaman hidup mereka ketika melihat, merasakan dan mengalami kehadiran Yesus dalam hidup mereka masing-masing. Dipimpin oleh kuasa Roh Kudus mereka tidak takut kepada siapa pun, juga tidak takut akan bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan hidup mereka. Menderita karena Kerajaan Allah adalah sebuah pahala demi keselamatan hidup mereka sendiri dan keselamatan orang lain. Pandangan penuh iman dan harapan ini tidak pernah menggoyahkan hati dan pikiran mereka untuk berhenti bersaksi. Inilah pekerjaan Roh Kudus yang mengurapi mereka. Hasilnya dapat kita lihat melalui perkembangan dan pertumbuhan Gereja sepanjang masa sejak awal hingga saat ini.

Tuhan Yesus melakukan mujizat pada hari ini dengan kuasa Roh Allah yang ada pada-Nya. Ia tahu bahwa hari itu hari Sabat. Hukum Musa melarang setiap orang Yahudi bekerja pada hari Sabat. Mendoakan dan menyelamatkan orang sakit pada hari Sabat itu termasuk “bekerja”. Orang-orang Farisi adalah orang-orang yang paling konservatif menjalankan hukum Sabat sebab mereka lebih taat pada hukum itu dari pada hukum cinta kasih. Sebelum menolong orang sakit yang datang kepada-Nya Yesus menanyakan pendapat mereka: “manakah lebih baik, membiarkan orang itu tetap sakit ataukah harus menolong guna membebaskan dia dari penderitaannya?. Jika lembumu masuk ke dalam sumur pada hari Sabat, apakah kamu membiarkannya”? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bisa mereka jawab, karena pandangan Yesus lebih benar dari pada pikiran picik mereka. Lalu Yesus menyembuhkan orang yang busung air itu.

Yesus penuh Roh Kudus. Ia tahu mana yang benar mana yang salah. Menolong orang yang menderita atau menyembuhkan orang sakit adalah prioritas kita dalam hidup ini. Setiap saat kita harus melayani mereka, apakah itu hari Sabat, hari raya ataukah hari biasa. Dalam prakteknya kita lihat sendiri, rumah-rumah sakit dan klinik-klinik dibuka 24 jam setiap hari. Para dokter dan perawat serta bidan-bidan secara bergilir bekerja melayani orang-orang sakit di situ. Keselamatan hidup manusia adalah prioritas, siapapun mereka, sebab kita semua adalah citra Allah.

Dalam keyakinan akan keselamatan itu St, Paulus dengan penuh iman mengatakan: “Aku rela terkutuk demi saudara-saudaraku. Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati” (bdk Rom 9:1-5). Mengapa Paulus berkata demikian? Ia sedih karena kaum Yahudi dan juga bukan Yahudi lebih taat pada hukum lama dari pada hukum baru yang ia wartakan. Ia tahu ia sudah mengorbankan hidupnya demi ajaran baru ini, demi Yesus Kristus, Mesias yang sudah dijanjikan dalam perjanjian lama. Sejak pertobatannya ia tak pernah ragu dengan keyakinan barunya. Roh Kudus telah memeterai kebenaran itu dalam pikirannya dan Roh Kudus juga yang berbicara dalam dia. Roh Allah juga yang mengobarkan hati setiap murid Tuhan untuk mengatakan semua kebenaran. Dengan demikian keyakinan kita akan Allah yag mengutus Yesus Kristus tak pernah menjadi sia-sia !    



  

Kamis, November 02, 2017

DIBUTUHKAN KURBAN PENGHAPUS DOSA ! (peringatan arwah orang beriman)  

Hari ini hampir setiap keluarga katolik meminta intensi misa untuk arwah sanak keluarga mereka yang sudah meninggal. Secara liturgis hari ini semua imam diizinkan merayakan ekaristi sebanyak tiga kali guna mendoakan keselamatan arwah orang beriman. Perayaan ini amat penting karena arwah-arwah yang masih berada di purgatorium (api pemurnian) merindukan pembebasan dari hukuman yang mereka terima. Jiwa-jiwa itu membutuhkan kurban penghapus dosa yang  sempurna dan hal itu hanya bisa dilakukan dalam ekaristi. Gereja Katolik percaya bahwa melalui kurban Kristus ini arwah-arwah itu bisa mendapat remisi untuk pembebasan atau remisi sebagian sebab  hal itu tergantung pada sisa waktu dari masa hukuman yang diterima oleh masing-masing arwah.

Mengapa mendoakan arwah?

Manusia tak pernah luput dari perbuatan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Jika mati dalam keadaan berdosa maka setiap jiwa harus memasuki masa hukuman dalam api pemurnian. Lamanya masa hukuman itu tergantung pada besar kecilnya dosa yang dilakukan manusia dalam masa hidupnya. Yudas, panglima perang Israel percaya akan hal itu. Maka Kitab Makabe bacaan pertama hari ini menceritakan bagaimana tindakan Yudas untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari tentaranya yang mati dalam pertempuran. Pertama, ia meminta tentaranya yang masih hidup agar mengumpulkan uang supaya dikirim ke Yerusalem dan kedua, meminta imam-imam yang melayani kenisah mempersembahkan kurban penghapus dosa, sehingga arwah tentara-tentara yang gugur itu boleh menikmati istirahat abadi dalam Kerajaan Allah. Penulis Kitab Makabe mencatat bahwa tindakan itu termasuk sangat tepat karena ada kebangkitan sesudah kematian (2 Mak 12:43-46).

Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes hari ini menekankan bahwa Ia diutus Bapa untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Karena itu Ia menghendaki agar semua orang yang percaya kepada-Nya tidak ada yang hilang, tetapi harus memasuki hidup kekal agar pada akhir zaman mereka mengalami kebangkitan (Yoh 6:37-40). Atas dasar percaya akan sabda ini Gereja mengajak seluruh umat beriman agar selalu mendoakan arwah orang beriman melalui ekaristi, doa kerahiman, doa rosario, doa koronka atau doa-doa lain yang sesuai dengan anjuran para Bapa Gereja.

Dalam hubungan dengan sabda Yesus tentang kebangkitan, St. Paulus menentang para lawannya yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Dengan tegas ia bersaksi: “jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia jugalah iman kita akan Kristus” (bdk 1 Kor 15:12-28). Para rasul adalah saksi kebangkitan itu, ia sendiri juga telah mengalami rahmat kebangkitan Yesus dalam perjalanan menuju Damsyik yang menyebabkan dia bertobat. Agar jiwa-jiwa orang beriman bisa mengalami kebangkitan maka jiwa-jiwa harus bersih dari dosa. Supaya bersih dari dosa dibutuhkan kurban penebus dosa yakni kurban Kristus, sebab kurban ini adalah satu-satunya kurban yang paling sempurna, yang menghasilkan penebusan dosa.   

Rabu, November 01, 2017

BEBAS DARI KESUKARAN BESAR ! (pesta segala orang kudus)  

Putusan penjara di dunia sering tidak diterima seseorang dengan lapang dada, apalagi kalau hukumannya lama dan tidak sesuai dengan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan. Untuk itu orang sering melakukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi hingga meminta kasasi dari penguasa yang paling tinggi dalam negara. Dalam pandangan masyarakat umum hukuman penjara itu sangat memalukan karena diketahui, dilihat oleh banyak orang dan kesalahan kita menjadi makanan empuk bagi para juru siar dan juru warta. Orang-orang di penjara selalu berharap agar waktu atau hari-hari mereka di situ cepat berlalu. Penjara itu termasuk salah satu deretan kesukaran hidup yang dihadapi manusia di bumi ini. Betapa melegakan kalau sesorang dibebaskan dari penjara.

Jiwa-jiwa yang terpenjara dalam purgatorium tidak memiliki perasaan malu seperti orang-orang di bumi, karena mereka tahu bahwa hukuman yang mereka dari Kuasa Yang Maha Tinggi itu adil dan besar sesuai dengan kesalahan yang mereka lakukan selama hidup. Namun yang pasti bahwa mereka memiliki kerinduan untuk secepatnya memperoleh pembebasan. Harapan itu hanya bertumpu pada belas kasih Allah melalui doa-doa dari orang-orang yang masih hidup di bumi. Jika sudah terbebas mereka akan masuk dalam kemuliaan abadi di surga.

Hari ini bersama para kudus itu kita merayakan hari pembebasan itu. Gambaran hidup dalam pembebasan itu dilukiskan oleh Yohanes dalam kesaksiannya dalam Wahyu, bacaan pertama (Why 7:2-4.9-14). Mereka mengalami kemuliaan Tuhan dan penuh dengan kebahagiaan, tak ada duka dan air mata. Sebaliknya hanya ada sukacita dan sembah sujud memuliakan Allah yang maha kudus yang bertahta pada singgasana-Nya. Bersama para kudus ini kita bisa memohon pertolongan untuk menyampaikan doa-doa kita kepada Sang Pengantara Agung, Yesus Kristus, agar segera dieksekusi. Tentang pengalaman bantuan ini telah dirasakan oleh setiap orang yang rajin memohon bantuan para kudus itu.

Melalui perayaan hari ini. iman kita akan sabda Yesus dalam kotbah di bukit dari Injil Matius hari ini juga diteguhkan (Mat 5:1-12). Sebab kita yakin bahwa mereka yang hidupnya mengandalkan Allah, mereka yang mewujudkan cinta kasih Allah dan mereka yang menderita demi Kerajaan Allah pasti mendapat tempat dalam kemuliaan Allah. St. Yohanes dalam suratnya pada bacaan kedua mengatakan bahwa para kudus ini akan melihat Kristus dalam keadaan yang sebenarnya (1 Yoh 3:1-3). Bahkan semua orang yang percaya kepada-Nya sudah diangkat menjadi anak Allah dan ahli waris Kerajaan-Nya sehingga segala karunia yang kita perlukan dalam hidup sementara ini dapat kita peroleh berkat jasa penebusan Yesus Kristus itu.

Jiwa-jiwa yang berada di surga sungguh telah bebas dari kesukaran besar. Kerinduan itu seharusnya menjadi kerinduan kita selagi kita masih berada di dunia sementara ini. Sebab dengan kerinduan itu hati dan pikiran kita selalu terarah kepada bimbingan Roh Kudus yang mendorong kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.             


Adhitz Ads