Ada
banyak orang di dunia ini yang menerima tugas dengan hati tulus dan setia. Hal itu akan tampak dalam pelaksanaan tugas mereka
setiap hari. Jika mereka itu guru atau pegawai, mereka tampak disiplin dalam
hal waktu, tidak menunda pekerjaan, serius, bertekun, tidak menuntut banyak
bahkan mereka bekerja dengan banyak pengorbanan. Kita sering mendengar akan
ungkapan kata-kata tulus dari yang terucap dari mulut mereka, seperti misalnya:
“tunjukkan kebaikan dan kesetiaan sekarang ini, karena setiap pengorbanan pasti
ada berkatnya”. “Selama masih ada kesempatan untuk berbuat baik, lakukan saja
dengan tulus”, dll. Dalam kenyataannya kita bisa melihat berkat-berkat yang
mereka terima. Ada banyak sukacita dan kedamaian, ada banyak rejeki dan
pelbagai pertolongan lain yang mereka dapatkan.
Tuhan
Yesus hari ini menyampaikan perumpamaan tentang bagaimana menjadi hamba yang
baik dan setia. Mereka mendapatkan kredit berupa talenta yang harus dikembangkan
untuk kemajuan usaha tuannya. Kredit itu diberikan sesuai dengan kemampuan
mereka masing-masing dalam mengelolanya. Hamba yang menerima kredit lima dan
dua menjalankannya dengan baik. Keduanya dipuji sebagai hamba yang baik dan
setia. Sebagai hadiahnya mereka boleh mengambil bagian untuk hidup bersama
dalam Kerajaan tuannya dan menerima kepercayaan lebih besar lagi. Sedangkan hamba
yang menerima kredit satu talenta gagal melaksanakan tugasnya karena berpikir
negatip tentang sifat tuannya yang keras, tukang marah dll. Hasil akhirnya dia
dihukum. Segala yang ada padanya diambil dan ia hidup dalam kemiskinan (Mat
25:14-30)
Dengan
perumpamaan ini Yesus mengajarkan kita agar menjadi orang-orang yang aktip
dalam mengambil bagian memajukan Kerajaan-Nya. Kerajaan Allah yang utama itu
ada dalam keluarga kita masing-masing. Dalam keluarga pasti ada ayah, ibu dan
anak serta pembantu. Setiap orang dalam keluarga pasti punya tugas yang harus
dikerjakan dan dikembangkan untuk membuat keluarga itu boleh menikmati kesejahteraan
lahir dan batin, hidup aman dan damai, sukses dan bisa mencapai cita-cita lebih
tinggi lagi. Kerajaan Allah yang lain yaitu tugas kita di kelompok, RT-RW, desa
dan kelurahan, di kantor, di sekolah sesuai peran masing-masing. Tuhan ingin
melihat kita menjadi hamba yang baik dan setia di tempat-tempat itu. Kebaikan dan
kesetiaan yang kita taburkan di tempat-tempat itu akan dinilai sebagai berkat
yang membuat hidup kita lebih baik lagi.
Kitab
Amsal dalam bacaan pertama membuat perbandingan kebaikan dan kesetiaan tentang
Kerajaan Allah dalam keluarga itu seperti seorang istri yang baik, cakap, yang
nilainya lebih dari pada permata. Istri yang baik dipuji karena mereka ringan
tangan dalam bekerja, dalam memelihara keluarga, dalam menolong suami dsb. Istri
menjadi permata, tokoh utama dalam keluarga karena hampir 80% tugas dalam rumah
tangga itu dikerjakan oleh mereka (Ams 31:10-13.19-20.30-31). Pemain utama yang
memajukan keluarga Kerajaan Allah adalah ibu – istri. Kalau mereka dapat
memainkan peran itu dengan baik maka berkat-berkat Allah akan tercurah bagaikan
hujan yang tak pernah berhenti. Berkat-berkat itu akan mengalir pada suami dan
anak-anak.
Keluarga
itu lingkup yang paling kecil dari Kerajaan Allah. Jika kita setia melayani dalam
lingkup yang kecil itu, maka akan ada banyak talenta lain yang disiapkan Tuhan
bagi kita. Percayalah !