Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Jumat, Juni 30, 2017

MUNGKINKAH?

Jika kita memandang segala sesuatu dengan cara pikir yang sempit, maka banyak hal yang tidak mustahil menjadi mustahil. Cara pandang kita yang demikian melemahkan daya kreativitas kita untuk mencari inovasi baru dalam mengembangkan potensi hidup yang diberikan Tuhan kepada kita. Cara pandang kita yang sempit membuat kita hanya mau puas dengan gaya dan sistim kerja kita yang baku, tanpa melihat lebih jauh bahwa di sekitar kita sudah ada inovasi baru yang berkembang dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Pada hal mereka yang berada di sekitar kita mungkin saja seorang pendatang baru yang sebelumnya tak punya apa-apa, selain bermodalkan tekad, ketekunan dan kerja keras untuk meraih cita-citanya. Orang yang ragu-ragu akan selalu mengatakan kepada dirinya sendiri: mungkinkah? Tetapi orang yang punya tekad selalu mengatakan: kita pasti bisa, ayo kita mulai!

Saat Abram dipanggil menuju tanah terjanji, Allah telah menjanjikan berkat kepadanya, selain kekayaan dan nama besar, juga keturunan yang banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai. Cerita bacaan pertama hari ini menarik sekali. Allah menjumpainya untuk mengatakan bahwa tak lama lagi ia akan memiliki seorang anak dari istrinya Sara yang berusia 90-an tahun, anak dari perkawinan dia (Abraham) yang sudah berusia hampir 100 tahun. Abraham menanggapi Tuhan dengan tertawa kecil kepada dirinya sendiri dan mengatakan: mungkinkah? Kalimat lengkapnya: “Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?". Amat beruntung bahwa keraguan Abraham ini tidak berbuahkan pembatalan peranjian dari pihak Tuhan, karena Tuhan setia pada janji awal kepada Abraham! Tuhan tidak peduli pada keraguan Abraham. Kata Tuhan kepadanya:  “Perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga." (bdk Kej 17: 1.9-10.15-22). Dari cara pandang manusia, keraguan Abraham memang sangat beralasan sebab ia sudah jadi kakek dan Sara sudah jadi nenek. Masa subur keduanya sebagai lelaki dan perempuan sudah “out of date or out of year”. Tetapi Tuhan selalu mengatakan “bagi Allah segala sesuatu mungkin”. Tak ada yang tak mungkin! Allah mahakuasa dan Ia dapat mengubah segala sesuatu menjadi baru oleh karena Roh-Nya yang penuh kuasa.

Demikianpun seorang kusta dalam Injil hari ini. Ketika melihat Yesus ia sujud dan menyembah-Nya sambil memohon dengan ragu: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”. Yesus tidak peduli dengan permintaannya yang agak ragu-ragu itu. Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang kusta itu dan berkata: “Aku mau jadilah engkau tahir!” Seketika itu juga tahirlah orang itu! (Mat 8:1-4). Selain mahakuasa, Tuhan juga mahabaik, maharahim. Dalam cerita ini Tuhan menunjukkan belaskasih-Nya kepada orang yang datang dan percaya, meskipun kepercayaannya disertai keraguan akibat keadaan fisiknya yang lemah. Tuhan Yesus memiliki  prinsip ini: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” (Yoh 6:37). Tuhan menerima setiap orang yang datang kepada-Nya, apalagi kalau disertai dengan sikap rendah hati, seperti orang kusta itu datang lalu sujud dan menyembah-Nya.

Ketika Abraham masih berpikir mungkinkah, dan orang kusta itu berpikir apakah Ia mau, Tuhan sudah bertindak dan melaksanakan tugas-Nya dengan baik. Bagi-Nya selalu mungkin dan siap menolong. Amin

Kamis, Juni 29, 2017

KUNCI KERAJAAN ITU PADA PETRUS ! (HR St. Petrus dan Paulus)

Hingga dewasa ini kerajaan-kerajaan di dunia mewariskan takhta kerajaannya kepada keturunannya masing-masing. Mereka yang mewarisi takhta itu menerima warisan kepemimpinan itu secara otomatis – alamiah, tanpa proses pemilihan umum seperti pada pemerintahan demokratis. Proses peralihan kepemimpinan dalam kerajaan duniawi biasanya berjalan damai kecuali kalau terjadi perebutan takhta antara kakak dan adik sekandung atau kakak dan adik sepupu, atau antara anak istri pertama dan kedua jika rajanya memiliki beberapa istri. Kalau terjadi perebutan demikian seringkali tidak terhindar dari pertumpahan darah.

Tuhan Yesus datang ke dunia tidak membawa kekuasaan raja dan tidak memerintah sebagai raja. Ia dikenal sebagai seorang yang memiliki kuasa yang luar biasa, sebab hanya dengan bersabda orang-orang sakit disembuhkan, setan-setan takhluk, orang mati hidup kembali, ikan-ikan terjaring pada pukat, hanya dengan menjamah jumbai jubahnya banyak orang disembuhkan, doanya yang sederhana menimbulkan mujizat pergandaan roti, dll. Ketika diadili oleh Pilatus dengan pertanyaan apakah Dia raja?. Ia hanya menjawab: Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini ! Yesus adalah Mesias, Raja, Tuhan dan Juru Selamat memiliki kerajaan, yang menjangkau langit dan bumi serta segenap ciptaan Allah di bumi ini.

Ketika Ia datang dan mulai berkarya di tengah bangsa-Nya sendiri, Ia tidak menonjolkan diri-Nya sebagai Raja, melainkan seorang yang selalu berkata: “Aku datang untuk melaksanakan kehendak Bapa-Ku”. Ungkapan-ungkapan penuh misteri seperti ini membuat banyak orang penasaran dan bertanya, siapakah orang ini sesungguhnya? Hingga pada suatu saat Ia menyelidiki pendapat orang Yahudi tentang tentang diri-Nya melalui para murid-Nya sendiri dan Ia bertanya: Siapakah Aku ini meurut kata orang? Dari semua jawaban, hanya Petrus yang menjawab dengan tepat. “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!  Jawaban ini sangat tepat dan Yesus pun menilai Petrus sebagai orang yang berbahagia sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadanya, melainkan Bapa-Nya yang di sorga”. Jawaban ini sekaligus menjadi pengakuan iman Petrus atas Yesus, sehingga ia mendapat meterai kekuasaan untuk melanjutkan karya-Nya di dunia ini: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Petrus menerima kunci Kerajaan Surga dengan kuasa pengampunan dosa, guna meneruskan karya penebusan yang akan dilanjutkan olehnya bersama para murid yang lain, sebab Yesus datang untuk menebus dosa manusia melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Kuasa itulah yang diterima Petrus dan selanjutnya diwariskan dalam Gereja Katolik melalui mereka yang menerima kuasa imamat Kristus.

Sesudah menerima kuasa itu Petrus tampaknya diterima rekan murid lainnya sebagai “primus” – yang pertama dan utama dari antara mereka semua. Pengukuhan kuasa Petrus sebagai pemimpin dibaharui Yesus pada saat perjumpaan sesudah kebangkitan-Nya dengan Petrus serta murid lain di tepi danau Galilea. Saat itu Petrus harus menjawab pertanyaan Yesus tiga kali: adakah engkau mengasihi Aku. Jawaban Petrus: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”, adalah sebuah pembaharuan hati Petrus sesudah ia menyangkal Yesus tiga kali. Selanjutnya kita lihat bagaimana peran Petrus dalam Kisah Para Rasul dan juga bagaimana ia dilindungi Tuhan dalam kisah hari ini (Kis 12:1-11). Menurut sejarah, pusat pemerintahan Petrus yang pertama adalah di kota Antokhia, kemudian ia ke Roma, mendirikan Gereja di sana dan menjadi pemimpin Gereja pertama.

St. Paulus tidak menjadi pemimpin, meskipun tampaknya ia lebih terkenal dari Petrus dalam Kisah Rasul, surat-surat Paulus juga jauh lebih banyak dari surat-surat Petrus. Namun Paulus sangat menghormati kepemipinan Petrus. Di Roma ia hidup di penjara sedangkan Petrus hanya ditulis di Roma memimpin Gereja. Dalam suratnya kepada Timotheus hari ini Paulus hanya menyatakan syukur atas tugasnya yang hampir mencapai garis akhir. Dia bersyukur akan mendapat makhota kebenaran yang tersedia baginya oleh Tuhan sendiri, sebab Tuhan telah menyertainya selama ia kemana-mana untuk memberitakan Injil Kristus.

Kedua rasul besar ini mendapat mahkota kematian sebagai martir. Petrus disalibkan kepala ke bawah dan Paulus dipenggal kepalanya. Keduanya menjadi saksi sejati dan oleh mereka nama Tuhan dimuliakan bersama para rasul lainnya! Petrus seorang nelayan dipakai Tuhan menjadi pemimpin Gereja pertama. Paulus seorang ahli Taurat yang hebat menjadi saksi Yesus Kristus bagi bangsa-bangsa lain. Kerja sama keduanya sebagai saksi Kristus menjadi landasan utama bagi Gereja sepanjang masa.  Syukur dan puji Tuhan!
















Rabu, Juni 28, 2017

PANDANGLAH KE LANGIT, DI SANA ADA BANYAK BINTANG !

Ketika Soekarno ditangkap oleh tentara Belanda dan dibuang- diasingkan ke mana-mana di negeri ini, ia selalu mengobarkan harapannya kepada rekan-rekan pejuangnya dengan mengatakan: “Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Indonesia harus merdeka !”. Semakin ia ditekan, ia semakin memandang ke langit dia mengaantungkan harapannya pada bintang-bintang terang,. Baginya harapan itu adalah semacam sebuah doa yang kuat kepada Tuhan guna memohon pertolongan dan berkat-Nya. Doa penuh harapan itu terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia Merdeka !

Saat berjumpa dengan Yahwe, Abram mengeluh tentang kerinduannya yang belum terkabul, yakni tak punya anak. Jawaban Yahwe luar biasa: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (bdk Kej 15:1-12.17-18). Dari cerita ini kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan tidak tertarik pada persoalan-persoalan manusia, sebab Dia sudah tahu apa jalan keluarnya. Tuhan hanya ingin melihat kwalitas iman kita, setinggi apa iman itu, sedalam mana penghayatannya? Ia mengatakan kepada Abram: Gantungkan iman dan harapanmu setinggi langit. Seperti itulah juga banyaknya keturunanmu!

Dalam hidup Kristiani ada banyak orang kudus yang menganjurkan kita untuk berdoa dengan penuh harapan, sebab iman pengharapan itu kwalitasnya dahsyat. Dengan kwalitas iman seperti itu Tuhan akan melakukan banyak mujizat dalam hidup kita. Contoh paling tepat dari wujud iman penuh pengahrapan itu adalah: sikap seorang perempuan yang sakit pendarahan, 12 tahun,  yang mengulurkan tangannya untuk menjamah jumbai jubah Yesus. Mengulurkan tangan untuk mencapai jubah Yesus adalah tindakan iman penuh pengharapan. Dengan kata lain: bila kita memiliki masalah, jangan fokus dengan masalah tetapi pandanglah Yesus, raihlah jumbai jubah-Nya dan sentuhlah jubah itu, maka engkau akan sembuh. Seperti kata Yahwe kepada Musa: Pandanglah ke langit dan keturunanmu akan banyak seperti bintang….!

Iman dan harapan itu ibarat pohon yang baik, yang menghasilkan buah baik. Dalam iman kita percaya bahwa Tuhan itu mahabaik. Segala karya-Nya mendatangkan kebaikan dan keselamatan bagi segenap umat manusia. Dalam pergumulan kita sebagai manusia lemah, kita tetapkan harapan kita untuk yakin bahwa Tuhan yang mahabaik itu akan mengabulkan doa kita. Dengan iman dan harapan, budi dan hati kita digerakkan untuk selalu memandang ke atas, memandang langit dan Tuhan yag bertakhta dalam kemuliaan-Nya. Dengan iman dan harapan seperti ini, Tuhan akan membuka segala rahmat-Nya untuk menjawab doa-doa kita dan memberikan segala hal kepada kita sesuai dengan rencana-Nya yang mulia.  


Selasa, Juni 27, 2017

PINTU SEMPIT DAN LEBAR !

Setiap orang dipanggil Tuhan untuk mewujudkan segala rencana-Nya. Rencana Tuhan bagi setiap orang berbeda tetapi tujuannya sama yakni keselamatan. Rencana itu berbeda sesuai dengan potensi kita masing-masing tetapi tujuannya satu sesuai dengan janji keselamatan, setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa.

Abram dipanggil untuk mewujudkan rencana keselamatan-Nya. Pertama, Tuhan menilai Abram dan Sara adalah keluarga yang tepat untuk mewujudkan rencana-Nya, sebab keduanya orang baik dan saleh. Kedua, Abram dan Sara itu setia satu sama lain dan masih memiliki harapan dan mimpi besar untuk mendapatkan keturunan, walaupun usia mereka sudah kelewat tua. Ketiga, Abram dan Sara ini keluarga yang taat dan beribadah, hal ini mereka tunjukkan ketika mereka tiba di negeri terjanji, Abram langsung mendirikan mezbah untuk menghormati Yahwe yang memanggilnya ke sana.

Mezbah atau altar adalah sebuah tempat yang dipakai untuk menghormati Yahwe (Allah) yang tak kelihatan tetapi ada. Abram percaya Yahwe yang memanggilnya itu adalah Pencipta, Pemelihara dan menjadi tujuan akhir dari segenap ciptaan-Nya, terutama manusia. Sebagai tanda kesetiaannya kepada Yahwe ia mendirikan tempat penghormatan yang dinamakan mezbah. Di situ ia berdoa, bersyukur dan menyembah Tuhan sambil mempersembahkan kurbannya. Di tempat itu pula Yahwe meneguhkan janji-janjiNya kepada Abram. Abram percaya (Kej 12:1-9).

Bila ingin menilai hidup Abram dari sorotan Injil hari ini, mungkin ia tidak termasuk di dalamnya, sebab Abram orang baik dan benar, sehingga Allah memanggil dan memilihnya untuk menjadi bapa bangsa terpilih dan bapa segala bangsa. Hidup Abram benar dan tidak mengadili orang lain, bahkan pada saat membagi wilayah bagi hewan dan tempat tinggalnya ia membiarkan Lot memilih lebih dahulu. Menurut hemat saya, salah satu syarat untuk memperoleh berkat Allah, adalah hidup adil, jujur, setia dan benar dalam kata dan perbuatan. Abram memenuhi semuanya (bdk Mat 7:1-5).

Kita mengakui Abram sebagai bapa segala bangsa. Imannya akan Allah menjadi iman kita. Kekuatan Abram untuk menerima berkat Allah dalam hidupnya adalah percaya pada janji Allah dan selalu teguh dalam harapan akan terpenuhinya janji-janji itu ditunjang dengan sifat-sifat baiknya: adil, jujur, setia dan benar. Mendirikan mezbah adalah lambang dari iman dan harapannya akan campur tangan Allah dalam hidupnya.

 
   



Senin, Juni 26, 2017

ABRAM MENDIRIKAN MEZBAH !

Setiap orang dipanggil Tuhan untuk mewujudkan segala rencana-Nya. Rencana Tuhan bagi setiap orang berbeda tetapi tujuannya sama yakni keselamatan. Rencana itu berbeda sesuai dengan potensi kita masing-masing tetapi tujuannya satu sesuai dengan janji keselamatan, setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa.

 Abram dipanggil untuk mewujudkan rencana keselamatan-Nya. Pertama, Tuhan menilai Abram dan Sara adalah keluarga yang tepat untuk mewujudkan rencana-Nya, sebab keduanya orang baik dan saleh. Kedua, Abram dan Sara itu setia satu sama lain dan masih memiliki harapan dan mimpi besar untuk mendapatkan keturunan, walaupun usia mereka sudah kelewat tua. Ketiga, Abram dan Sara ini keluarga yang taat dan beribadah, hal ini mereka tunjukkan ketika mereka tiba di negeri terjanji, Abram langsung mendirikan mezbah untuk menghormati Yahwe yang memanggilnya ke sana.

 Mezbah atau altar adalah sebuah tempat yang dipakai untuk menghormati Yahwe (Allah) yang tak kelihatan tetapi ada. Abram percaya Yahwe yang memanggilnya itu adalah Pencipta, Pemelihara dan menjadi tujuan akhir dari segenap ciptaan-Nya, terutama manusia. Sebagai tanda kesetiaannya kepada Yahwe ia mendirikan tempat penghormatan yang dinamakan mezbah. Di situ ia berdoa, bersyukur dan menyembah Tuhan sambil mempersembahkan kurbannya. Di tempat itu pula Yahwe meneguhkan janji-janjiNya kepada Abram. Abram percaya (Kej 12:1-9).

Bila ingin menilai hidup Abram dari sorotan Injil hari ini, mungkin ia tidak termasuk di dalamnya, sebab Abram orang baik dan benar, sehingga Allah memanggil dan memilihnya untuk menjadi bapa bangsa terpilih dan bapa segala bangsa. Hidup Abram benar dan tidak mengadili orang lain, bahkan pada saat membagi wilayah bagi hewan dan tempat tinggalnya ia membiarkan Lot memilih lebih dahulu. Menurut hemat saya, salah satu syarat untuk memperoleh berkat Allah, adalah hidup adil, jujur, setia dan benar dalam kata dan perbuatan. Abram memenuhi semuanya (bdk Mat 7:1-5).


Kita mengakui Abram sebagai bapa segala bangsa. Imannya akan Allah menjadi iman kita. Kekuatan Abram untuk menerima berkat Allah dalam hidupnya adalah percaya pada janji Allah dan selalu teguh dalam harapan akan terpenuhinya janji-janji itu ditunjang dengan sifat-sifat baiknya: adil, jujur, setia dan benar. Mendirikan mezbah adalah lambang dari iman dan harapannya akan campur tangan Allah dalam hidupnya.



 

Minggu, Juni 25, 2017

MENGAKUI ATAU MENYANGKAL TUHAN?

Dalam perayaan ekaristi hari Minggu – hari raya dan pesta-pesta besar lainnya, kita selalu diajak untuk mengucapkan CREDO – Aku Percaya dengan rumusan pendek. Doa ini adalah pengakuan resmi umat Katolik kepada semua kebenaran yang dirumuskan di dalamnya. Dengan pengakuan ini kita yakin akan keselamatan yang disediakan Tuhan bagi kita. Pengakuan ini sekaligus mendorong kita untuk taat dan setia pada kehendak Allah yang menyelenggarakan hidup ini. Dalam suka dan duka, kita bersyukur, memuji dan menyembah-Nya dalam iman, harapan dan kasih. Namun tak sedikitpun umat manusia yang menolak semua kebenaran ini. Mereka menyangkalnya dengan pelbagai cara, baik dalam kata maupun dalam perbuatan. Bagaimana sikap Tuhan atas pengakuan dan penyangkalan kita atas peran-Nya?

Injil hari ini memberi jawabannya. Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (bdk Mat 10:26-33). Dengan pernyataan ini, konsekwensi apa yang akan dialami manusia dalam pengadilan-Nya:

·         Tuhan tidak menunjukkan pembelaan-Nya dalam pengadilan terakhir, bahkan menyangkal mereka di hadapan pengadilan Allah, sebab mereka menyangkal essensi Tuhan dan segala karya-Nya dalam hidup dan karya mereka.
·         Mereka yang menyangkal Dia berarti tidak mengasihi Dia, karena itu tidak berhak untuk mengalami kasih Allah dalam pengadilan-Nya.
·         Di dalam dunia ini mereka dengan tahu dan mau menutup mata hati, budi dan jiwanya untuk mengenal Tuhan. Dalam pengadilan Tuhan mereka juga tetap menutup mata jiwanya sehingga tidak menemukan kemuliaan Tuhan.

Di hadapan umat Israel nabi Yeremia mengakui kebesaran Tuhan sebagai pahlawan yang gagah perkasa. Meskipun bangsa itu berusaha menjatuhkan dia namun ia tak pernah tersandung jatuh bahkan mereka malu sendiri sebab Tuhan berpihak padanya dan membela hidup dan karyanya sebagai nabi. Dalam keadaan untung dan malang karyanya nabi Yeremia tetap mengatakan: menyanyilah untuk Tuhan dan pujilah Dia (Yer 20:11-30).

Sedangkan St. Paulus kepada jemaat di Roma bersaksi bahwa segala yang dikerjakan Tuhan bagi manusia tidak lain karena kasih karunia-Nya yang melampaui kuasa dosa (Rom 5:12-15). Setiap orang yang mengakui kebenaran ini akan menikmati keselamatan-Nya, setiap orang yang menolak-Nya akan tetap hidup di bawah kuasa dosa.






Sabtu, Juni 24, 2017

HAK-KU TERJAMIN PADA TUHAN ! (Pesta Kelahiran Yohanes Pembaptis)

Setiap orang yang berpikir positip tentang hidup dan karya-Nya di tengah dunia ini, bila mereka menghadapi pencobaan, tantangan ataupun kesulitan, mereka akan berkata: Terserah pada Tuhan. Kita hanyalah orang yang menjadi perpanjangan tangan-Nya. Orang yang mengimani Penyelenggaraan Ilahi dalam setiap derap langkah hidup dan karyanya, juga akan berkata: Tuhan yang memulai semua rencana ini, pasti Dia akan mengerjakan dan menyelesaikan semuanya dengan baik. Jalani kehidupan ini dengan mengimani dan memandang-Nya saja !



Nabi Yesaya juga memiliki cara pandang seperti itu dalam hidup dan panggilannya menjadi nabi. Ketika ia melihat perjalanan hidupnya sebagai nabi, ia mensyukuri rahmat panggilannya dengan bersaksi bahwa panggilan itu ia terima sejak dalam kandungan ibunya, mulutnya bak pedang yang tajam dan anak panah yang runcing untuk menyelamatkan bangsa Israel. Ia tidak takut atas tugas itu sebab ia yakin atas “haknya terjamin pada Tuhan” yang memanggil dan mengutusnya (Yes 49:1-6). Di tanah pembuangan Yesaya bekerja keras untuk mengembalikan hati bangsa Israel kepada Tuhan, agar mereka semua bertobat. Ia menilai penderitaan yang dialami bangsa ini tidak lain disebabkan oleh dosa. Mereka harus memperbaikinya dengan pertobatan.



Sebelum kedatangan Yesus ke dunia, seorang utusan Tuhan harus mempersiapkan kedatangan-Nya. Dia adalah anak Zakharias dan Elisabeth, yang pada saat kelahirannya hari ini diberi nama Yohanes = utusan Allah yang menadahui Kristus. Ketika diberi nama Yohanes oleh ayahnya Zakharias, mulutnya yang bisu menjadi sembuh sehingga semua orang bertanya, mau jadi apa anak ini nanti? (Luk 1:57-66). Kita semua tahu bahwa Yohanes kemudian bertumbuh menjadi besar dalam hikmat Tuhan, bahkan membaptis Yesus di sungai Yordan dan dia juga yang mengatakan kepada orang banyak: Dia itulah Mesias yang dinantikan. Sebagai nabi ia tak pernah berpikir tentang hidupnya yang miskin, bahkan ia hanya makan belalang dan madu hutan, sebab ia percaya haknya terjamin pada Tuhan.



Dalam kotbahnya di depan banyak orang di kota Antiokhia Paulus bersaksi bahwa Yohanes dipersiapkan untuk meluruskan jalan bagi Tuhan, ia menyerukan pertobatan bagi bangsa Israel dan percaya kepada Mesias itu (Kis 13:22-26). Semua itu sudah dilakukan Yohanes Pembaptis, maka kini saatnya semua orang harus menerima Dia karena semua nubuat tentang Dia telah disampaikan dalam perjanjian lama oleh para nabi dan kemudian juga oleh Yohanes Pembaptis.



Hak kita sebagai umat Tuhan selalu dijamin oleh-Nya melalui alam ciptaan-Nya dan karya keselamatan Yesus Kristus. Jalani hidup ini dalam iman kepada-Nya, sebab jaminan itu sudah tersedia sesuai janji-Nya. Amin.   

Jumat, Juni 23, 2017

HATINYA LEMBUT DAN TANGAN-NYA KUAT !  (Pesta Hati Amat Kudus Tuhan Yesus)


Umumnya kita senang mendengar cerita tentang orang-orang atau tokoh-tokoh dunia yang rendah hati dengan tutur kata yang lemah lembut. Karena penampilan mereka akan menarik banyak orang untuk mendengar apa kata mereka tentang Tuhan, manusia dan dunia ini. Dalam diri orang yang rendah hati dan lemah lembut terdapat kasih Tuhan yang mengalir bagaikan air, yang membasahi kerongkongan yang kering, yang menyejukkan hati yang marah dst.



Banyak pesan menarik dari bacaan-bacaan hari ini, tetapi saya ingin mengajak pembaca untuk merenungkan dua pesan ini saja:



a)      Hati Tuhan lemah lembut. Ini diambil dari Injil hari ini yang berbunyi: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 11:29). Dalam hidup manusia umumnya terlihat bahwa seorang yang tutur katanya lemah lembut pasangan sifat yang pas adalah rendah hati. Dua sifat ini sangat kuat pada Tuhan Yesus sebab “Ia lahir dari Allah dan Allah adalah kasih”, kata Yohanes dalam suratnya pada bacaan kedua (bdk 1 Yoh 4:7-16). Yesus rendah hati karena Ia rela meninggalkan kemuliaan ke-Allah-annya dan menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Karena kelemahlembutan dan kerendahan hati-Nya, Ia mau mengunjungi setiap desa dan kota di Israel dan mewartakan kabar gembira tentang kasih Allah dan kabar gembira tentang pertobatan. Mendengar warta gembira ini banyak orang berbondong-bondong mengikuti dan mencari Dia ke mana-mana. Yesus mudah didekati dan mudah juga mendekati orang-orang kecil, menderita, sakit dll.



b)      Tangan Tuhan itu kuat (Ul 7:8). Walaupun Ia rendah hati dan lemah lembut bukan berarti Ia lemah dan tak punya prinsip hidup. Prinsip hidup Yesus adalah mengerjakan kehendak Allah dengan taat dan setia demi kasih-Nya kepada Allah dan umat manusia. Dalam melaksanakan tugas keselamatan ini Ia menunjukkan tangan-Nya yang kuat artinya kekuasaan-Nya yang mahaagung dan mengalahkan semua kuasa dunia yang jahat. Tak satu pun kuasa dunia ini yang mampu melawannya. Semua kuasa di surga, di bumi dan di bawah bumi bertekuk lutut dan tunduk menyembah-Nya. Dengan tangan yang kuat Allah juga telah menunjukkan kuasa-Nya untuk membebaskan Israel keluar dari Mesir.



Semangat kerendahan hati, tutur kata yang lemah lembut dan tangan yang kuat adalah milik Allah sekaligus merupakan kekuatan Allah yang sanggup memadamkan semua bentuk panah api dari musuh-musuh yag jahat yag berkeliaran di dunia ini. Allah, dalam diri Putera-Nya, Yesus Kristus sedemikian direndahkan di kayu salib lalu wafat di palang hina itu bagaikan seorang penjahat, namun di atas salib itu Ia memenangkan manusia dari hukuman dosa. Dari atas salib itu, sebelum wafat-Nya, Ia telah mengucapkan kata-kata pengampunan untuk semua orang yang menganiaya-Nya, “ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Dengan tangan-Nya yang kudus dan terentang di kayu salib, Ia menunjukkan kekuatan-Nya untuk merangkul dunia dan manusia agar kita yang berdosa ini tunduk dan mau menyembah-Nya lalu  menerima pengampunan dosa berkat darah dan air yang keluar dari lambung-Nya yang kudus.



Kerendahan hati Tuhan dengan tutur kata-Nya yang lemah lembut serta tangan-Nya yang kuasa menjadi sumber pembelajaran bagi kita untuk menjalankan kehendak-Nya di bumi ini.    

Kamis, Juni 22, 2017

BAPA KAMI, DOA YANG PENUH KUASA!


Kelompok rohani Gereja, Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) sering sekali mengadakan kegiatan rohani umum seperti mengadakan retret di paroki-paroki dan stasinya. Guna menyukseskan acara-acara ini, mereka selalu melakukan novena sendiri-sendiri atau juga bersama dengan menggunakan doa Bapa Kami sebanyak 21 kali. Mengapa 21 kali Bapa Kami, tak satu pun dari antara mereka yang bisa memberi alasannya. Mereka hanya berkata ini kesepakatan bersama sejak awal yang muncul dengan begitu saja. Apakah angka 21 itu berasal dari 3 kali 7 yang melambangkan kesempurnaan? Tak ada yang bisa menjawabnya. Namun mereka semua bersaksi: doa mereka selalu didengar dan acara berjalan lancar. Singkatnya: kuasa doa Bapa Kami itu ajaib.



Dalam injil hari ini Tuhan Yesus mengajarkan para murid-Nya, doa yang singkat, padat dan jelas, kepada Bapa di surga, yang biasa disebut doa Bapa Kami (Mat 6:7-15). Doa ini tentu sangat tidak asing dan terus menerus didoakan dalam pelbagai acara. St. Bernadette Soubirous yang melihat penampakan Bunda Maria di Lourdes memberi kesaksian bahwa doa Bapa Kami adalah yang paling berkenan di hadapan Allah. Kesaksian ini dia katakan berdasarkan pengakuan Bunda Maria sendiri kepadanya dalam suatu kesempatan penampakan itu. Kesaksian Bernadette ini saya baca dalam sebuah buku kecil tentang Lourdes dan Bernadette, edisi bahasa Inggris, tahun 1997, ketika berziarah di Lourdes. Berdasarkan kesaksian itu, kini saya juga memakai doa Bapa Kami untuk bernovena dalam jumlah yang lebih banyak: 1 Aku Percaya dan 33 kali Bapa Kami – menghormati usia Tuhan Yesus selama hidup-Nya di tengah dunia.



Menyapa Allah dengan kata Bapa menunjukkan keakraban anak kepada ayahnya, sebuah keakraban kasih yang meneguhkan semangat dan cita-cita untuk melakukan segala sesuatu dengan baik. Ayah dalam keluarga adalah tokoh yang menampilkan kekuatan, daya, kuasa yang memberi perlindungan dan pemeliharaan kepada anak-anakNya. Kehadiran ayah membebaskan anak-anak dari rasa takut, cemas atau pun gelisah. Di dalam diri ayah ada kenyamanan dan ketenteraman. Doa Bapa Kami selain menyapa Allah sebagai Bapa yang identik dengan pandangan di atas juga menjadi sumber kekuatan untuk mendapatkan segala yang baik bagi kebutuhan hidup rohani maupun jasmani, rejeki rohani dan jasmani.


St. Paulus dalam kesaksiannya hari ini mengungkapkan rasa kesalnya kepada jemaat di Korintus karena pikiran mereka tentang Yesus Kristus telah disesatkan oleh pikiran palsu dari pengajar lain. Sebagai bapa yang telah berkorban bagi mereka ia kesal karena pewartaannya tidak dihargai, pada hal kehadirannya di tengah orang Korintus dibiayai oleh jemaat dari tempat lain. Ia katakan: “Aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya” (2 Kor 11:3). Paulus merasa dikhianati orang Korintus, karena untuk warta kebenaran tentang Yesus Kristus ini, ia telah bekerja tanpa upah apapun di tengah-tengah mereka, sebab ia yakin akan kuasa Allah yang memeliharanya melalui jemaat di Makedonia (bdk 2 Kor 11:1-11). Baginya Allah itu mahabaik, telah mengutus Yesus untuk memenuhi janji kelamatanNya. Tak ada Kristus yang lain selain yang Ia wartakan. Bapa kita hanya satu yakni Allah. Penebus kita hanya satu yakni Yesus Kristus dan penolong kita hanya satu yakni Roh Kudus. Pribadi Yesus dan Roh Kudus berasak dari Allah yang sama, yang menjelma dalam Putera dan yang bekerja dalam Roh Kudus. Karena itu dengan kuasa Roh Kudus, Yesus menyapa Allah sebagai Bapa-Nya dan Bapa kita semua. Bapa itu mahabaik !

Rabu, Juni 21, 2017

MENABUR BANYAK MENUAI BANYAK !

R. G. Le Tourneau adalah penemu alat berat. Saking banyaknya uang yang dia terima dalam hidupnya, suatu saat ia mencapai titik kepuasan dan tidak tahu harus berbuat apa atas uang yang berkelimpahan itu. Akhirnya ia mempersembahkan 90% dari pendapatannya kepada Tuhan. Dia bersaksi: “Aku menyekop uang itu dan Tuhan menyekopnya kembali, hanya saja Tuhan yang mempunyai sekop yang lebih besar dariku”. Keluargaku telah mendapatkan “sekop yang lebih besar” dari Tuhan, yaitu pemeliharaan-Nya kepada orang yang suka memberi. Meskipun ia sudah memberi banyak tetapi ia tak pernah berkekurangan.

St. Paulus hari ini suratnya kepada jemaat Korintus bersaksi: “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Kor 9:6-8). Paulus adalah seorang pekerja dan pewarta yang ulet, dia telah memberi hidup dan dirinya untuk kemuliaan Tuhan. Ketika ia menabur dan menabur sabda Tuhan setiap hari, ia mendapat kasih yang berkelimpahan dalam hidupnya sehingga ia tak pernah berkekurangan dalam hidupnya.

Namun dalam hal berbuat baik atau menabur, jangan pernah melakukannya dengan berkoar-koar supaya diketahui oleh banyak orang. Tuhan Yesus menyarankan hal itu dalam bacaan hari ini (Mat 6:1-6.16-18). “Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Memberi dengan cara yang diam melambangkan kerendahan hati, memberi dengan cara berkoar-koar melambangkan kesombongan. Kesombongan akan menghalangi kita untuk menabur dengan kasih. Sebab bila kita menabur dengan kasih, maka rahmatnya akan dituai dengan berlimpah ruah.

Paulus dan banyak orang baik telah menabur banyak dalam kasih. R. G. Le Tourneau dari illustrasi di atas juga telah menabur dengan kasih. Menabur banyak dengan kasih akan menuai banyak karena kasih !

 

Selasa, Juni 20, 2017

KEMURAHAN HATI UNTUK MENGAMPUNI !

Bill Gate pemilik hak paten “Microsoft” memiliki kekayaan hingga 1000 triliun lebih. Dengan kekayaan berlimpah sedemikian rupa ia bisa memanfaatkan semuanya dengan hidup berfoya-foya. Namun di luar dugaan banyak orang justru ia sangat murah hati. Setiap tahun ia bekerja sama dengan PBB untuk mendonasikan uangnya guna membantu penanggulangan penyakit malaria, TBC, HIV/Aids hingga ratusan milliar dollar. Ia bukan hanya kaya secara lahiriah tetapi juga kaya dalam kemurahan hati membantu sesama yang menderita.

Santu Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus hari ini memuji orang Makedonia yang mendonasikan uangnya untuk membantu kegiatan pelayanan para rasul. “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus”. (bdk 2 Kor 8:1-9). Mereka miskin namun kaya dalam kemurahan hati. Dengan pemberian itu mereka ingin mengambil bagian dalam pelayanan para murid yang pada zaman itu memang terasa sangat berat karena ekonomi jemaat belum cukup baik seperti pada zaman ini.

Namun dua contoh di atas menggambarkan kepada kita tentang bagaimana sikap orang-orang baik di masa awal Gereja dan sikap orang-orang baik pada zaman ini. Sepanjang zaman selalu ada orang-orang baik dan bermurah hati. Akan tetapi permintaan Yesus dalam Injil hari ini rasanya jauh lebih berat daripada memberi donasi, karena permintaan Yesus ini menyentuh keadaan hati kita yang sudah terluka karena perbuatan jahat sesama, dengan meminta kita untuk mendoakan dan mengampuninya.(Mat 5:43-48). Pertamyaannya: Apakah kita bisa mendoakannya atau mengampuninya? Kata Yesus: Jika kita tidak bisa maka apa lebihnya kita dengan orang-orang berdosa? Tantangan Yesus ini menggugat perasaan hati kita yang terdalam karena biasanya ujian mengampuni musuh jauh lebih berat dari pada mendonasikan uang atau barang.

Kalau tantangan Yesus ini dapat kita lakukan, maka Anda dan saya sungguh telah menjadi sangat kaya dalam kemurahan hati! Kemurahan hati untuk mengampuni dan mendoakan musuh! Selamat berjuang. Sebagai pengikut Yesus Kristus kita semua harus bisa!












Senin, Juni 19, 2017

KAMI ADALAH PELAYAN ALLAH!

Sebagai seorang pelayan Allah dan umat-Nya, yang telah bekerja selama tiga puluhan tahun di pelbagai paroki dan lembaga pendidikan serta lainnya, banyak pelayan Allah coba berusaha untuk menghayati pesan Tuhan dalam sabda-Nya: "Carilah dahulu Kerajaan Allah, yang lain akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:33). Ketika pesan ini bisa dihayati dan dipraktekkan dalam karya-karya selama sekian tahun, maka dalam segala keadaan, baik atau buruk, suka atau duka, sehat pun sakit, Tuhan selalu memenuhi janji-Nya atas mereka. Ia menambahkan apa yang mereka perlukan, dengan mencurahkan kuasa-Nya, berkat, kekuatan, kasih karunia, serta hal-hal lainnya. Melalui pengalaman-pengalaman ini, mereka percaya bahwa Tuhan setia pada janji-Nya. Sebagai pelayan Tuhan mereka sungguh mendapatkan lebih banyak dari apa yang merek perlukan dalam hidup ini, agar bisa bekerja secara maksimal. Tuhan itu sungguh mahabaik, mahamurah dan maharahim.

St. Paulus, dalam hidup dan pelayanannya pasti melakukan segala hal bagi Tuhan jauh lebih besar, lebih hebat dari pada apa yang saya lakukan. Kesaksian Paulus, baik yang tertulis dalam Kisah Para Rasul maupun yang tidak tertulis, ia sangat yakin akan penyertaan Allah dalam hidup dan karyanya. Dalam suratnya hari ini, dengan jujur ia menyampaikan keyakinan dan pengalamannya dalam melayani Tuhan. Paulus menulis demikian: "Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau......Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela"

"Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu" (2Kor 6:2-10).

Kesaksian Paulus ini lahir dari pengalamannya yang nyata dalam hidup dan karyanya sebagai seorang rasul (pelayan Allah) sebab ia bekerja bukan untuk dirinya sendiri, bukan juga untuk mencari popularitas tetapi untuk memuliakan nama Tuhan dan keselamatan banyak orang.

Hidup sebagai pelayan Tuhan, bagi para imam dan kaum religius, itu adalah sebuah panggilan dan pilihan yang khusus. Panggilan ini banyak tuntutannya dan itu tertuang dalam trikaul atau trijanji, yakni: ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Tiga janji ini mengandung banyak konsekwensi antara lain misalnya taat pada segala bentuk hukum kasih, kasih untuk tidak membalas dendam. Kalau ingin menjaga kemurnian hidup mereka harus memilih jalan selibat, dan jika ingin menghayati kemiskinan mereka hendaknya memilih cara hidup sederhana. Dengan kata lain pelayan Allah itu hendaknya hidup dalam semangat rela berkorban demi keselamatan sesamanya..

Sebagai pelayan khusus keutamaan hidup seperti yang dituntut di atas, bukan sekedar sebuah anjuran saja, melainkan sebuah kewajiban yang harus dihayati  dan diejahwantahkan dalam hidup. Bila tuntutan ini dipenuhi, hemat saya tak seorangpun dari pelayan Allah itu yang menangis karena kekurangan. Allah itu mahasetia. Ia akan mencukupkan hidup para pelayan-Nya dengan cara-Nya yang khas.

Minggu, Juni 18, 2017

TUBUH DARAH TUHAN YANG HIDUP ! (HR Tubuh dan Darah Kristus)



Ketika saya menulis renungan ini saya teringat kembali cuplikan film tentang Uskup Romero, pembela kebenaran dan rakyat jelata di El-Salvador. Dalam cuplikan singkat itu kita melihat beliau tidak gentar untuk memungut kembali semua hosti kudus yang terserak di lantai akibat tembakan mortir oleh tentara suruhan pemerintah setempat. Hosti yang disimpan dalam tabernakel itu sudah dikonsekrir dalam ekaristi, hosti yang sudah dikonsekrir kita sebut tubuh Kristus, karena perjamuan ekaristi adalah peringatan perjamuan Tuhan yang terakhir bersama para murid-Nya, saat mana Dia mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kuasa itu Ia berikan kepada para murid-Nya sendiri, yang kemudian dikuasakan kepada para imam katolik untuk meneruskannya. Maka ketika hosti itu berserakan, sebagai seorang Uskup yang bertanggung jawab atas kebenaran ini, datang memungutnya kembali dan memindahkannya ke Gereja lain. Ia tidak takut sebab dia tahu, dia menyelamatkan tubuh kudus Kristus, sumber hidup manusia.

Hari raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini, adalah sebuah perayaan untuk mengingatkan kita akan kekudusan ekaristi sebagai perayaan keselamatan sempurna bagi umat Allah dalam Gereja Katolik. Karena itu semua bacaan hari ini baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru seluruhnya berbicara tentang kesediaan Allah. Kesediaan untuk memelihara hidup manusia melalui manna di padang gurun, menguduskan serta menguatkan manusia melalui perjamuan Yesus pada zaman perjanjian baru sampai nanti Ia datang kembali.

Di padang gurun yang gersang bangsa Israel kekurangan makanan, Allah menyediakan makanan manna bagi mereka. Sesudah menikmati makanan itu, mereka hidup dan kuat untuk meneruskan perjalanan yang melelahkan itu melintasi padang gurun. Allah menyediakan dan memberi kekuatan baru untuk melangkah lebih jauh hingga mereka sampai pada tujuan perjalanan itu (bdk Ul 8:2-3.14b-16a)

Dalam pengajaran-Nya di rumah ibadat di Kapernaum Yesus bersabda: “Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (bdk Yoh 6: 51-58). Orang Yahudi di Kapernaum bertengkar satu sama lain tentang sabda Yesus yang sukar untuk dimengerti ini. Para murid-Nya sendiri pun saat itu tidak mengertinya. Setelah Yesus bangkit dan mereka menerima Roh Kudus baru semuanya menjadi jelas bahwa semua itu akan terjadi dalam ekaristi.

Paulus pun dalam pengajarannya kepada jemaat Korintus mengerti akan makna ekaristi sebagai persatuan hidup yang paling sempurna dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Sebab yang makan tubuh dan darah-Nya dalam ekaristi, bersatu dengan-Nya sebagai satu tubuh dalam Gereja-Nya yang kudus.

Bila kita merayakan ekaristi lalu menyantap dan darah-Nya, maka hidup kita selain dikuatkan oleh-Nya juga dipersatukan dengan-Nya secara sempurna. Dia tinggal dalam kita dan kita tinggal dalam Dia. Kita satu dengan-Nya dan Dia satu dengan kita. Betapa bahagianya makan tubuh dan minum darah-Nya. Kata pemazmur: betapa baik dan sedapnya Tuhan !
   

Sabtu, Juni 17, 2017

SUMPAH ITU BERBAHAYA, JIKA PALSU !



Jika manusia tidak berhati-hati dalam menjaga integritas dirinya, terutama dalam menjaga sumpah/janji di hadapan Tuhan dan sesama, maka sumpah itu bakal merugikan seluruh hidup dan pekerjaan serta pelayanannya di tengah dunia ini. Sumpah biasa dibuat ketika seseorang menerima jabatan tertentu dalam masyarakat, juga dalam hidup menggereja, saat seseorang dilantik untuk menjalankan tugas tertentu. Sumpah itu juga dilakukan oleh suami istri saat mereka menerima sakramen perkawinan dalam Gereja Katolik.

Demi menjaga kewaspadaan itu Tuhan Yesus dalam wejangannya hari ini bersabda: “Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah...........”. (Mat 5:33-37). Kalau mau bersumpah jagalah sumpah dengan penuh tanggung jawab, sebab sumpah palsu selalu mempunyai resiko yang buruk bagi hidup kita. Karena itu Tuhan Yesus menganjurkan kita sebuah jalan yang paling baik dan aman yakni, jaga mulut, jaga kejujuran: kalau YA katakan YA, kalau TIDAK katakan TIDAK, lebih dari itu berasal dari si jahat. Sebab di dunia ini banyak orang terjerat dengan perkataannya sendiri, entah dalam bentuk sumpah atau ucapan sederhana lainnya. Sebab kelemahan utama manusia adalah mudah dalam berkata-kata tetapi sering tersandung dalam perbuatan.

Sumpah palsu itu dosa yang bisa menjerumuskan kita ke dalam banyak bahaya yang menelan kita di seputar hidup kita setiap hari. Karena itu St. Paulus mengingatkan kita dengan mengatakan: “Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru” (bdk 2 Kor 5:14-21). Ciptaan baru berarti sebuah ciptaan yang sudah dibersihkan dari kuasa dosa oleh darah Kristus yang tertumpah di salib. Sebagai ciptaan baru, anak-anak Allah hendaknya menjaga integritas kejujuran. Sebab orang bilang, ketidakjujuran itu akar dari segala kejahatan, ketidakjujuran menutup kebenaran, ketidakjujuran menutup kehadiran kuasa – daya Allah di dalam diri seseorang. Kalau kita kehilangan daya Ilahi itu maka kita menjadi tak berguna atau tak berdaya untuk melawan segala kejahatan yang menggoda hidup kita setiap hari.

Karena itu jagalah sumpah – janji – kaul kehidupan dengan jujur di hadapan Tuhan. Jika palsu ia akan menjadi racun !









Adhitz Ads