Jika kita memandang segala sesuatu
dengan cara pikir yang sempit, maka banyak hal yang tidak mustahil menjadi
mustahil. Cara pandang kita yang demikian melemahkan daya kreativitas kita
untuk mencari inovasi baru dalam mengembangkan potensi hidup yang diberikan
Tuhan kepada kita. Cara pandang kita yang sempit membuat kita hanya mau puas
dengan gaya dan sistim kerja kita yang baku, tanpa melihat lebih jauh bahwa di
sekitar kita sudah ada inovasi baru yang berkembang dan menghasilkan sesuatu
yang lebih baik. Pada hal mereka yang berada di sekitar kita mungkin saja
seorang pendatang baru yang sebelumnya tak punya apa-apa, selain bermodalkan
tekad, ketekunan dan kerja keras untuk meraih cita-citanya. Orang yang
ragu-ragu akan selalu mengatakan kepada dirinya sendiri: mungkinkah? Tetapi orang
yang punya tekad selalu mengatakan: kita pasti bisa, ayo kita mulai!
Saat Abram dipanggil menuju tanah
terjanji, Allah telah menjanjikan berkat kepadanya, selain kekayaan dan nama
besar, juga keturunan yang banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi
pantai. Cerita bacaan pertama hari ini menarik sekali. Allah menjumpainya untuk
mengatakan bahwa tak lama lagi ia akan memiliki seorang anak dari istrinya Sara
yang berusia 90-an tahun, anak dari perkawinan dia (Abraham) yang sudah berusia
hampir 100 tahun. Abraham menanggapi Tuhan dengan tertawa kecil kepada dirinya
sendiri dan mengatakan: mungkinkah? Kalimat lengkapnya: “Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya:
"Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang
anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu
melahirkan seorang anak?". Amat beruntung bahwa keraguan Abraham ini
tidak berbuahkan pembatalan peranjian dari pihak Tuhan, karena Tuhan setia pada
janji awal kepada Abraham! Tuhan tidak peduli pada keraguan Abraham. Kata Tuhan
kepadanya: “Perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara
bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga." (bdk Kej
17: 1.9-10.15-22). Dari cara pandang manusia, keraguan Abraham memang sangat
beralasan sebab ia sudah jadi kakek dan Sara sudah jadi nenek. Masa subur keduanya
sebagai lelaki dan perempuan sudah “out
of date or out of year”. Tetapi Tuhan selalu mengatakan “bagi Allah segala
sesuatu mungkin”. Tak ada yang tak mungkin! Allah mahakuasa dan Ia dapat mengubah
segala sesuatu menjadi baru oleh karena Roh-Nya yang penuh kuasa.
Demikianpun seorang kusta dalam Injil
hari ini. Ketika melihat Yesus ia sujud dan menyembah-Nya sambil memohon dengan
ragu: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”. Yesus tidak peduli
dengan permintaannya yang agak ragu-ragu itu. Ia mengulurkan tangan-Nya,
menjamah orang kusta itu dan berkata: “Aku
mau jadilah engkau tahir!” Seketika itu juga tahirlah orang itu! (Mat
8:1-4). Selain mahakuasa, Tuhan juga mahabaik, maharahim. Dalam cerita ini
Tuhan menunjukkan belaskasih-Nya kepada orang yang datang dan percaya, meskipun
kepercayaannya disertai keraguan akibat keadaan fisiknya yang lemah. Tuhan Yesus
memiliki prinsip ini: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan
datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” (Yoh
6:37). Tuhan menerima setiap orang yang datang kepada-Nya, apalagi kalau disertai
dengan sikap rendah hati, seperti orang kusta itu datang lalu sujud dan
menyembah-Nya.
Ketika Abraham masih berpikir
mungkinkah, dan orang kusta itu berpikir apakah Ia mau, Tuhan sudah bertindak
dan melaksanakan tugas-Nya dengan baik. Bagi-Nya selalu mungkin dan siap
menolong. Amin