Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Senin, Februari 29, 2016

TERSINGGUNG…!

Tantri sangat tersinggung ketika namanya disebut sebagai pelopor kekacauan di kelasnya. Ia mengeluarkan sepatunya dan melemparkannya kepada orang yang menyebut namanya, sambil mengancam akan melaporkan hal itu kepada polisi sebagai kasus pencemaran nama baik. Meskipun kemudian temannya meminta maaf atas kelancangan telah menyebut namanya, Tantri tetap saja marah dan tidak mau berbicara dengan temannya itu selama beberapa bulan. Ia sungguh tersinggung, marah dan dendam. Meskipun hatinya sendiri tidak damai dengan keadaan itu, tetapi dia berpura-pura tidak mau peduli dengan suara hatinya untuk memberi maaf. Ia sendiri sesungguhnya menderita karena dendam. Ia tidak bahagia tetapi berpura-pura bahagia.

Naaman panglima yang  berhasil mengalahkan negeri-negeri di sekitarnya termasuk Israel. Namun sayangnya ia sakit kusta. Dia telah berjuang untuk mencari pengobatan ke mana-mana namun tidak berhasil. Seorang hamba, gadis Israel menyarankan dia pergi ke Israel sebab di sana ia akan berjumpa dengan nabi yang bisa menyembuhkan dia. Dia percaya dan pergi. Akan tetapi ketika nabi Elisa menyuruhnya supaya dia mandi di sungai Yordan ia tersinggung, sebab nabi itu tidak mau berjumpa denganya dan kedua ia berpikir sungai di negeri asalnya jauh lebih baik. Tetapi rasa marahnya dapat diredam oleh nasihat para pembantunya untuk mengikuti saran nabi Elisa. Setelah dia mandi dengan mencelup diri tujuh kali, ia sembuh. Rasa tersinggung, gengsi dikalahkan oleh kerendahan hatinya untuk mengikuti saran gadis Israel dan para pembantunya. Ia butuh kesembuhan. Setelah ia sembuh ia percaya dan memuji Allah dengan berkata: "Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini" (2 Raj 5:15). Mujizat Tuhan terjadi ketika ia berhasil mengatasi rasa tersinggung dan marah.

Ketika Yesus sedikit mengeritik sikap orang di kampung asalnya mereka tersinggung, marah dan hendak melempar-Nya ke dalam jurang. Akhirnya Yesus pergi situ melewati mereka semua. Yesus tidak melakukan mujizat di kampung asal-Nya, meskipun Ia bisa melakukan itu. Rasa tersinggung dan marah telah menutup mata hati dan iman orang Nazareth untuk menerima Yesus (bdk Luk 4:24-30).

Tersinggung dan marah adalah kelemahan rohani yang meracuni iman dan harapan manusia untuk mengandalkan Tuhan sekaligus menghalangi kemurahan Allah untuk melakukan mujizat-Nya.

Minggu, Februari 28, 2016

MENGAPA ANDA DIPANGGIL…?

Ani, seorang calon biarawati, dalam suatu syeringnya saat mengikuti retret Hidup Baru Dalam Roh menceritakan latar belakang hidupnya hingga ia masuk kongregasi pilihannya: "Ketika melihat sejarah hidup saya, saya ragu apakah benar saya dipilih Tuhan menjadi biarawati. Setiap hari saya dihantui perasaan takut, cemas dan bimbang dan sudah pernah minta pulang ke rumah sebab kadang-kadang saya tidak bisa tidur. Namun setelah mendengar semua penjelasan tentang Kasih Allah atas hidup manusia melalui alam ciptaan-Nya, melalui sesama dan teristimewa melalui Yesus Putera-Nya, saya lalu berpikir ternyata Allah itu mahabaik. Saya menjadi lebih yakin lagi akan kebaikan Allah itu ketika dalam retret ini ada pengakuan dosa dan doa pencurahan Roh Kudus. Dalam pengakuan dosa saya boleh menceritakan semua dosa yang saya sembunyikan selama ini, karena takut dan malu. Namun ketika diberi pengampunan hati saya merasa lega. Saat menerima pencurahan Roh Kudus hati saya diliputi sukacita karena saya merasa seolah-olah suatu benda yang mengganjal hati saya selama ini seolah-olah terlepas dan saya merasa ringan dan semalam saya tidur nyenyak. Mudah-mudahan setelah ini saya akan tidur nyenyak terus dan menjalani panggilan ini dengan tenang dan percaya bahwa kasih Tuhan mengubah jalan hidup saya".

Musa dipanggil menjadi tokoh pembebas Israel seperti kisah panggilan Musa hari ini (Kel 3:1-8a.13-15). Dalam kisah sebelumnya Musa diceritakan sebagai seorang pelarian dari istana Firaun karena takut ketahuan akan dosa pembunuhan yang dia lakukan atas seorang Mesir. Ia lari ke padang gurun. Suatu saat tiba-tiba ia melihat semak duri menyala dan dari dalam api yang menyala itu ia mendengar suara Tuhan yang berseru memanggilnya dengan tugas membebaskan umat Israel dari penindasan di Mesir, karena jeritan derita bangsa terpilih telah kedengaran hingga ke takhta-Nya. Musa agal berkeberatan dengan perutusan itu karena tidak ada kekuatan hukum atas perutusan ini. Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka? "Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun".

Allah tidak melihat bagaimana latar belakang Musa. Allah memerlukan Musa untuk tugas perutusan ini. Allah melihat kesanggupan Musa dan Allah memperlengkapi Musa dengan kuasa dan karunia-karunia mengadakan mujizat. Allah dapat menyanggupkan orang pilihan-Nya dengan perlengkapan yang dibutuhkan orang bersangkutan, Allah dapat melakukan segala sesuatu yang membuat orang yang terpanggil itu bisa melaksanakan tugasnya dengan baik karena Allah mahabaik dan mahakuasa. Bagi-Nya tak ada yang mustahil.

Kita dipanggil karena Allah membutuhkan kita dan ingin supaya kita mengambil bagian dalam karya keselamatan bagi segenap bangsa manusia. Pengalaman kita tentang cinta kasih Allah yang telah mengubah hidup kita menjadi baru, justru menjadi kekuatan yang dahsyat bagi kita untuk menjadi abdi dan utusan-Nya. Di dalam pengalaman kasih itu Allah menyembuhkan kita dari rasa takut dan cemas akan masa lalu kita dan kini Allah mengutus kita untuk memberi kekuatan kepada orang lain sehingga mereka pun boleh mengalami kasih Allah yang sama.

Allah memanggil kita untuk berbagi kasih yang sudah kita alami dalam panggilan itu sehingga orang lain juga boleh mengalami kasih-Nya. Santu Paulus mengatakan: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya" (Rom 8:28-30).

Allah memanggil kita supaya kita sendiri diselamatkan…!

MENCANGKUL & MEMBERI PUPUK…!

Petani yang baik dan yang mencintai tanaman yang akan ditanamnya ke dalam tanah dua pekerjaan ini yang harus dia lakukan yaitu: mencangkul dan memberi pupuk organik. Mencangkul agar tanahnya gembur, tanaman mudah ditanam, akar tumbuhan mudah masuk ke dalam tanah lalu tanaman akan mudah bertumbuh. Memberi pupuk itu salah satu cara untuk memberi makan kepada tanaman yang ditanam agar bertumbuh kuat, segar dan bertahan hidup walaupun ada gangguan penyakit. Itu ibarat memberi suplemen atau vitamin kepada manusia. Tanaman jadi subur dan bertumbuh segar serta akan mengasilkan bunga dan buah yang lebat.

Allah itu ibarat petani yang baik. Ia sudah mempunyai lahan pertanian yaitu tanah terjanji dan pohonnya adalah bangsa Israel, keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Sejak Yakub pindah dari Kanaan ke Mesir bersama anak-anaknya, pohon itu ditanam di lahan orang yaitu negeri Mesir dan saking banyaknya, pohon-pohon itu hendak dipotong dengan cara penindasan dan bentuk pemerasan yang tidak adil. Pohon itu merana, merintih dan menjadi gersang. Rintihan dan tangisan pohon-pohon itu didengar pemilik-Nya, yakni Tuhan sendiri. Karena itu Dia memanggil seorang anak manusia agar memindahkan pohon-pohon itu kembali ke kebunnya sendiri di Israel, tanah terjanji. Pemindahan itu membutuhkan proses panjang dan pemimpin ulet karena jaraknya yang sangat jauh.

Musa pun dipanggil dari padang gurun untuk mencangkul tanah dalam perjalanan menuju Mesir dan memberinya pupuk bila iman mereka akan Tuhan mengalami kegersangan. Tuhan memanggil Musa guna memimpin dan menunjukkan jalan kepada bangsa terpilih ini agar mereka tetap subur imannya akan Tuhan, tetap teguh dalam harapannya di saat-saat penuh pencobaan, tetap saling mengasihi dan bekerja sama dalam suka dan duka. Tuhan memanggil Musa agar menggembalakan bangsa ini sampai ke tempat tujuan mereka di Israel. Tugas Musa berat, ia ibarat petani yang setiap hari harus mencangkul dan memupuk hati bangsanya, tetapi Tuhan menyertai dia dengan banyak kuasa dan mujizat (Kel 3:1-8a.13-15).

Dalam perjalanan padang gurun itu hati bangsa Israel terbagi-bagi. Ada yang pro dan tetap setia pada Musa; ada yang kontra dan suka memberontak, ibarat pohon yang tidak menghasilkan buah. Musa harus sabar menanggung semua itu demi keselamatan seluruh bangsa. Ia tetap memberi mereka motivasi agar percaya dan percaya bahwa perjalanan mereka di padang gurun itu bukan menuju ke sia-siaan, tetapi menuju tanah warisan dari nenek moyang mereka Abraham, Isaak dan Yakub. Yang tetap membangkang dan tidak mau dituntun mati di padang gurun, tetapi yang setia dan taat berjalan terus sampai tujuan.

Ketika beberapa orang datang kepada Yesus dan memberitahu tentang nasib orang Galilea yang dibunuh Pilatus, Yesus menggarisbawahi jawabannya dengan mengatakan: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian" (Luk 13:2-3). Lukas menulis penegasan Yesus sebanyak dua kali. Itu berarti BERTOBAT dari dosa, dari pembangkangan terhadap Allah dan hukum-hukumNya itu sangat penting. Jika tidak nasibmu akan sama seperti orang-orang Galilea dan mereka yang mati ditimpa menara di kolam Siloam.

Lalu Yesus menyampaikan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah dan diberi waktu setahun lagi dengan cara mencangkul sekitar pohonnya dan memberinya pupuk. Jika tidak berbuah maka ia akan ditebang. Masa puasa adalah masa untuk mencangkul dan memupuk hati agar menjadi subur dalam kesetiaan kepada kehendak Allah. Dalam masa puasa tahun ini Paus Fransiskus mengingatkan kita akan rahmat belaskasih Allah yang memberi waktu kepada kita untuk bertobat dari dosa melalui pelbagai kegiatan rohani: tekun berdoa, novena, tekun dalam ekaristi harian, bersemangat dalam adorasi, mengaku dosa setiap bulan, berziarah supaya mendapat indulgensi, dan melakukan aksi sosial yang nyata terhadap mereka yang membutuhkan. Dalam hubungan dengan tugas ini kita semua dipanggil seperti Musa :

1. Untuk memimpin diri kita sendiri melewati godaan di padang gurun kehidupan nyata.

2. Membantu untuk membimbing sesama di sekitar kita dengan cara mencangkul dan memberi pupuk = memberi motivasi agar bisa melewati padang gurun kehidupan ini dan selamat.

Written by RD. Laurensius Sopang

Sabtu, Februari 27, 2016

ANAK ITU PULANG KEMBALI…!

Setelah 5 tahun menghilang tanpa berita, Leo tiba-tiba muncul kembali ke rumahnya. Ia pulang dalam keadaan wajah yang lusu, kurus seperti seorang baru sembuh dari sakit, tak punya semangat, rambut hampir tak tersentuh gunting, jenggot terurai tidak teratur. Saat ia kembali ke rumah di rembang petang, hampir semua penghuni rumahnya, ayah ibu dan 4 adiknya tidak mengenalnya lagi.

Setelah ia memperkenalkan dirinya, ayah ibu dan adik kakaknya menangis histeris karena sesudah Leo hilang tanpa kabar, mereka telah melakukan upacara adat kematiannya. Sebab mereka semua berpikir Leo telah mati. Setelah semua anggota keluarga berhenti menangis Leo mengisahkan kembali mengapa dia menghilang begitu saja.

"Saya pergi bukan karena marah kepada ayah ibu atau adik kakak. Tetapi saya ditipu seseorang yang bercerita tentang enaknya merantau di negeri orang. Ketika saya pergi dan mulai bekerja di sana, saya mulai melakukannya dengan baik-baik. Gaji di tahun pertama dan kedua dijamin tanpa potongan tetapi memasuki tahun ketiga perusahaannya mulai dipotong 25% untuk mengembalikan biaya keberangkatan awal dan urusan administrasi, dll.

Saya frustrasi dan akhirnya terjebak perjudian, mula-mula selalu menang lalu kalah terus, saya mulai bermabukan bersama teman-teman, rambut tak mau dicukur, perusahaan memberhentikan saya setelah lunas semua potongan gaji itu. Biaya hidup saya sesudahnya cuma menghabiskan semua uang simpanan dari gaji di awal kerja dan ini buku tabungan saya sisanya cuma 500 ribu rupiah. Kepada bapa mama serta adik dan kakak, saya mohon maaf atas kelakuan saya selama 5 tahun. Kini saya kembali, saya ingin berubah dan mau hidup bersama kalian di rumah ini. Kiranya kalian mau menerima saya kembali", demikian Leo mengakhiri kisah singkatnya.

Ayah dengan suara terpatah-patah dan linangan air mata, lebih dulu meminta maaf kepada Leo, karena mengira mungkin Leo pergi akibat kurang perhatian dari bapa dan mama, sambil memegang kaki Leo dan menciumnya. "Kami semua menerimamu kembali dan besok kita akan meminta imam merayakan ekaristi syukur atas semua peristiwa ini, sekaligus memohon doa pemulihan ganti upacara adat kematian yang telah kami buat untukmu".

Kisah ini mirip dengan kisah anak hilang dari Injil hari ini. Kisah anak hilang sesungguhnya mau menggambarkan "kerahiman dan belaskasih Allah" atas orang-orang berdosa yang bertobat. Tuhan siap menerima siapa pun yang rendah hati dalam sesal dan tobat. Allah itu seperti seorang bapa yang baik, yang selalu menungggu anak-anaknya pulang bila pergi jauh (berdosa). Betapa hati-Nya bergembira jika harapan-Nya terpenuhi dan Bapa mau membuat pesta syukur atas peristiwa pertobatan setiap orang berdosa, seperti digambarkan Yesus dalam perumpamaan anak hilang (Luk 15:1-3.11-32).

Nabi Mikha percaya akan belaskasih Allah. Karena itu ia berani menghadap takhta Allah dan berdoa: "Gembalakanlah umatMu dengan tongkatMu, kambing domba milikMu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban" (Mi 7:14-15).

Doa ini tidak lain berisi memohon belaskasih Allah atas umat-Nya, agar Allah tidak menghukum bangsa ini melainkan memberi ampun atas semua kesalahan mereka. Sebab mereka semua ingin pulang ke pangkuan Allah, yang senantiasa setia pada janji-Nya yang telah diucapkan-Nya kepada Abraham.

Allah itu maharahim dan penuh kasih setia pada janji-Nya, maka berbahagialah semua orang yang menyadari kesalahannya dan pulang kepada Bapa dalam sikap tobat yang benar.

Written by RD. Laurensius Sopang

Jumat, Februari 26, 2016

IRI HATI: MENELAN KORBAN

Orang bilang, "jika hati telah terluka oleh dosa iri dan cemburu maka ia akan menelan korban. Ia tidak mau tahu siapa yang akan menjadi sasarannya, ayah ataukah ibu, adik ataukah kakak, kawan ataukah lawan. Iri hati dan cemburu menyalakan amarah dan benci. Siapa saja bakal disingkirkan dari hadapannya". Karena itu dosa iri dan cemburu termasuk dosa yang selalu menelan korban.

Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya karena iri dan cemburu. Mereka tidak mau tahu Yusuf itu adik kandung mereka sendiri, tetapi karena hati telah termakan dosa iri dan benci maka Yusuf pun harus disingkirkan, meski cuma dengan 20 keping perak (Kej 37:3-4.12-13a.17b-28).

Dosa iri dan benci juga telah menggores hati para penggarap kebun anggur. Mereka pun bersekongkol untuk mengusir, memukul bahkan membunuh orang suruhan si pemiliknya. Saking iri dan benci anak kandung si pemilik kebun anggur pun juga menjadi korban. Iri dan dan benci itu bagai api dalam sekam. Ia dapat menghanguskan hati siapa saja, ia dapat menyalahkan amarah orang-orang baik sehingga segala rencana jahat bakal tumbuh di hati mereka dan orang-orang inipun melakukan yang jahat (Mat 21:33-43.45-46).

Yesus menyampaikan perumpamaan tentang para penyewa yang jahat untuk menggambarkan sifat dan sikap bangsanya sendiri yang selalu termakan dosa iri dan benci. Yesus sendiri menjadi korban iri dan benci dari kaum Farisi, ahli Taurat, imam-imam, termasuk imam agung. Yesus mereka tangkap, mereka aniaya, bahkan menjatuhkan hukuman mati atas-Nya, meski Ia tak bersalah sedikit pun. Iri dan benci bisa mengesahkan alasan yang dibuat-buat, mencari alasan yang palsu, agar bisa menyingkirkan siapa saja yang menjadi sasarannya. Iri dan benci bisa membuat kawan jadi lawan, teman jadi musuh, dst.

Hati yang termakan oleh dosa iri dan cemburu bisa menyalahkan segala kejahatan lain. Maka, menjaga hati agar tidak dirasuki dosa iri dan cemburu termasuk salah satu kesuksesan dalam "manajemen hati".

Written by RD. Laurensius Sopang

Kamis, Februari 25, 2016

SI MISKIN YANG KAYA…!

Orang miskin bisa menjadi kaya itu bukan mustahil. Banyak orang kaya sekarang memulai hidupnya dari situasi yang amat miskin di masa lalu. Tetapi karena mereka ulet, tekun, sabar serta hemat dalam menyusun ekonomi rumah tangganya, maka pelan-pelan usaha itu meningkat dan mereka menjadi kaya. Sebaliknya tidak mustahil orang yang kaya menjadi miskin ketika mereka kurang bijaksana mengatur kekayaannya, hidup berfoya-foya, tak peduli dengan sesama lama-lama mereka menjadi miskin, bangkrut dan tak punya apa-apa lagi. Lalu lahirlah ungkapan: dunia ini berputar, hari ini Anda berada di puncak besok Anda akan berada di kaki…!

Cerita Yesus dalam Injil hari ini tidak dialami Lazarus dan orang kaya secara duniawi. Sebab Lazarus dalam hidupnya di dunia hingga kematian tetap miskin. Kekayaan baru didapatkannya sesudah jiwanya diselamatkan dan hidup bersama Abraham dalam surga. Demikian juga si kaya itu selama hidupnya tetap kaya sampai mati. Kemiskinan baru dialaminya setelah kematian, sebab Ia mendapat ganjaran yang mengenaskan hidup dalam derita abadi.

Cerita Yesus ini sangat jelas, tertuju pada ganjaran kehidupan. Yesus melihat banyak orang kaya dan bangsawan Israel hidup dalam kemewahan dan tidak berpihak pada orang miskin. Mereka hidup dalam kemewahan dan kesenangan pribadi dan keluarga. Orang miskin yang berada depan mata hanya dilirik sebelah mata. Karena itu Dia mulai bercerita tentang si kaya dan si miskin Lazarus. Lazarus miskin tetapi menjadi kaya dalam hidup abadi. Hal ini mau menggambarkan belaskasih Allah yang berpihak pada "orang-orang miskin tak berdaya, orang-orang kecil yang terbuang, orang-orang pinggiran yang tersingkirkan, menggambarkan sikap Allah yang sangat " option for the poor". Sesudah mati si miskin hidup dalam kekayaan berlimpah. Sebaliknya yang kaya jadi miskin menggambarkan efek dari cara hidup manusia yang tak peduli pada penderitaan sesama yang berada dalam lingkungan hidupnya. Ketika mati si kaya hidup dalam kemiskinan abadi (bdk Luk 16:19-31). Cerita ini diceritakan sebagai peringatan bagi manusia yang egois dan tak peduli pada sesama, yang tak punya semangat dedikasi dan belaskasih.

Apa yang digambarkan Yesus dalam cerita Lasarus yang miskin ini telah diwartakan secara tegas bahkan keras oleh nabi Yeremia. Ia memakai kata yang tajam: terkutuklah! Di akhir wejangannya Yeremia menegaskan :
"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." (Yer 17:9-10).

Orang yang miskin hatinya, meski kaya secara materi, bakal mengalami kemiskinan abadi. Sebaliknya orang yang kaya hatinya walaupun ia miskin secara materi akan mengalami kekayaan abadi.

Written by RD. Laurensius Sopang

Rabu, Februari 24, 2016

MINTA JABATAN…?

Dalam dunia politik tidak sedikit orang minta jabatan, mencari bahkan membeli dan mencuri jabatan. Mengapa? Sebab di balik jabatan itu ada kekuasaan yang membuat seseorang dihormati dan disegani, ada kekayaan yang membuat seseorang bisa menjadi jutawan dan millioner, ada nama besar yang membuat seseorang selalu disebut "yang terhormat atau yang mulia", ada kedudukan yang membuat seseorang selalu berada di tempat terdepan, ada privilese-privilese yang membuatnya menjadi tamu VVIP, dll.

Tergiur oleh hal-hal inilah maka ibu anak-anak Zebedeus datang kepada Yesus dan meminta jabatan untuk kedua anaknya, karena dia berpikir Kerajaan yang dibentuk Yesus adalah Kerajaan duniawi. Ibu ini memanfaatkan kedekatan hubungannya dengan Yesus dan memintanya. Dia tidak mendengar akan apa yang dikatakan Yesus sebelumnya bahwa Anak Manusia akan ditangkap, diserahkan oleh tua-tua kepada orang asing, supaya Ia didera, dianiaya dan dihukum mati.

Ibu ini juga tidak tahu bahwa yang berhak memberi tempat duduk di kiri kanan (jabatan) adalah hak Bapa. Ibu anak-anak Zebedeus ini hanyalah bermimpi tentang kekuasaan duniawi. Ketika Yesus menantang mereka, mereka pun berani menjawab Yesus: kami sanggup. Pada kesempatan itulah Yesus menjelaskan kepada mereka bahwa yang dilakukan-Nya bukan mencari jabatan tetapi melayani. "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:26-28) Yesus datang untuk melayani dan Ia akan menjadi tebusan bagi dosa banyak orang. Semua kebenaran ini baru terungkap sesudah peristiwa salib dan kebangkitan-Nya.

Yeremia pada mulanya tidak mau menerima tugas menjadi nabi karena ia merasa diri masih muda dan juga tahu betapa beratnya tugas itu. Nabi bukan jabatan yang menggiurkan karena uang, kuasa dan nama besar tetapi tugas yang bisa mendatangkan cercaan, ejekan, olokan bahkan kematian. Nabi bertugas meluruskan yang bengkok, mengingatkan manusia tentang kesalahan dan dosanya, nabi memperbaiki moralitas hidup manusia, nabi mengeritik cara hidup yang salah. Tugas ini membuat orang tersinggung, marah dan benci. Kebencian dan kemarahan inilah yang dihadapi Yeremia sehingga umat Israel membuat konspirasi untuk menghancurkan kariernya sebagai nabi (Yer 18:18-20).

Meski banyak resiko negatip yang dihadapi seorang nabi, namun tugas kenabian ini penting dan inilah yang diminta Tuhan agar kita jangan pernah berhenti mengatakan yang benar, yang baik sesuai kehendak Tuhan dalam semangat kejujuran dan keadilan serta kerendahan hati. Apa yang kita kerjakan dalam tugas kenabian ini, semata-mata adalah pelayanan. Akan tetapi sesungguhnya sebesar apa pun jabatan yang kita terima dalam dunia ini, baik duniawi maupun rohani, dalam kaca mata Kristus, itulah adalah pelayan. Maka semua pejabat, entah itu duniawi maupun yang rohani, hendaknya selalu mau melayani, bukan dilayani…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Selasa, Februari 23, 2016

BERHENTI BERBUAT JAHAT…!

(Peringatan Santo Polykarpus, Uskup dan Martir)

Tahun 2007 saya melakukan assistensi Paska di komunitas Suster P. Karmel, Talun Kenas, Medan. Pada hari Kami Putih saya berjumpa dengan seorang bapa yang dipilih menjadi rasul untuk upacara pembasuhan kaki. Sebelum upacara itu ia syering kepada kami yang hadir bahwa ia adalah mantan perampok dan sesungguhnya saat itu merasa tidak layak dipilih menjadi rasul, meskipun sudah setahun ia bertobat dari pekerjaan merampok itu. Ia biasa merampok kendaraan-kendaraan angkutan barang lintas Sumatera.

Ia berhenti dari pekerjaan itu karena satu saat ia luput dari peristiwa pembunuhan yang dilakukan sopir yang muatan truknya hendak ia rampok. Tetapi ia minta belaskasihan sopir itu untuk tidak membunuhnya. Peristiwa belaskasih sopir itu mengubah jalan hidupnya karena setelah ia dibebaskan ia berpikir bahwa Tuhan masih mencintai dan memeliharanya. Ia kembali ke rumah dan bekerja sebagai petani dan bertobat. Pada perayaan Kamis Putih itu, saat pembasuhan kaki saya mencium kaki rasul-rasul satu persatu dan bapa tadi merasa amat terharu dan menangis tersedu-sedu dalam waktu yang agak lama. Ia merasa ia tidak pantas boleh menerima penghormatan seperti itu. Tuhan menjamah dia dan menyembuhkan luka-luka masa lalunya.

Pesan kenabian dari Kitab Yesaya bacaan pertama hari ini agak keras. Tuhan menuntut pertobatan yang serius dari bangsa Israel yakni supaya berhenti berbuat jahat dan kembali belajar berbuat baik, jika tidak maka resikonya fatal. Pesan ini mengandung kobaran cinta Allah yang ingin menyelamatkan bangsa ini dari kebinasaan. Sebab Allah telah menjadikan mereka bangsa terpilih, umat kesayangan-Nya. Allah tidak rela mereka binasa, melainkan hidup dan berkembang dalam perbuatan baik. "Marilah, baiklah kita berperkara! — Firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu" (Yes 1:18-19).

Tuhan Yesus dalam Injil hari ini juga dengan agak keras menyampaikan wejangan-Nya kepada orang banyak dan para murid-Nya agar tidak meniru sikap orang Farisi dan ahli Taurat. Sebab mereka suka membebani sesamanya dengan banyak aturan agama tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka itu kaum munafik yang suka mencari pujian dari sesamanya. Tuhan mengajak para pendengar-Nya agar berlaku rendah hati, sebab barangsiapa meninggikan dirinya, ia akan direndahkan (bdk. Mat 23:1-12).

Sikap welas asih (belas kasih) Allah yang diwartakan kepada kita pada tahun Kerahiman Ilahi ini adalah sebuah tawaran untuk bertobat dari segala kecenderungan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Manusia dari kodratnya selalu memiliki kecenderungan mencintai hal-hal yang jahat dan mencederai hidupnya dengan banyak dosa. Semoga pengalaman belaskasih Allah dapat menolong kita untuk membangun sikap hidup yang benar.

St. Polykarpus sebelum ditangkap musuh-musuhnya ia menjamu mereka dengan menyajikan makanan yang lezat. Sesudah itu ia menyerahkan dirinya dengan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan atas diriku", seraya memohon diberi waktu untuk berdoa. Ia dibakar hidup-hidup atas perintah prokonsul kota karena tidak mau menyangkal imannya akan Kristus. Ia lebih baik mati dari pada berdosa menyangkal Tuhannya. Di atas kuburnya umatnya menulis kalimat sebagai berikut: "Dirimu kami cintai melebihi berlian, kami sayangi melebihi emas permata, dan kami baringkan tubuhmu yang suci di tempat yang layak bagimu. Di tempat ini ingin kami berkumpul dengan gembira untuk merayakan ulang tahun wafatmu sebagai martir Kristus yang jaya".

Written by RD. Laurensius Sopang

Senin, Februari 22, 2016

MENJADI TELADAN

(Pesta Tahkta St. Petrus)

Dalam keempat Injil, rasul Petrus termasuk tokoh yang sangat kontroversial. Meski demikian sesungguhnya dia adalah tokoh paling menarik dari semua rasul. Dia termasuk orang yang paling pertama yang diperkenalkan Andreas saudaranya kepada Yesus, saat mereka dipanggil. Namun dalam hubungan dengan pesta tahktanya hari ini, saya mempunyai pengalaman yang amat menarik, yaitu ketika melihat patung Petrus yang duduk di tahktanya di basilika St. Petrus Vatikan pada tanggal 28 Juni 2013. Menjelang pesta St. Petrus dan Paulus, 29 Juni, patung Petrus mengenakan pakaian kebesaran seorang Paus dengan warna keemasan. Petrus duduk dengan anggun di tahktanya, menandakan zaman kepemimpinannya sebagai Paus pertama. Saat itu saya teringat akan nubuat Yesus kepadanya, seperti yang diceritakan Injil hari ini: "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:18-19).

Ketika menyaksikan Petrus di tahktanya itu saya merasa dia sungguh menunjukkan hadirnya kuasa surgawi yang menaungi dia dalam pemerintahan rohaninya. Karena itu meskipun kerajaan Romawi yang kekafirannya terkenal kejam dan bengis, sebelum dan dalam masa pemerintahan Petrus; yang juga dengan pelbagai cara ingin menghancurkan tahkta Petrus, justru sebaliknya tahkta kekafiran itulah yang hancur berantakan. Takhta Petrus berdiri kokoh hingga hari ini. Sungguh kuasa neraka tak akan mengalahannya. Petrus telah menjadi tokoh teladan yang kokoh dalam iman dan dalam mempertahankan kewibawaan kerajaan Allah di dunia. Mengagumkan…!

Demi mempertahankan keteladanan ini dalam suratnya yang dibacakan dalam pesta hari ini Petrus menulis: "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu" (1Ptr 5:2-4).

Nasihat ini amat cocok pertama-tama, ditujukan kepada para pemimpin yang menduduki jabatan-jabatan dalam Gereja mulai dari tingkat yang paling rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi. Memimpin bukan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri, menjadi teladan bagi kawanan domba, sehingga pada saat kedatangan Kristus, semuanya akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Kedua, menjadi teladan itu kiranya menjadi komitmen setiap pengikut Kristus agar Gereja Kristus itu berdiri kokoh dalam hati setiap orang yang percaya dan hidup kita tak pernah akan bisa dikalahkan oleh kuasa neraka. Semangat keteladanan itu hendaknya hidup dalam pribadi yang berintegritas: jujur, polos, rendah hati seperti Petrus.

Written by RD. Laurensius Sopang

Minggu, Februari 21, 2016

MENAGIH JANJI

Suatu saat di tahun 2009, usai misa Minggu di sebuah paroki, saya didatangi sepasang pasutri yang rindu mempunyai keturunan. Usia pernikahan mereka tiga tahun tetapi belum mempunyai keturunan. Sebagaimana semua pasutri rindu memiliki keturunan demikian juga pasangan ini. Keduanya meminta agar saya boleh menumpangkan tangan atas mereka dan mendoakannya. Setelah wawancara singkat, mereka berlutut dan saya menumpangkan tangan lalu mendoakannya. Setelah itu saya mengatakan "dalam harapan tahun depan kamu akan mempunyai anak". Ucapan ini mereka imani seperti sebuah ucapan yang mengandung janji bahwa Tuhan mengabulkan permohonan mereka. Lalu setiap hari setelah itu pasutri ini memanjatkan novena menagih janji dari Tuhan. Novena pasutri ini dikabulkan. Tahun berikutnya, istri pasangan ini mengandung dan melahirkan anak perempuan yang cantik.

Sebelum berangkat dari kampung Uhr di Mesopotamia, Allah telah berjanji kepada Abram bahwa ia dan istrinya Sara akan mendapat keturunan. Setibanya di tanah terjanji, dalam iman dan harapan keduanya selalu berdoa menagih janji itu. Saatnya tiba, menurut cerita dari bacaan pertama hari ini, Tuhan datang menemui Abram dan membaharui kembali janji-Nya, bahwa Abram akan mempunyai keturunan sebanyak bintang di langit. Lalu Abram mempersembahkan kurban bakaran sebagai tanda pengikat janji antara dia dengan Tuhan. Dengan ikatan ini, Abram berhak untuk menagih terus janji itu sampai kemudian ia mendapatkan keturunan baik melalui Sara, istri syahnya, maupun melalui Hagar, gundiknya. Keturunan Abraham sungguh banyak seperti bintang di langit, baik karena hubungan darah langsung maupun karena hubungan iman akan Allah (Kej 15:5-12.17-18).

Setelah genap waktunya, Allah mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sebelum diketahui oleh banyak orang, Allah memperkenalkan Yesus kepada tiga orang murid-Nya di gunung Tabor sesuai cerita Injil hari ini. Yesus menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya dan ketiga murid-Nya merasakan pengalaman perjumpaan dengan Allah yang mengagumkan. Saat itu juga terdengar suara dari langit yang berkata:"Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."(Luk 9:34-35). Pengalaman ini adalah salah satu pengalaman yang sangat mengagumkan dari murid-murid Yesus. Inilah pengalaman yang membuat mereka percaya bahwa Yesus benar-benar Allah yang menjelma menjadi manusia. Hal ini kemudian menjadi nyata dalam karya-karyaNya yang lain dan luar biasa. Yesus rela menderita, memanggul salib, wafat di kayu salib demi keselamatan manusia. Darah Kristus yang tertumpah di salib adalah darah Perjanjian Baru, menggantikan kurban bakar Abraham. Oleh darah Ilahi ini kita diselamatkan dan Kristus menjadi satu-satunya jembatan yang mendamaikan surga da bumi. Melalui Kristus surga dibuka kembali dan kita boleh menagih segala janji Bapa bagi kita.

Ada banyak janji Allah dalam Kitab Suci. Ada janji yang seharusnya acara harafiah dapat kita tagih dalam doa-doa kita. Sebab dalam setiap janji Allah membuat ikatan-ikatan tertentu melalui kurban. Dalam Perjanjian Lama, Allah mengikat janji-Nya dengan manusia melalui kurban bakaran. Tetapi dalam Peranjian Baru, Allah membaharui dan mengikat janji-Nya dengan kurban Kristus. Melalui kurban Kristus kita diberi hak serta jaminan sepenuhnya atau sempurna untuk boleh bersyukur, memohon dan menaruh segala harapan kita kepada-Nya.

Bila kita menghayati seluruh kebenaran iman akan Kristus sebagai kebenaran sempurna maka Allah akan memenuhi seluruh janji-Nya dalam hidup kita. Tahun belaskasih 2016 adalah tahun di mana kita diajak untuk percaya bahwa Allah mahabaik dan dengan perantaraan Putera-Nya, Allah ingin menyatakan belaskasih-Nya untuk memberikan pengampunan penuh atas segala dosa yang kita perbuat melalui seluruh kegiatan Tahun Yubileum Kerahiman.

Written by RD. Laurensius Sopang

Sabtu, Februari 20, 2016

BERBUAT YANG LEBIH BAIK…!

Setiap pribadi manusia yang memiliki keinginan berprestasi selalu mempunyai motto yang memberinya semangat untuk berbuat lebih baik. Misalnya setiap bangun pagi, ia memotivasi dirinya dengan berkata: Hari ini kujadikan hari yang luar biasa bagiku - hari ini harus menjadi lebih baik dari hari kemarin - masih ada hari esok yang lebih baik - tak ada yang mustahil bagi setiap orang yang percaya, dll. Kiat-kiat penyemangat ini membuktikan bahwa pribadi-pribadi tersebut ingin memanfaatkan semua potensi dirinya untuk menjadi "the best" - terbaik. Tentu pribadi-pribadi ini bukan hanya memberi motivasi melalui kata-kata tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan apa saja untuk mewujudkan motivasi itu, misalnya menciptakan inovasi-inovasi baru dalam bidang usahanya sehingga ia bisa mencapai cita-cita "the best" tadi.


Tujuan berbuat sesuatu yang lebih baik atau yang terbaik selain ingin berprestasi tetapi juga karena kita yakin bahwa melalui jalan itu kita mau mengejar pola hidup benar, saleh atau kudus di hadapan Tuhan. Sejak dibaptis kita sudah dikuduskan dan dijadikan ahli waris kerajaan-Nya agar kita dengan bebas memanfaatkan semua kekayaan yang disediakan Bapa Surgawi dan hidup dalam kekudusan.

Musa dalam perjanjian lama sadar akan pentingnya hidup benar dan kudus di hadapan Tuhan. Maka ia mengingatkan bangsa Israel agar setia pada perintah-perintah Allah dan menjunjung tinggi hukum-hukum Tuhan. Tanpa ketaatan dan kesetiaan tak mungkin persatuan hidup dengan Tuhan dapat tercapai. Tuhan itu Bapa yang telah menyediakan segalanya bagi keberlangsungan hidup kita dan Dia juga telah berjanji untuk tetap menjadi Allahmu dan engkau menjadi umat kudus-Nya (bdk Ul 26:16-19). Maka sebagai umat yang kudus, umat Israel hendaknya taat pada perintah Allahnya, menjadikan dirinya terbaik di antara semua bangsa.

Tuhan Yesus, dalam kotbah di bukit, menekankan pentingnya hidup kudus di hadapan Tuhan, dengan berbuat yang lebih baik, lebih hebat, atau lebih luar biasa. Misalnya dengan cara mengampuni dan mendoakan musuh, sebab kalau berdoa bagi orang yang berbuat baik saja, itu hal biasa, sedangkan bila berdoa bagi orang yang memusuhi kita itu baru luar biasa (Mat 5:43-48).

Tuhan Yesus sendiri telah mempraktekkan semua ini ketika dari atas salib, di saat Dia bergulat dalam penderitaan yang mengerikan, Dia berkata: "ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka buat". Di sini Tuhan menunjukkan belaskasih-Nya yang tak pernah berkesudahan.

Written by RD. Laurensius Sopang

Jumat, Februari 19, 2016

UTAMAKAN JALAN DAMAI & BELASKASIH…!

Tahun 1942 - 1945 ketika dunia dilanda perang dunia II, hidup manusia di dunia ini terasa seperti berada dalam neraka. Dentuman meriam, bom, peluru serta pesawat tempur menderu di mana-mana dan membumihanguskan berjuta-juta manusia yang terlibat perang termasuk yang tidak. Apa yang terjadi di belahan bumi yang kini masih terlibat perang juga merasakan hal-hal tersebut di atas. Perang itu jahat, perang itu membuat banyak orang menderita, mati dan kehilangan kebahagiaan. Yang ada hanya balas dendam, benci, mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Di mana-mana hanya terlihat kerusakan dan kehancuran.

Injil hari ini menyarankan kita untuk berdamai sebelum membawa persembahan agar doa dikabulkan, berdamai dengan lawan sebelum lawan itu menghadapkan kita ke pengadilan agar hidup kita tenang. Hidup dalam damai dengan Tuhan dan sesama adalah hidup yang nyaman dan akan membuat kita lebih mudah mengerjakan segala rencana yang baik untuk membangun dunia ini. Damai dengan Tuhan akan membuat pintu surga selalu terbuka dan rahmat surgawi akan mengalir tiada hentinya. Damai dengan sesama akan memudahkan kita bekerja sama untuk melakukan apa saja, demi kebahagiaan bersama. Ajakan Tuhan Yesus untuk hidup dalam damai adalah hal paling mendasar dari hakekat hidup bersama (Mat 5:20-26). Orang yang merancang damai dan mau hidup dalam damai akan memiliki kuasa yang jauh lebih kuat dari pedang. Ia akan mengalahkan semua kebencian dan perselisihan dalam hidup.

Tuhan sendiri tidak membalas kejahatan manusia dengan kejahatan. Sebaliknya Dia memelihara yang jahat dan memberinya kesempatan untuk bertobat. "Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?" (Yeh 18:23).

Sikap Allah yang penuh kasih dan damai ini kekuatan kuasa-Nya telah, sedang dan akan menarik banyak orang kepada pertobatan. Jika kejahatan dibalas dengan jahat akan menimbulkan kejahatan baru. Dengan demikian kejahatan tidak akan berhenti. Akan tetapi kalau kejahatan dibalas dengan kebaikan dan damai ia akan dapat memadamkan panah api dari si jahat.

Tahun Kerahiman Ilahi 2016 mengutamakan jalan dalam damai dan belaskasih. Mampukah kita melakukannya…?

Written by RD. Laurensius Sopang

Kamis, Februari 18, 2016

SATU-SATUNYA PENOLONG…!

Kemarin petang saya menghantar dua orang tamu yang ingin bertemu dengan Uskup Emeritus Mgr. Mikhael Angkur di rumah Komunitas Transit OFM, Gorontalo, Labuan Bajo. Dalam mobil keduanya sharing tentang masa kecil mereka bersama seorang bapa yang sangat ketat dalam pendidikan agama. Bapa ini adalah seorang guru SD, yang kesehariannya selain mengajar tetapi juga mengontrol para siswanya, anak-anaknya sendiri maupun anak-anak titipan keluarganya, apakah mereka pergi misa hari minggu atau tidak, apa isi bacaan hari itu dan pastor siapa yang memimpin misa, siapa ajudanya dll. Kalau kedapatan tidak pergi misa maka mereka akan disiksa mengulangi doa tobat sebanyak 100 kali, membaca Kitab Suci dari kitab tertentu dari perjanjian lama atau baru, atau siksaan lain yang berhubungan dengan hal-hal rohani sehingga siksaan itu membantu mereka untuk fokus pada iman akan Allah. Dia selalu mengatakan: "Tanpa pertolongan Allah kamu tak ada apa-apanya". Pada akhir dari sharing itu kedua tamu ini menyatakan syukur bahwa pendidikan yang ketat itu telah menjadikan mereka manusia yang berguna. Terima kasih Tuhan, kata keduanya, sambil meneteskan air mata mengenang bapa tersebut, karena ia baru meninggal sebulan yang lalu.

Esther, dalam doanya kepada Tuhan mengenangkan kembali masa lalu mereka yang penuh berkat karena pertolongan Tuhan. Di saat ia mengalami kesesakan, ia bergulat dan dengan sangat memohon campur tangan Tuhan atas prahara yang sedang dihadapinya. Di awal doanya Esther berseru: "Tuhanku, Raja kami, Engkaulah yang tunggal, dan tolonglah aku yang seorang diri ini, yang padanya tidak ada yang menolong selain dari Engkau, sebab bahaya maut mendekati diriku. Sejak masa kecilku telah kudengar dalam keluarga bapaku, bahwa Engkau, ya Tuhan, telah memilih Israel dari antara sekalian bangsa, dan nenek moyang kami telah Kaupilih dari antara sekalian leluhurnya, supaya mereka menjadi milik abadi, dan telah Kaulaksanakan bagi mereka apa yang telah Kaujanjikan" (T.Est 3:11-12).

Tak ada siapa-siapa yang diandalkan Esther selain Tuhannya, yang sejak kecil telah dikenalnya sebagai satu-satunya penolong yang unggul, yang dapat menyelesaikan prahara yang dihadapi bangsa Israel. Esther percaya janji Allah selalu tepat dan benar.

Tuhan Yesus telah memperkenalkan Allah sebagai Bapa yang mahabaik. Karena itu Dia mengajak para pendengar-Nya agar sungguh-sungguh bersandar pada Bapa-Nya dengan: meminta, mengetuk dan mencari segalanya dari Allah, Bapa-Nya. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan" (Mat 7:7-8).

Allah itu Bapa yang mahabaik selalu siap untuk menolong anak-anak manusia yang meminta, mencari dan mengetuk pintu-Nya. Jangan pernah ragu untuk mengatakan semua keperluanmu pada-Nya, Dia pasti menolong dalam waktu yang dikehendaki-Nya.

Written by RD. Laurensius Sopang

Rabu, Februari 17, 2016

PUASA = BERBALIK KE JALAN BENAR…!

Mira menekuni masa puasanya dengan banyak kiat: tidak makan setiap hari Jumat, mengikuti ekaristi harian, mengaku dosa sekurang-kurangnya dua kali selama masa puasa, memberi bantuan ke panti-panti asuhan dan giat dalam katakese umat. Selama 40 hari Mira konsisten dengan kiat-kiatnya ini dan hal itu membantu dia untuk bisa mengampuni saudaranya yang dia dendami selama 10 tahun. Ketika memasuki minggu palma, ia mendatangi rumah saudaranya dan mohon ampun atas sikapnya yang buruk selama 10 tahun itu. Mereka berdamai dan ia memasuki Paska dengan kemenangan dan sukacita yang besar.


Ketika nabi Yunus menyampaikan pesan Tuhan tentang akibat buruk dari dosa-dosa mereka, raja segera mengenakan pakaian kabung dan memerintahkan seluruh rakyat melakukan hal yang sama sambil berpuasa. Mereka berpuasa dan berdoa mohon ampun atas dosa-dosa mereka agar ancaman yang disampaikan nabi itu tidak terjadi. Puasa dan doa mereka menimbulkan pertobatan yang luar biasa. Mereka berhenti berbuat jahat dan berbalik menyembah Tuhan serta memperbaiki hidup. Mereka percaya bahwa dengan cara demikian mereka akan terhindar dari bencana yang mengancam (Yun 3:1-10).

Ketika Tuhan Yesus datang dan menyampaikan seruan tobat sambil memperlihatkan tanda-tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan melalui: sabda kebenaran, mujizat-mujizat, dll, orang-orang Israel bukannya bertobat melainkan meminta bukti lebih. Mereka meragukan semua pengajaran Yesus, meragukan semua mujizat yang terjadi bahkan menuduh Yesus memakai kuasa Belzebul, dll. Karena kedegilan hati itulah maka Yesus menjawab: kepada angkatan ini tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus, meskipun sebenarnya Ia sendiri lebih dari Yunus (bdk Luk 11:29-32). Berbeda dengan sikap orang Niniwe, orang Israel tidak bertobat.

Masa puasa tahun ini agak berbeda dengan masa puasa pada tahun-tahun sebelumnya, sebab masa puasa tahun ini dilakukan pada tahun Kerahiman Ilahi. Tahun ini kita semua diajak untuk semakin menghayati sifat Allah, sifat belaskasih, melakukan banyak kegiatan BELAS KASIH, dalam kata dan perbuatan, agar hidup kita sungguh-sungguh menjadi GARAM dan TERANG yang membuat sesama itu hidup nyaman, mengalami sukacita, kesembuhan, kekuatan, penghiburan, serta kebahagiaan.

Puasa yang benar adalah puasa yang bisa mengubah hidup kita dari banyak kelemahan kepada pertobatan yang menghasilkan belaskasih berlimpah dalam kata dan tindakan.

Written by RD. Laurensius Sopang

Selasa, Februari 16, 2016

SEKALI LAGI DOA BAPA KAMI…!

Dua minggu lalu seorang mahasiswa menyampaikan kesaksian "inbox" kepada saya sekaligus berterima kasih karena dia telah mempraktekan doa Bapa Kami 77 kali sebelum menghadapi ujian lisan. Dia mengamini renungan saya tentang Mujizat Doa Bapa Kami 77 Kali, yang saya tulis sebelumnya pada status Facebook ini. Kebetulan dosen pengujinya sangat tidak bersahabat dengan para mahasiswanya. Bila berhadapan dengan dosen tersebut semua mahasiswa merasa tidak nyaman seolah-olah hendak masuk medan perang dengan pikiran kalah atau menang.

Setelah membaca renungan itu dia mulai berdoa dan berdoa. Setiap hari ia berdoa 77 kali Bapa Kami dengan intensi agar dosen itu berubah jadi lemah lembut. Berikut saya tulis kembali kesaksiannya sebagai berikut: "Saya kuliah di Bali jurusan bahasa Inggris. Saya mau mengucapkan terima kasih atas saran Romo tentang doa 77 x Bapa Kami. Sebelum saya mengikuti ujian skripsi kemarin, saya pergi adorasi dan mendaraskan doa 77 kali Bapa Kami untuk kelancaran ujian saya...ternyata kuasa Tuhan Yesus di sana bekerja dan doa saya dikabulkan..dosen yg saya takutkan ternyata berubah jadi baik. Ketika saya masuk ke ruang sidang saya disambut dengan muka yang ceria malah dia bercanda. Presentasi berlangsung cepat dan semua pertanyaan saya bisa jawab dengan mudah...Ada suatu kedamaian hadir di sana..dosen yg tadinya paling saya takuti tiba-tiba berubah 180 derajat....Saya hanya bisa bilang bahwa Tuhan Yesus itu sangat luar biasa...Terimakasih sarannya Romo yang pernah Romo tulis di Faceboo.....Doa 77 kali Bapa Kami itu sudah terbukti dlm hidup saya".

Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan doa Bapa Kami bukan 77 kali tetapi doa Bapa Kami saja, dalam hubungan dengan nasihat panjang pendeknya doa. Saya menyarankan 77 kali karena teringat akan sabda pengampunan yang disampaikan Tuhan Yesus ketika Petrus bertanya kami harus mengampuni berapa kali. Lalu Yesus menjawab: 70 kali 7 kali. Saya menjumlahkan angka itu menjadi 77. Angka 7 itu angka sempurna secara biblis. Membuat meditasi dengan mengulangi kembali doa itu sebanyak 77 kali dengan iman, harap dan kasih akan menjadi sangat sempurna dan Tuhan akan mendengarkannya. Itulah keyakinan saya. Memang benar, terjadi banyak mujizat.

Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus berasal dari mesranya hubungan Dia dengan Allah, Bapa-Nya. Melalui doa ini Dia bukan saja mengajar kita akan akrabnya hubungan itu tetapi besarnya kasih Bapa kepada manusia yang siap dipuji dan dimuliakan, yang siap mendekatkan kerajaan-Nya atas kita, yang memberi rejeki dan pengampunan kepada yang berdoa, yang juga siap menjauhkan kita dari pelbagai pencobaan dan membebaskan kita dari gangguan roh jahat (Mat 6:7-15).

Apa yang diungkapkan Yesus dalam doa Bapa Kami tadi, sesungguhnya sudah disampaikan Allah sendiri melalui nabi Yesaya yang mengatakan: "Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan" (Yes 55:10). Demikianlah janji yang disampaikan Allah sendiri kepada umat-Nya bahwa akan terjadi mengalirnya rahmat yang kita minta dari Tuhan ketika kita bersyukur dan meminta dalam doa yang singkat, tetapi padat dan jelas, asal penuh iman, harap dan kasih. Allah itu Bapa yang mahabaik. Dia akan menerima setiap ucapan syukur, dan mendengarkan setiap permintaan kita…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Senin, Februari 15, 2016

GANJARAN DARI TAAT HUKUM…!

Indonesia termasuk negara hukum, memiliki ideologi Pancasila dan undang-undang-undang dasar '45. Di samping itu ada ribuan undang-undang lain dibuat guna melindungi hak rakyat dan kewajibannya, alam, negara, roda pemerintahan, perdagangan, investasi, serta pelbagai sektor kehidupan manusia dalam suatu negara. Tujuannya: agar cita-cita adil dan makmur, damai dan sejahtera dapat terwujud atau dirasakan oleh semua anggota masyarakat.

Dalam hidup beragama pun ada begitu banyak hukum yang diciptakan guna memelihara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesamanya. Tujuan hukum-hukum itu dibuat agar manusia hidup tertib dan taat dan setia pada Tuhan dan sesamanya. Dalam bacaan pertama hari ini semua hukum hampir semuanya tertulis dalam bentuk larangan-larangan (bdk Im 19:1-2.11-18). Menurut Tuhan dalam Injil Mateus hari ini: Jika melangggar larangan-larangan itu akan ada resiko besar pada saat pengadilan di akhir zaman, yaitu akan masuk dalam barisan kambing-kambing. Mengapa…?

Kambing adalah binatang yang terkenal dengan sifatnya yang keras kepala atau kepala batu. Orang yang suka melawan hukum selalu dicap memiliki sifat seperti kambing. Dalam Injil hari ini kelompok yang termasuk dalam kategori kepala batu dan tidak pernah melalukan perbuatan baik (cinta kasih) adalah kambing-kambing. Dalam pengadilan terakhir nanti menurut Tuhan, Hakim yang adil akan berkata kepada mereka: "Enyahlah dari hadapan-Ku hai kamu sekalian orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah tersedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya" (Mat 25: 41).

Sebaliknya, domba terkenal sebagai binatang peliharaan yang memiliki sifat setia, taat kepada tuannya. Kemana saja tuannya membimbing mereka pergi, domba-domba akan setia mengikutinya. Orang yang setia, jujur, taat dan suka berbuat baik ini digolongkan seperti domba-domba. Dalam pengadilan terakhir Hakim yang adil akan berkata kepada mereka: "Marilah kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan" (Mat 25:34).

Taat pada hukum, banyak berbuat kasih adalah salah satu wujud dari cinta kepada Allah dan manusia. Para kudus, martir-martir dan para gembala umat serta pujangga gereja adalah orang-orang yang telah mendapat ganjaran masuk kerajaan kekal karena kesetiaan mereka pada hukum dan perbuatan-perbuatan kasih. Hukum mengatur tata tertib hidup agar selalu setia pada kehendak Allah. Berbuat kasih dengan menolong sesama adalah buah dari ketaatan dan cinta kepada Tuhan.

Apakah saya dan Anda akan digolongkan pada kawanan domba atau kambing pada pengadilan terakhir? Semuanya tergantung pada sejauh mana kita mengasihi Allah dan sesama dalam wujud setia, taat hukum dan berbuat baik…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Minggu, Februari 14, 2016

BATU MENJADI ROTI…?

Secara alamiah pun tehnologi tidak pernah bisa terjadi dalam hidup manusia bahwa batu dapat berubah menjadi roti, kecuali batu dijual dan hasilnya kita beli roti dan makan.

Namun suatu saat sesudah berpuasa 40 hari dan 40 malam, setan menggoda Yesus agar membuat mujizat batu menjadi roti. Menjawab godaan itu, Tuhan Yesus berkata: "manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi dari setiap sabda yang keluar dari mulut Allah". Sebagai Allah, Tuhan Yesus tahu bisa berbuat apa saja sesuai godaan setan itu. Akan tetapi Dia tidak mau melakukan itu karena keinginan setan. Keinginan setan selalu jahat, bila diikuti maka Yesus akan jatuh dalam genggaman dan kuasanya. Karena itu dalam godaan kedua dan ketiga Yesus menang dan setan pergi tanpa hasil (Luk 4:1-3). Setan itu raja gombal, kerjanya cuma menipu dan menipu. Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes mengatakan: Setan itu pendusta dan bapa dari segala dusta (Yoh 8:44). Yesus tak pernah takhluk kepada raja dusta bahkan sebaliknya raja dusta itu harus menyembah Yesus sebab Yesus adalah Allah.

Yesus diwartakan para rasul sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Santu Paulus kepada jemaat Roma mengatakan hari ini: "Jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan." Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan" (Rom 10:9,11,13).

Yesus itu inkarnasi Allah. Allah yang menjelma menjadi manusia. Semua ini Tuhan lakukan karena cinta-Nya yang agung guna menyelamatkan manusia. Para rasul adalah saksi dari segala bentuk pengorbanan-Nya, karena itu sesudah Pentakosta mereka pergi kemana-mana dan mewartakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Setiap orang yang percaya akan diselamatkan. Pengakuan iman akan Yesus kita lakukan dalam doa AKU PERCAYA.

Musa mengingatkan bangsa Israel agar setiap tahun mereka harus membaharui pengakuan imannya akan Allah. Dalam Kitab Ulangan hari ini ia berpesan agar setiap kali imam membawa persembahan syukur, para imam harus mengucapkan lagi pengakuan tentang: "asal usul nenek moyangnya dan bagaimana bangsa ini selamat dan hidup hanya oleh pertolongan Allah, baik di Mesir maupun pada saat pembebasan dari Mesir. Mewakili umat Israel juga imam-imam harus mengakui bahwa Allah melakukan semuanya dengan mujizat-mujizat lalu mengantar mereka ke negeri yang berpenghasilan susu dan madu (bdk Ul 26:4-10).

Pengakuan iman akan peran Allah dalam hidup setiap bangsa amat perlu diulangi karena manusia itu ada, hidup dan akan kembali kepada Allah. Pengakuan ini juga perlu agar manusia tidak tertipu oleh muslihat iblis. Manusia perlu mengakui imannya akan Allah agar selalu taat pada perintah Allah, bukan pada perintah iblis. Batu tidak pernah bisa menjadi roti…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Sabtu, Februari 13, 2016

PANGGILAN: KEHENDAK DAN RENCANANYA…!

"Dulu anak itu nakal sekali, sering membuat tetangga pada marah. Orangtunya sering memukul dan menghukumnya dengan keras karena kenakalannya itu, tetapi aneh ya, koq sekarang dia sudah ditahbiskan jadi imam di Spanyol dan besok akan dijemput dalam rangka syukur perdana di sini", demikian perbincangan para tetangga tentang seorang imam baru, anak pak Hendrik dan ibu Leni.

Demikian juga komentar para tetangga dari si Lewi, pemungut cukai yang dikunjungi dan dipanggil Yesus menjadi murid-Nya. Lewi, pekerjaan hariannya adalah pegawai cukai. Orang-orang sekotanya sangat membenci dia karena Lewi dikenal sebagai koruptor, minta pajak lebih dari ketentuan di kantornya. Tetapi suatu saat Yesus lewat di kedainya dan memanggilnya untuk mengikuti Dia. Sebagai tanda terima kasih Yesus diundang makan di rumahnya dan para pendosa lain pun ikut makan bersama-Nya. Sikap Yesus, bersahabat dengan para pendosa ini, menimbulkan komentar buruk dari para tetangga terutama kaum Farisi dan ahli taurat. Yesus cuek saja dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Luk 5:31-32).

Tujuan Yesus memanggil seseorang menjadi pengikut-Nya tidak lain dari pada "untuk menyelamatkan". Orang berdosa harus diselamatkan. Inilah tanda belaskasih Allah yang ajaib atas hidup manusia. Allah membenci dosa tetapi mengasihi orang berdosa. Orang berdosa atau orang baik, sama-sama telah diangkat menjadi anak Allah, maka mereka semua harus diselamatkan. Allah memanggil siapa saja yang mendengarkan Dia. Lewi mendengar panggilan itu dan datang pada Yesus. Lewi patut diampuni dan diselamatkan.

Sikap belaskasih Allah terhadap kaum tertindas dan lemah juga dinyatakan melalui nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. Allah mengingatkan bangsa Israel dengan berkata: "Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan" (Yes 58:9-11).

Orang Farisi dan ahli Taurat menindas para pendosa dengan pelbagai cap yang buruk, namun Tuhan memanggil orang-orang tertindas ini untuk mengambil bagian dalam rencana keselamatan-Nya. Mereka menjadi terang yang terbit di tengah kegelapan, atau seperti sebuah taman yang diairi secara berlimpah dan bagaikan mata air yang tak pernah kering. Selama masa puasa ini Tuhan memanggil kita untuk mengambil bagian dalam rencana keselamatan-Nya dan ingin memakai kita untuk membawa berita belaskasih-Nya kepada semua orang. Apakah kita atau tidak di hadapan-Nya, Ia akan berkata: Mari, ikutilah Aku…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Jumat, Februari 12, 2016

PUASA = MEMBONGKAR BELENGGU…!

Pada zaman dahulu, orang-orang yang dibelenggu itu konotasinya pada mereka yang ditangkap karena terlibat kasus kriminal, mereka yang dipenjara, hamba-hamba yang dijual, dan orang-orang lain yang termasuk dalam kategori itu. Kalau ditinjau dari segi rohani, orang-orang yang terbelenggu itu adalah orang-orang yang terikat pada kuasa kegelapan seperti para dukun jahat, tukang sihir; mereka yang terbelenggu oleh penyakit-penyakit yang sukar disembuhkan; mereka yang terikat narkoba, perjudian, kemabukan, prostitusi, termasuk para pecandu rokok berat; mereka yang terbelenggu oleh gangguan roh jahat; saudara-saudara yang terbelenggu oleh sikap otoriter dari orang lain; orang-orang yang dibelenggu oleh orang-orang yang memaksa mereka untuk berbuat jahat; mereka yang merasa dibelenggu oleh aturan-aturan yang tak adil, saudara-saudara yang terbelenggu oleh kehadiran mereka sangat otoriter lagi menakutkan, orang yang suka menjajah sesamanya, dll.

Pada zaman hidupnya nabi Yesaya bangsa Israel sudah mempunyai aturan puasa dalam agamanya. Namun mereka terjerumus dalam puasa basa basi, asal puasa tetapi masih melakukan perbuatan tidak adil, "membelenggu sesama dengan mendesak-desak kaum buruh, berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi" (Yes 58:3-4). Karena itu Tuhan mendesak Yesaya dengan berkata: "Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk" (Yes 58:6).

Pada hari Rabu Abu saya pernah menulis bahwa puasa yang sesungguhnya adalab merubah sikap hidup, bertobat dari dosa, menyingkirkan segala bentuk ketidakadilan yang kita lakukan terhadap sesama, membebaskan diri dari belenggu-belenggu dosa dan kejahatan, lalu berbalik ke jalan benar, jalan Tuhan. Tobat lebih penting dari puasa, berbuat baik lebih penting dari pantang. Nilai dari tobat dan berbuat baik ganjarannya surga. Puasa dan pantang tanpa tobat adalah kemunafikan.

Mengapa para murid tidak berpuasa ketika orang lain berpuasa. Yesus menjawab: "selagi mereka masih melayani pengantin (Yesus) mereka tak perlu berpuasa". Dalam hidup beriman menjalin hubungan baik dengan Tuhan dan sesama dalam sikap rendah hati itu jauh lebih penting dari pada berpuasa dan berpantang hanya untuk mencari pujian dan dilihat orang. Murid-murid ingin belajar lebih banyak dari guru-Nya yakni Yesus sendiri. Dalam proses ini mereka sudah menemukan kebahagiaan untuk melayani-Nya. Sesudah proses pembelajaran itu berlalu mereka akan menjalankan puasa (bdk Mat 9:14-15).

Puasa yang baik selama 40 hari ini adalah ada bersama Yesus, belajar dari Yesus dan berusaha membongkar segala belenggu yang mendera diri dan sesama lalu memasuki kemenangan Paska dengan sorak Alleluya…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Kamis, Februari 11, 2016

PILIH YANG MANA: BERKAT ATAU KUTUK…?

Siapa saja yang tahu arti dari dua kata yang harus dipilih di atas pasti saja mau memilih kata yang benar yang memiliki arti menyelamatkan hidupnya. Akan tetapi ada banyak orang dalam dunia ini yang meskipun tahu artinya, namun mereka dengan sadar mau memilih kata yang merugikan hidup mereka sendiri dengan alasan: tidak bisa lagi, sudah terlanjur, nasi sudah jadi bubur, sudah basah ya basah terus, sudah saja, semua orang pasti mati, dll. Alasan-alasan ini mengandung rasa putus asa, tidak mau memperbaiki diri atau mungkin mata hatinya telah tumpul sehingga selalu merasa nyaman berada di jalur salah, sambil membuat argumentasi mulia ini salib bagiku…!

Suatu ketika Musa mengumpulkan umat Israel dan menyampaikan pilihan ini kepada mereka: Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu"! (Ul 30:15,19). Mengapa…?

Sesudah jemaat Israel melewati Laut Merah, mereka membuat banyak ulah yang menyakitkan hati Musa, antara lain mereka mulai menyembah berhala. Setelah Musa berdoa kepada Tuhan, muncullah pikirannya agar jemaat ini harus membaharui kembali janji setia mereka kepada Tuhan. Pembaharuan janji setia ini dibuat dalam cara pilihan "hitam putih" - agar menyentuh perasaan hati terdalam dari setiap pribadi sehingga mereka mengerti akan resiko dari pilihan itu. Dengan tegas Musa berkata: mau pilih berkat atau kutuk, sambil memberi penjelasan tentang resiko kehidupan dari pilihan itu lalu mengarahkan mereka untuk memilih berkat! Dalam cerita selanjutnya ternyata jemaat Israel sadar akan dosa-dosanya dan mau memilih "berkat". Pilihan ini benar sebab Tuhan ingin memelihara bangsa ini agar mereka selalu setia pada-Nya, karena rencana keselamatan, penebusan itu harus terjadi melalui keturunan mereka. Kitab Ulangan bagian terakhir dengan jelas menggambarkannya.

Kepada para murid-Nya, suatu saat Yesus menyampaikan syarat tentang bagaimana cara kalau mengikuti Dia. KataNya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya" (Luk 9:23-24). Syarat yang keras namun menyelamatkan.

Setiap pilihan dalam hidup mempunyai tuntutan dengan resikonya masing-masing. Memilih berkat ada syaratnya dan ada resikonya yakni pikul salib tetapi hasilnya keselamatan. Memilih kutuk ada syarat dan resikonya. Syaratnya mungkin enak atau tidak berat tetapi resikonya kematian abadi. Mungkin Anda dan saya saat ini berada pada jalur yang salah karena salah pilih atau keliru jalan. Kalau kita rendah hati, jalan yang sudah kita mulai kemarin, pada saat menerima abu, itulah kesempatan berahmat untuk bertobat, memperbaiki diri dan kembali ke jalan benar. Puasa 40 hari ini, meskipun berat tetapi membawa kita ke tujuan hidup yang penuh berkat…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Rabu, Februari 10, 2016

TOBAT LEBIH PENTING DARI PUASA…!

(Rabu Abu)

Pak Tono dengan bangganya bercerita tentang kiat-kiat puasanya di bulan puasa. Rabu Abu dan Jumat Agung, ia berpuasa dan pantang, ia berhenti merokok sepanjang puasa, memberi bantuan untuk panti asuhan, dan memasukkan kewajiban APP 10% dari gaji setahun. Ketika mendengar ceritanya itu, teman-teman pada senyum simpul karena mereka tahu Pak Tono itu termasuk penjudi kelas berat di lingkungannya, punya banyak utang dan telah menjual beberapa bidang tanah untuk membayar utang, pendidikan anak hanya berharap pada gaji istrinya, sering tidak pulang ke rumah hingga pagi hari. Jika ada jaga malam untuk orang mati dia selalu ada di sana. Pak Tono menjalankan puasa lahiriah, tidak disertai dengan sikap tobat atau puasa batiniah. Ia hanya mengoyak pakaiannya bukan mengoyak hatinya. Ini puasa yang mubazir.

Nabi Yoel mengingatkan umat Israel bahwa puasa yang benar itu bukan mengoyakkan pakaian tetapi mengoyakkan hati. Puasa itu bukan pamer hal-hal lahiriah tetapi usaha tobat yang sungguh untuk merubah sikap hidup yang buruk menjadi baik. Tuhan tidak minta kita untuk pamer kebaikan lahiriah, walaupun hal itu juga penting, namun yang lebih penting adalah bertobat dan membaharui hidup, dari manusia lama menjadi manusia baru (Yoel 2:12-18). Hidup di bawah bimbingan Roh Tuhan, yang mencintai kebenaran dan hukum-hukumnya. Kasih yang benar lahir dari hati yang bersih bukan dari kemunafikan.

Hidup dalam dosa itu hidup terpisah dari cinta Allah. Hidup dalam kebenaran dan kesalehan adalah buah dari sukacita dalam Roh. Karena itu St. Paulus menulis: "dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima". (2Kor 5:20-21;6:1). Hidup benar dan baik adalah hidup dalam Allah sambil menghayati kejujuran dan keadilan dan suka akan buah-buah roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri" (Gal 5:22-23).

Yesus sendiri dalam wejangan-Nya terhadap para murid mengatakan: "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya" (Mat 6:1-2) Dalam wejangan-Nya secara implisit Yesus ingin mengatakan bahwa puasa yang benar adalah berusaha hidup damai dengan Tuhan (tobat) dan hidup dalam kasih dengan sesama (berbuat baik). Kalau puasa kita hanya terbatas pada hal-hal lahiriah maka tak ada faedahnya untuk dibanggakan. Sesungguhnya kita gagal dalam menjalankan puasa.

Berpuasa tanpa merubah sikap hati, tanpa belaskasih dan damai hanyalah sebuah bentuk kemunafikan dalam hidup beragama.

Written by RD. Laurensius Sopang

Selasa, Februari 09, 2016

BERPEGANG PADA ADAT ISTIADAT…?

Sesudah dibaptis menjadi katolik dalam usia Sekolah Rakyat, zaman Belanda, ayah kami, Silvanus Jama, sungguh-sungguh menyimak pesan mamanya yang masih animis: "Jama, kalau engkau sudah dibaptis menjadi serani, jangan ikut-ikut lagi tata cara adat dan doa kami. Ikut saja tata cara agamamu seperti yang diajarkan oleh pastor Belanda. Pastor Belanda itu orang pintar, ajarannya pasti baik dan benar. Ketika ayah pergi mengadu nasib ke wilayah pantai dan membuka satu perkampungan baru di situ, setiap hari dia mengorganisir teman-temannya untuk berdoa bersama, terutama doa rosario. Ia juga sering memimpin doa mingguan tanpa imam.

Segala hal yang berhubungan dengan urusan adat istiadat misalnya mendoakan orang mati, ketika membuat rumah baru, membuka kebun baru, menanam jagung dan padi di kebun, saat panen hasil-hasil kebun, didoakan dan disyukurinya saja melalui doa-doa Kristiani. Padahal dalam kebiasaan lama sebelum dia dibaptis semua itu harus disyukuri dengan recikan atau kurban darah binatang. Tetapi karena ingat akan pesan mamanya, dia meninggalkan segala tata cara itu dan hidup dalam keyakinan Kristiani. Karena itu dalam hidupnya sebagai orang katolik ayah tidak pernah melakukan upacara-upacara adat membawa persembahan binatang atau yang biasa disebut kurban bakaran. Doa wajib kami dalam keluarga adalah doa rosario baik waktu bangun pagi maupun sebelum tidur malam. Andalan hidup doanya adalah rosario dan ekaristi mingguan, bahkan di masa tuanya sebelum sakit ia selalu hadir dalam ekaristi harian biasa.

Orang Yahudi sangat berpegang teguh pada adat istiadat nenek moyangnya, terutama dalam hal yang tidak penting misalnya: basuh tangan sebelum makan, pulang pasar harus mandi, cuci kendi, perkakas-perkakas yang dipakai untuk makan dan persembahan harus dicuci duluan sebab jika tidak seseorang berdosa atau najis. Injil hari ini menceritakan tentang hal itu. Mereka mengeritik para murid Yesus yang tidak taat hukum-hukum lalu mencap mereka sebagai orang najis. Akibatnya, Yesus mengecam mereka dengan sangat pedas:"Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."(Mrk 7:6-8).

Dalam banyak hal sejak zaman nenek moyang hingga zaman ini banyak orang terlebih taat pada adat istiadat manusia dari pada hukum Allah. Alasannya: takut dimarahi nenek moyang, nanti doa tidak dikabulkan, awas ada bahaya di jalan, nanti usaha tidak berhasil, serta ketakutan lainnya. Pandangan seperti ini menilai seolah-olah nenek moyang yang sudah mati itu yang menentukan nasib hidup manusia, padahal orang-orang mati hanya membutuhkan keselamatan jiwanya melalui doa-doa kita. Dalam ajaran Kristiani setiap jiwa yang mati dalam dosa akan masuk purgatorium dan mereka harus didoakan agar masuk surga. Kalau mereka masuk surga mereka akan menjadi orang kudus bergabung dengan para malaikat Tuhan. Di sana mereka tidak membutuhkan makan minum, mereka tidak kenal lapar dan haus. Sebagaimana orang kudus lainnya mereka hanya rindu agar kita yang masih hidup ini hendaknya taat pada perintah Allah, mengabdi Allah dalam Roh dan kebenaran sehingga kelak kita juga boleh masuk surga.

Kristus telah datang sebagai Juru Selamat dan Pembebas. Ia telah mengorbankan hidup-Nya hingga wafat di salib dan Allah menjadikan kurban Putera-Nya itu sebagai yang paling sempurna, syah dan pantas untuk penebusan dosa manusia, menggantikan kurban yang tidak sempurna, kurban darah binatang. Kurban salib itu yang dilakukan Yesus dalam Roh dan kebenaran, sebab Ia melakukan semua itu dalam ketaatan kepada perintah Allah. Ketika kita dibaptis menjadi pengikut-Nya dan menerima sakramen-sakramen lainnya, kita hidup dalam kemerdekaan sebagai anak-anak Allah dan hanya dituntut untuk taat pada perintah Allah serta menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran, hidup di bawah bimbingan Roh Kudus. Sesungguhnya menjalin persatuan dengan Kristus, yang membebaskan itu jauh lebih penting dari pada menjaga adat istiadat yang sering membelenggu kita dalam rasa takut.

Ketika Salomo menahbiskan bait suci doanya sangat indah: "Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hambaMu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hambaMu panjatkan di hadapanMu pada hari ini! Kiranya mataMu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: namaKu akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hambaMu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hambaMu dan umatMu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediamanMu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni" (1Raj 8:28-30). Apa yang telah dilakukan Salomo pada zaman itu, semuanya telah disempurnakan Kristus setelah wafat dan kebangkitan-Nya. Kristus telah memeterai semua kelengkapan keselamatan kita melalui sakramen-sakramen yang kita terima. Kristuslah pengantara benar dan syah, karena kedudukan-Nya sebagai Raja di atas segala raja dan Juru Selamat kita. Kurban Kristus satu-satunya kurban pendamaian antara Allah dan manusia, yang memulihkan hubungan antara Allah dan manusia.

Written by RD. Laurensius Sopang

Senin, Februari 08, 2016

YESUS JAMINAN KESEMBUHAN…!

Dalam reklame yang saya bagikan pada status saya kemarin sore, tertulis kegiatan Adorasi dan Doa Penyembuhan di Maumere, yang akan diadakan pada 18 Februari 2016 oleh Rm.Yohanes Indrakusuma, CSE bersama dengan Uskup Maumere dan Komunitas Tritunggal Mahakudus. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan pujian dan penyembahan terhadap sakramen mahakudus yang ditahtakan di altar, sesudahnya dilanjutkan dengan pengajaran dari sabda Tuhan, disusul dengan doa-doa penyembuhan dan pemberkatan dengan sakramen mahakudus mengelilingi barisan umat yang sudah tertata rapi, seperti halnya terjadi di Lourdes di Basilika St. Pius X, basilika bawah tanah.

Adapun pusat dari kegiatan ini bukanlah Imam atau Uskup tetapi Sakramen Maha Kudus, sebab kita yakin dalam Sakramen Maha Kudus ini Kristus hadir secara nyata, Dia mendengar doa pujian dan penyembahan kita serta dapat melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya dalam menanggapi iman kita, dalam hal ini dapat melakukan mujizat penyembuhan. Cara ini adalah cara paling istimewa dalam Gereja Katolik, sebab kita percaya semua mujizat penyembuhan tidak dikerjakan oleh imam atau uskup melainkan oleh Kristus sendiri. Para imam dan uskup hanyalah penyalur dari rahmat itu.

Dalam Injil hari ini cerita tentang penyembuhan itu dilakukan oleh Yesus sendiri. Semua orang yang menjamah jubahnya, disembuhkan. Kemana saja Dia pergi, ke kampung, desa dan kota-kota, berbondong-bondong orang mengikuti Dia, sebab kuasa itu hanya ada pada-Nya. Yesus menjadi jaminan utama terhadap semua mujizat penyembuhan itu (Mrk 6:53-56). Apa yang terjadi dalam pelayanan Gereja adalah warisan suci yang datang dari Allah sendiri melalui Yesus Kristus. Melalui Yesus, Allah sendiri membaharui janji-Nya untuk menyelamatkan bangsa Israel dan semua bangsa yang percaya kepada-Nya. Hanya melalui Dia orang dapat sampai kepada Bapa.

Tabut yang berisi dua loh batu dalam bacaan pertama berisi perjanjian antara manusia dengan Allah, yang ditulis oleh Musa. Batu perjanjian ini sesungguhnya berisi 10 hukum Allah yang merumuskan dua hal pokok: cinta kepada Allah dan sesama. Salomo sebagai pewaris tahta Daud ingin agar tabut ini disemayamkan di tempat mahakudus. Hukum-hukum Tuhan yang tertulis pada kedua loh batu itu adalah sabda kebenaran, yang menuntun tata tertib hidup manusia dalam hubungan Allah dan sesama (1 Raj 8:1-7.9-13). Sabda kebenaran itu telah menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus yang telah memeterai diri dan kehadiran-Nya melalui sakramen mahakudus. Kalau tabut perjanjian merupakan ungkapan kehadiran Allah dalam sabda-Nya, maka sakramen mahakudus merupakan ungkapan kehadiran Allah dalam diri-Nya sendiri yang menjelma menjadi manusia. Dalam perjnajian baru Allah tidak hanya didengar melalui sabda-Nya tetapi didengar melalui kehadiran-Nya yang nyata dalam diri Yesus sendiri.

Maka jaminan pokok keselamatan kita tidak hanya berpusat pada sabda-Nya saja tetapi lebih lagi pada kehadiran-Nya yang nyata dalam diri Yesus. Yesus menjadi jalan, kebenaran dan hidup kita. Dia juga menjadi jaminan untuk kesembuhan kita dari pelbagai penyakit rohani dan jasmani. Barangsiapa percaya, dia akan disembuhkan…!

Written by RD. Laurensius Sopang

Minggu, Februari 07, 2016

SEMUA DIPANGGILNYA…!

Selama 9 tahun bekerja di lembaga pendidikan seminari menengah, setiap tahun kami harus melakukan seleksi mulai dari testing masuk SMP. Sesudah itu pada setiap kenaikan kelas di SMP dan juga di SMA seleksi berjalan terus hingga mendapatkan calon-calon imam yang berkualitas untuk masuk seminari tinggi. Di seminari tinggi pun seleksi berjalan terus hingga mendapatkan mereka yang betul-betul dianggap pantas menjadi pekerja di kebun anggur-Nya. Ada pun kriteria yang dipakai untuk penilaian layak atau tidak layak berkisar pada: kecerdasan emosional, intelektual, kesalehan, hidup sosial dan kesehatan. Tidak heran kalau yang menjadi imam berkisar antara 0 hingga 8% saja setiap tahun. Kata Yesus: "Banyak yang dipanggil dan sedikit yang dipilih". Namun dari syering-syering yang kami kumpulkan, semua yang dipanggil dan dipilih ini sering merasa diri tidak pantas karena dosa dan kekurangan mereka dalam banyak hal, meskipun telah melewati pelbagai bentuk ujian dan seleksi.

Melihat dan menilik panggilan dalam bacaan-bacaan hari ini tampaknya sangat unik. Dalam Perjanjian Lama panggilan menjadi nabi itu hanya berkisar pada 1 atau 2 orang, sesuai banyaknya jumlah bangsa Israel. Orang yang dipanggil itu tampaknya orang-orang yang merasa diri tidak pantas. Minggu lalu kita dengar Yeremia merasa tidak pantas karena masih muda, tetapi Tuhan katakan: "Aku telah memanggil engkau sebelum engkau dibentuk dalam kandungan ibumu" (Yer 1:4-5;17-19). Hari ini Yesaya merasa tidak layak karena najis bibir (mungkin tukang maki atau suka gosip), tetapi Tuhan bilang: "Aku telah menyentuh bibirmu dengan bara api ini maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni" (Yes 6:1-2a;3-8). Karena itu jangan takut…!

Paulus dalam kesaksian pribadinya tadi mengatakan bahwa dari segi kesalehan ia merasa diri seorang yang hina dan tidak pantas, tetapi kasih karunia Allah telah mengubah hidupnya menjadi rasul utama bagi bangsa-bangsa lain. Paulus merasa bahwa yang mengubah dia adalah imannya akan Kristus. Sebelum dipanggil ia memusuhi Kristus dan para pengikut-Nya, saat bertobat ia mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Iman yang diterimanya diberi sungguh karena kasih Allah yang ingin menyelamatkannya (1 Kor 15:1-11).

Simon Petrus dalam Injil juga merasa diri sebagai seorang berdosa, demikian juga dua temannya, Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus berkata: "Aku akan menjadikan kamu sebagai penjala manusia. Jangan takut" (Luk 5:1-11). Ketika mereka merasa tidak pantas, Tuhan memberi mereka kekuatan untuk menerimanya.

Berbicara tentang panggilan seperti yang kita dengar atau baca hari ini, ada beberapa hal yang patut direnungkan :

a. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu, demikian kata Yesus dalam salah satu pengajaran-Nya. Panggilan menjadi murid itu adalah inisiatif Tuhan. Tuhan menggerakkan hati kita melalui Roh Kudus-Nya dan kita diberi kebebasan untuk menanggapinya.

b. Jika Tuhan yang memanggil adalah hak-Nya untuk memanggil siapa saja, dari pelbagai latar belakang mana saja. Apakah mereka layak atau tidak layak, itu adalah urusan Tuhan, bukan urusan kita. Tuhan dapat mengubah orang dari kondisi mustahil menjadi tidak mustahil. Dalam hal ini setiap orang akan diberi kekuatan untuk menjalani panggilan itu dengan baik, walaupun masih ada yang gagal.

c. Tuhan membutuhkan kita untuk melanjutkan karya penebusan-Nya. Kita perlu menanggapi panggilan itu dengan iman, harap dan kasih. Tuhan membutuhkan kerelaan dan kesediaan kita.

d. Jika kita tidak termasuk dalam panggilan khusus di atas, semua pengikut Yesus Kristus dipanggil dan diutus untuk menginjili dunia dengan warta sukacita: Allah mencintai semua orang dan mendorongnya untuk berbuat baik dan memajukan dunia. Kita semua perlu menjawabi panggilan umum ini agar segala rencana-Nya dapat terwujud di mana saja kita berada dan bekerja sesuai profesi kita masing-masing. Sakramen permandian dan krisma mewajibkan kita untuk melakukan semuanya itu.

Written by RD. Laurensius Sopang

Adhitz Ads