Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Kamis, Juni 30, 2016

BERNUBUATLAH !



Hari ini kita berbicara tentang karunia bernubuat, dalam hubungan dengan perintah Tuhan kepada Amos, seorang penggembala kambing domba, yang dipanggil Tuhan dan memberi perintah kepadanya: “Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel” (Am 7:15). Pertanyaannya: apa itu nubuat?

Nubuat adalah salah satu karunia Roh Kudus yang diberikan kepada kita untuk menyampaikan pikiran atau isi hati Tuhan mengenai sesuatu hal atau keadaan di masa depan.. Karunia ini termasuk dalam kelompok karunia berbahasa, dipakai dalam pelayanan dan berguna untuk membangun jemaat Allah. Namun dalam penggunaannya kita perlu berhati-hati, sebab ada nubuat palsu dan ada nubuat yang benar. Palsu jika apa yang diucapkan dalam nubuat itu tidak terjadi, benar jika apa yang disampaikan dalam nubuat itu terjadi, karena itu ia perlu diuji dengan baik dan memerlukan karunia membedakan roh. Sebab tidak semua bisikan yang datang ke dalam hati dan pikiran kita sungguh-sungguh berasal dari Roh Kudus.

Dalam menyampaikan nubuat Tuhan kepada bangsa Israel, Amos ditantang oleh para pemuka bangsa itu, sebab nubuat-nubuatnya keras, menantang raja yang jahat. Lalu mereka menuduhnya bahwa ia bukan seorang nabi yang benar dan tidak boleh bernubuat di Yerusalem. Tetapi Amos balik menantang mereka dan mengatakan: : "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel” (Am 7:14-15). Jika kita ingin meneliti lebih jauh tentang nubuat Amos, maka kita boleh melihat apakah nubuat-nubuatnya benar-benar terjadi atau tidak? Dalam sejarah Israel nubuat-nubuat itu memang terjadi 30 tahun kemudian. Itu berarti nubuat Amos itu benar dan memang ia seorang nabi yang benar. Ia bernubuat agar raja dan umat Israel bertobat dari dosa-dosa yang mereka perbuat terutama dosa menyembah berhala.

Kisah Injil hari ini bermuara pada pertobatan juga. Seorang lumpuh yang sedang terbaring sakit di tempat tidurnya dihantar kepada Yesus. Ketika melihat iman orang-orang itu dan keadaan si lumpuh itu, Yesus langsung berkata: “Percayalah anak-Ku, dosamu sudah diampuni”. Itu berarti sakit lumpuh itu disebabkan oleh dosa. Ketika dosanya sudah diampuni, Yesus lalu berkata lagi: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu” (bdk Mat 9:1-8).
Apa yang dikatakan Yesus dalam hubungan dengan dosa dan perintah mengangkat tempat tidur kepada si lumpuh, bekerja tiga karunia Roh Kudus yaitu: karunia pengetahuan (Yesus tahu  orang sakit itu lumpuh karena dosa), nubuat (kalau orang itu percaya maka dia disembuhkan) dan penyembuhan (Yesus menyuruh dia pulang dan mengangkat tempat tidurnya).

Pada zaman ini dalam persekutuan doa ada banyak nubuat yang diucapkan oleh mereka yang merasa mendapat pesanan Tuhan. Nubuat-nubuat itu umumnya bersifat menghibur, menasihati, mengajak untuk bertobat dan menuntun kita kepada kebenaran. Dalam komunikasi dengan Tuhan, ada banyak hal yang bisa kita dengar melalui suara hati. Jika suara hati itu baik dan membantu kita untuk membangun hubungan yang lebih baik lagi dengan sesama dan Tuhan, maka tak ada salahnya kalau kita mengikutinya. Jika suara hati dan ucapan nubuat sesama mendorong kita untuk memperbaiki diri dari kelemahan kita, hemat saya ucapan itu pasti membawa manfaat. Kalaupun nubuat yang disampaikan itu sifatnya keras dan sesuai dengan perbuatan salah kita, maka nubuat itu sifatnya menolong kita untuk bertobat. Karena itu St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika menulis: janganlah anggap rendah nubuat-nubuat! (1 Tes 5:20).  


Rabu, Juni 29, 2016

OPERASI PEMBEMBASAN OLEH TENTARA SURGAWI ! (Hari Raya St. Petrus dan Paulus)



28 Maret 1981 terjadi pembajakan pesawat Garuda Indonesia 206 dalam penerbangan dari bandara Talangbetutu di Palembang menuju bandara Polonia, Medan. Pembajakan itu dilakukan oleh lima orang teroris pimpinan Imran bin Muhammad Zein. Mereka memberi  perintah kepada pilot untuk menerbangkan pesawat menuju Lybia tetapi akhirnya hanya mendarat di Thailand. Nama pesawat yang  dibajak itu WOYLA, berpenumpang 57 orang sehingga nama operasi militer atas peristiwa tersebut dikenal sebagai operasi Woyla! Mendengar pembajakan itu pasukan khusus, Kopassandha (sekarang Kopassus), dari Indonesia segera dikirim untuk melakukan penyelamatan. Detik-detik yang menegangkan dalam peristiwa pembebasan sandera itu terjadi tanggal 31 Maret 1981, ketika Satuan Komando Kopassandha pada pukul 02.30 mendekat ke pesawat. Mereka naik ke sayap pesawat dan berencana masuk melalui pintu belakang. Pukul 02.43 mereka berhasil pintu belakang masuk menuju ruang penumpang dan langsung melakukan penyerangan. Dalam waktu demikian singkat terjadi baku tembak antara pasukan Kopassandha dengan teroris. Pasukan kita berhasil menembak mati 4 orang teroris, sedangkan pemimpinnya ditangkap hidup-hidup. Korban pada pihak kita yang ditembak teroris: satu tentara tertembak di perutnya dan mati di rumah sakit Thailand, juga pilot pesawat. Tetapi seluruh penumpang serta pramugari dapat dibebaskan.

Setelah perkembangan jumlah jemaat perdana semakin bertambah di Yerusalem, Herodes mulai menangkap mereka dan juga para rasul. Rasul Yakobus dibunuh lalu Petrus disandera di bagian terdalam penjara Yerusalem oleh raja Herodes. Petrus dijaga 4 regu pasukan khusus. Ketika mendengar peristiwa itu jemaat perdana Yerusalem berdoa bersama memohon bantuan Tuhan. Doa mereka didengar. Sebelum Petrus dihadapkan ke pengadilan keesokan harinya, Tuhan mengutus seorang malaikatnya dari surga. Malaikat itu masuk ke dalam penjara dan membangunkan Petrus. Saat itu juga semua rantai terlepas dengan sendirinya dari tangan Petrus dan dia dibebaskan secara ajaib tanpa peristiwa baku tembak dengan pasukan Herodes. Ketika keluar dari penjara, semua pintu yang dilewati terbuka secara otomatis dan Petrus dibawa pergi ke rumah jemaat.

Pembebasan ini menjadi pengalaman rohani yang indah bagi Petrus dan ia percaya akan pemeliharaan Tuhan atas dirinya, yang telah diangkat menjadi pemimpin pertama Gereja awal. Pengukuhan kepemimpinan Petrus sesungguhnya telah terjadi di Kaisarea, Filipi, seperti cerita Injil hari ini. Saat itu Tuhan Yesus bertanya kepada para murid tentang siapakah Dia menurut kata orang. Petrus memberi jawaban yang sangat tepat oleh ilham dari surga. Mendengar jawaban itu,  Yesus pun berkata kepada-Nya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16: 17-19). Gereja yang didirikan para rasul ini adalah Gereja yang kini diwarisi Gereja Katolik dan dalam syahadat para rasul Gereja kita disebut: satu, kudus, katolik dan apostolik. Petrus adalah pemimpinnya yang pertama. Perkataan Tuhan dalam Injil tadi adalah pernyataan pengukuhan Petrus menjadi pemimpinnya. Selain dia diberi kuasa untuk memimpin, menggembalakan dan mewartakan juga untuk mengampuni serta mengikat dosa. Petrus menerima kuasa ini dan bersama rasul-rasul lain, termasuk St. Paulus, mereka meletakkan dasar Gereja di atas Pemimpin Utamanya, Yesus Kristus.

Karya St. Paulus dan perjuangannya telah ditulis dalam Kisah Para Rasul serta dalam surat-surat apostoliknya yang indah dan luar biasa bagus. Tak ada surat seperti itu lagi dalam zamannya. St. Paulus dalam karyanya mengalami banyak tantangan dan pencobaan tetapi ia tetap teguh dalam imannya akan Yesus Kristus. Kepada Timoteus, anak buahnya, ia mengatakan hari ini bahwa, ia telah menyelesaikan pertandingan ini dengan baik dan siap memasuki Kerajaan-Nya. Ia sangat menghormati Petrus sebagai pemimpinnya. Keduanya mati sebagai martir di Roma. Petrus disalibkan dengan kepala ke bawah dan Paulus dipenggal kepalanya. Gereja Kristus berdiri tegak sampai hari ini. Meskipun Gereja kita, berabad-abad berlayar dalam tantangan dan gelombang yang hebat, Gereja Kristus ini tetap hidup dan terus berlayar menuju pelabuhan abadi.

Karya kita dalam menyebarluaskan Kerajaan Allah bukanlah pekerjaan kita semata, tetapi di dalamnya selalu ada Tuhan yang menyertai, yang menolong, yang mengerjakan dan yang menyelesaikannya. Apa pun tantangannya, pasti selalu ada pertolongan dari surga untuk menyelesaikan segalanya dengan baik menurut rencana dan kehendak-Nya. Doa kedua rasul utama ini akan menyertai kita selamanya, walaupun seringkali kita hanya memintanya secara singkat: St. Petrus dan Paulus, doakanlah kami.
       

Selasa, Juni 28, 2016

PERAHUMU DIHANTAM GELOMBANG ?



Ada banyak berita tentang tenggelamnya perahu atau kapal para pengungsi ketika gelombang dahsyat menghantam perahu atau kapal-kapal itu. Banyak yang mati tenggelam. Saat Tim SAR datang menolong, ditemukan banyak jenasah, hanya satu atau dua yang luput. Perjalanan dengan kapal atau perahu di laut selalu penuh dengan kewaspadaan akan datangnya bahaya-bahaya yang tak terduga. Keadaan cuaca di bumi saat ini kadang-kadang berubah dengan begitu cepat, akibat pemanasan global. Perahu atau kapal, besar dan kecil, semuanya ekstra waspada dengan keadaan ini. Bahaya maut kadang-kadang memang datang secara tak terduga.

Para murid Yesus dan Yesus sendiri sedang berlayar menuju seberang danau. Tiba-tiba angin kencang dan gelombang menghantam perahu mereka. Para murid panik tak berdaya. Mereka pada ketakutan dan segera membangunkan Yesus yang sedang berbaring istirahat sambil berteriak minta tolong. Dengan sigap Yesus bangun dan berkata: “mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya?” (Mat 8:26). Mengapa Yesus bertanya seperti itu? Mereka sudah lama bersama-sama dengan Yesus dan telah menyaksikan banyak mujizat dalam pelayanan-Nya. Yesus berharap bahwa dengan menyaksikan karya-karya agung-Nya itu, para murid harus menjadi lebih mantap dan tenang bila menghadapi godaan dan tantangan seperti itu. Tetapi ternyata kelemahan manusiawi mereka masih jauh lebih kuat getarannya daripada keyakinan akan besarnya kuasa Tuhan yang hadir di situ.

Hal yang sama terjadi pada siapa pun di dunia ini, termasuk Anda dan saya. Jika ada bahaya mengancam, iman kita akan besarnya pertolongan Tuhan yang hadir di dalam diri kita tampaknya masih jauh lebih kecil getarannya daripada perasaan takut yang menguasai kita. Tidak heran kalau Tuhan membuat pertanyaan yang agak mengeritik: mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya? Pengalaman para murid ini sesungguhnya mau mengajar kita bahwa dalam bahaya apa pun, Tuhan tak pernah tertidur dengan lelap. Dia selalu sigap menolong siapa saja yang memohon pertolongan-Nya. Karena itu jangan panik kalau ada bahaya dan kesulitan. Tuhan ada – DIA siap membantu.Perahumu tidak akan tenggelam.

Sebaliknya Tuhan siap menjadi penonton bila hidup kita tidak selaras dengan kehendak-Nya. Nabi Amos hari ini menyampaikan rasa kesalnya kepada bangsa Israel karena mereka tidak mau bertobat. Ada banyak pertanyaan bersifat gugatan yang dia sampaikan dan berujung pada ancaman: "Aku telah menjungkirbalikkan kota-kota di antara kamu, seperti Allah menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora, sehingga kamu menjadi seperti puntung yang ditarik dari kebakaran, namun kamu tidak berbalik kepada-Ku," demikianlah firman TUHAN. "Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu, hai Israel. -- Oleh karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel!"  (Am 4:11-12). 

Pertobatan mendatangkan keselamatan sebab sikap itu menggerakkan hati Tuhan untuk berbelaskasih. Sebaliknya sikap masa bodoh, kesombongan  atau tegar tengkuk akan menjauhkan kita dari belaskasih-Nya. Dengan demikian perahu hidup kita akan tenggelam.  
  

Senin, Juni 27, 2016

IKUTI AKU, JANGAN BERDALIH !



Salah satu hambatan terbesar untuk mempercepat pembangunan bangsa ini, baik secara rohani maupun secara jasmani adalah “suka berdalih” -  membuat banyak alasan untuk tidak mau mendengarkan, tidak mau keluar dari gaya hidup yang dirasa sudah mapan, merasa sudah cukup dan tidak mau berubah lagi atau merasa diri jauh lebih baik dan untuk apa sibuk mencari lagi. Dengan dalih-dalih seperti ini kita tak akan pernah menikmati kemajuan apa pun selain stagnan pada cara hidup yang itu-itu saja. Kemakmuran dan kesejahteraan tak akan bakal dinikmati.

Dalam Injil hari ini Yesus agak sedikit kesal dengan sikap suka berdalih dari mereka yang dipanggil-Nya. Karena itu dengan tegas Ia berkata: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." (Mat 8:22). Mengapa? Pertama, Tuhan memanggil kita karena Dia membutuhkan peran kita dalam karya-Nya. Kedua, waktu kita yang kita pakai untuk bekerja membangun dunia ini agar menjadi lebih baik sangat singkat, Tuhan ingin kita bergerak lebih cepat. Ketiga, kejahatan telah merasuk ke segala lini kehidupan manusia dan membuat banyak orang semakin menjauh dari Tuhan, seperti keadaan yang diserukan nabi Amos dalam bacaan pertama. Kalau kita lengah dan semakin menunda-nunda akibatnya akan semakin buruk. Sikap suka berdalih hendaknya disingkirkan dari mental kita yang lama. Pekerjaan kita banyak, waktu kita terlalu sedikit untuk menyelesaikan segala pekerjaan itu, maka jangan berdalih.

Dalam pertemuan  kemarin, 26 Juni 2016, di aula Seminari St. Yohanes Paulus II, Labuan Bajo, Menteri Koordinator Bidang Maritim, Rizal Ramli, meminta para imam, biarawan/ti untuk membantu memberi motivasi kepada masyarakat agar bersikap kreatif membangun wilayah tujuan wisata ini. Ia mengatakan: pemerintah pusat akan membantu dengan banyak cara, tetapi jika masyarakat tidak mau mengambil bagian atau bersikap seperti penonton saja, banyak berdalih, maka usaha kami akan sia-sia karena tidak mencapai tujuannya. Ia memberi perbandingan pada Kabupaten Banyuwangi yang bupatinya sangat pintar dan kreatif menciptakan aksi-aksi untuk menarik turis lokal dan manca negara. Banyuwangi yang dulunya hanya menjadi tempat singgahan biasa saja, kini menjadi tempat tujuan wisata yang sangat ramai di Jawa Timur.  

Nabi Amos dalam bacaan pertama melukiskan kekecewaan Tuhan atas sikap hidup yang buruk dari bangsa Israel, apalagi telah mengarah pada kejahatan-kejahatan yang tidak dapat diampuni lagi (Am 2:6-10.13-16). Tuhan ingin kita bekerja secara positip membangun hidup kita, karena itu segala dalih yang berasal dari mental manusia lama kita, yang suka berdalih, perlu kita pangkas dan kita dengar  permintaan Tuhan yang mendesak: Ikutilah Aku !

Minggu, Juni 26, 2016

DIPANGGIL UNTUK MERDEKA !



Pada tahun 1978 seorang mantan imam diminta untuk syering tentang pengalaman hidupnya sebagai bapa keluarga kepada para frater di sebuah Seminari Tinggi. Ia bersedia datang dan menceritakan sejujurnya apa yang dialaminya sejak ia melepaskan jubahnya dan mulai membentuk keluarga. “Saya berhenti dari imam sesudah saya gagal menjalin komunikasi yang baik dengan pimpinan saya. Saya kecewa dan berhenti. Sesudah beberapa tahun berhenti saya pun berencana membentuk keluarga dan hidup bersama dengan seorang wanita yang saya cintai. Tetapi hingga belasan tahun kami tidak menerima sakramen perkawinan karena halangan “sakramen imamat” yang belum dibebaskan oleh Paus. Selama itu hati dan jiwa saya terasa kering, karena meski saya berdoa dan mengikuti ekaristi, kami tidak menerima komuni. Seringkali saat konsekrasi saya menangis dalam hati karena saya pernah merasakan keindahan dan sukacita surgawi pada saat saya melakukan tugas itu ketika saya masih hidup sebagai seorang imam. Namun perasaan sedih itu cepat-cepat saya abaikan karena takut dilihat istri saya.”

Selanjutnya banyak kesukaran lain yang saya alami pada saat istri saya mulai hamil dan kemudian melahirkan anak. Meskipun ada sukacita karena kami mempunyai anak, namun dengan demikian semakin banyak keterikatan dan tanggung jawab khusus yang harus saya hayati dan terima secara baru sebagai bapa keluarga. Kelihatannya menyenangkan akan tetapi tidak semudah seperti yang dipikirkan. Ketika ego saya untuk menjadi segala-galanya saya biarkan meracuni pikiran saya, saya seringkali menyakiti hati istri, anak dan keluarga besar kami, baik dari pihak istri maupun keluarga besar saya sendiri, yang belum sepenuhnya menerima keadaan saya. Apa yang tak pernah saya pikirkan, semuanya datang seperti hujan batu yang dilempar ke arah saya, bukan saja karena sesama dan keluarga belum menerima keadaan saya tetapi juga pekerjaan saya yang tidak jelas, bagaimana mengatur hidup rumah tangga dengan segala keperluan sandang pangan, dll.

Kebebasan yang saya rasakan sebagai imam dahulu kini tercabik-cabik dan terbelenggu dalam tugas yang tidak pernah saya pelajari. Saya sering menyendiri ke hutan untuk berteriak di sana dan memanggil nama Tuhan sambil mohon ampun pada-Nya atas kegagalan saya dahulu dan memohon bantuan-Nya untuk hidup baru sebagai bapak keluarga ini. Batin saya sungguh terluka walau kemudian sedikit terobati ketika saya mendapat surat “laisisasi” – (menjadi awam kembali) dan menerima sakramen perkawinan. Meski demikian godaan untuk selalu kembali ke imamat sesewaktu datang kembali. Singkat kata, hidup baru yang saya pilih ini berat, karena itu inilah nasihat saya bagi para frater: “lakukan pengolahan batin secara tuntas di saat masih dalam persiapan menjadi imam, supaya Anda berpikir matang dan dengan penuh kebebasan dapat memilih dan memutuskan untuk hidup di jalan imamat itu, sehingga bila mendapat tantangan, seberat apapun dia, Anda tetap kuat menjalaninya”.

Pengalaman mantan imam di atas merupakan salah satu pengalaman hidup dari para pengikut Yesus Kristus. Ketika tahu ada banyak pengalaman kesukaran dalam hidup kristiani, St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia hari ini mengatakan: “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan” (Gal 5:13-15). Panggilan menjadi pengikut Yesus Kristus, dalam status hidup apa saja yang kita pilih adalah panggilan untuk menjadi merdeka, sebab kita telah dibebaskan dari belenggu dosa dan maut. Pilihan tepat untuk hidup dalam kemerdekaan sejati adalah berserah diri pada “bimbingan Roh Kudus”. Seperti kata Paulus dalam lanjutan suratnya hari ini: “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal 5:16). Keinginan daging itu merusak tetapi keinginan Roh itu membangun dan membahagiakan, sebab Roh Kudus membimbing kita atas dasar kasih sejati, kasih dari Allah Bapa kita dan Yesus Kristus, Putera-Nya.

Kasih Tritunggal Mahakudus ini telah menarik hati Elisa untuk meninggalkan pekerjaan-Nya mengikuti Elia. Elisa melepaskan bajak dan lembu-lembunya, pergi kepada orangtuanya untuk berpamitan lalu mengikuti Elia. Ia memilih jalan ini dalam kebebasan penuh mengikuti kehendak Ilahi agar dapat menggantikan Elia menjadi nabi bagi bangsa pilihan. Elisa termasuk salah satu nabi besar Perjanjian Lama yang sangat tegas dalam meluruskan hati yang bengkok dan meratakan tindakan yang lekak lekuk dari bangsa Israel (1 Raj 19:16b.19-21). Dalam kebebasan penuh sebagai nabi Tuhan ia sanggup melakukan tugas itu karena ia sendiri penuh dengan kasih karunia Allah.

Ketika Yesus hendak menuju Yerusalem, orang Samaria tidak mau menerima Dia. Yakobus dan Yohanes sangat marah dan meminta Yesus supaya membinasakan mereka semua. Tetapi Yesus menegur mereka dan mengatakan: Ia datang untuk menyelamatkan bukan untuk membinasakan. Lalu Ia melanjutkan perjalanannya dan berjumpa dengan orang-orang yang memiliki pelbagai alasan ini dan itu, ketika Dia memanggil mereka menjadi murid-Nya. Mereka tidak tahu bahwa Yesus Kristus itu Tuhan. Bila Tuhan memanggil seseorang atau lebih untuk mengikuti jalan-Nya berarti Ia ingin menjadikan mereka orang-orang merdeka yang dibimbing oleh Roh-Nya untuk melakukan hal-hal yang baik dalam hidup ini.

Dunia telah dikuasai oleh banyak kejahatan, karena itu Tuhan membutuhkan orang-orang yang dapat dipakai-Nya untuk melanjutkan misi keselamatan-Nya dalam pelbagai bidang kehidupan manusia. Allah ingin agar semua orang yang bekerja di manapun dalam bidang-bidang itu harus menjadi orang-orang yang merdeka, yang bisa membebaskan sesamanya dari pelbagai kejahatan yang telah merajalela itu. Menjadi orang merdeka berarti menjadi orang yang berani menolak kejahatan.   




 

Adhitz Ads