Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Kamis, Agustus 31, 2017

JANGAN LALAI UNTUK BERJAGA-JAGA !

Setiap kali kita merayakan ekaristi pada saat pernyataan tobat, salah satu dosa yang kita sebut adalah dosa kelalaian. Mengapa lalai disebut dosa? Kita semua tahu bahwa efek dari kelalaian itu sangat berat dan bisa menjerumuskan kita ke dalam kecelakaan atau bahaya. Contoh: kalau lalai memadamkan api sebelum tidur, api itu bisa menimbulkan kebakaran. Kelalaian kecil dapat menimbulkan kesusahan yang besar bahkan kematian.

Dalam Injil hari ini  (Mat 24:42-51) Tuhan Yesus menasihati para pendengarnya agar selalu berjaga-jaga setiap waktu supaya kita:


a)      tidak jatuh ke dalam banyak pencobaan dan kesusahan. Bahaya dan kesusahan itu dapat terjadi kapan saja, tanpa kita ketahui. Musuh-musuh jiwa raga setiap saat selalu mencari kesempatan untuk menyusahkan hidup manusia, karena itu kita jangan lalai dalam menjaga diri untuk menghadapi serangannya.

b)     tidak lalai dalam mempersiapkan diri menghadapi waktu Tuhan datang menjemput kita, sebab Ia datang bagaikan seorang pencuri. Saat atau waktunya tak pernah kita ketahui. Dalam hubungan dengan ini hendaknya kita siap sedia secara rohani agar bebas dari dosa-dosa. Hidup ini bukan milik kita tetapi milik Dia yang telah mencipta dan memeliharanya.

Banyak dari antara kita di zaman ini, saking sibuk dengan urusan duniawi (pesta pora dsb) kita lalai dalam urusan jiwa. Jiwa merana, tidak dirawat dengan baik – dirawat asal-asal saja, maka tidak heran kalau kesusahan sering menimpa kehidupan kita.

St. Paulus dalam bacaan pertama hari ini memuji jemaat Tesalonika karena mereka sungguh-sungguh hidup dalam iman, baik dalam kata maupun perbuatan. “Dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu. Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan” (bdk 1 Tes 3:7-13). Paulus memuji mereka karena mereka bersungguh-sungguh dalam mewujudkan imannya di hadapan Tuhan dan hidup dalam kasih persaudaraan yang menyenangkan.

Hidup dalam kasih persaudaraan itu sangat penting karena dengan itu kita dapat saling menasihati dan mengingatkan satu sama lain dalam hidup ini agar kita tidak lalai tetapi selalu berjaga-jaga dalam segala keadaan dan dalam segala hal. Amin   




        

Rabu, Agustus 30, 2017

TAK HENTINYA BERSYUKUR !   

Memberi untuk beryukur adalah bagian dari tindakan iman kepada Tuhan. Bersyukur untuk memuji adalah bagian dari doa-doa yang timbul dari ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas segala hal yang dialami dalam hidup ini. Doa-doa ucapan syukur adalah bagian dari keyakinan bahwa Tuhan tahu apa yang kita perlukan dalam hidup ini, sehingga tak perlu selalu meminta apa pun kepada-Nya.

Atas dasar keyakinan ini St. Paulus bersaksi dalam bacaan pertama hari ini bahwa dia dan rasul lain yang menyertai dia tak putus-putusnya bersyukur karena mereka telah menyaksikan bagaimana orang-orang Tesalonika menerima pewartaan Injil yang mereka beritakan. Mereka percaya bahwa sabda Allah sungguh bekerja giat dalam diri mereka yang telah mendengarnya. Mereka bergembira dan bersyukur karena melihat bahwa pewartaan mereka tidak sia-sia adanya (bdk 1 Tes 2:9-13). Pujian dan ucapan syukur St. Paulus ini terutama ditujukan kepada Tuhan yang telah menyuburkan pekerjaan mereka dengan rahmat Roh Kudus-Nya. Mereka sadar bahwa mereka hanya menabur sabda itu kemana saja mereka pergi dan Tuhan sendiri yang menyuburkannya.

Sebaliknya Matius pengarang Injil, hari ini masih menyampaikan pesan yang isinya sangat keras kepada semua orang yang hidupnya munafik. Ia menuduh kaum Farisi dan ahli Taurat sebagai kaum yang tampaknya seperti kubur, yang di luar tampaknya putih tetapi di dalamnya penuh dengan kebusukan. Kata-kata yang keras yang ini menggambarkan bahwa Tuhan tidak berkenan atas cara hidup yang munafik atau yang pura-pura (Mat 23:27-32). Tuhan itu mahakudus dan Ia meminta agar semua yang percaya kepada-Nya hidup dalam terang-Nya, jujur, benar dan saleh seperti apa adanya. Kita juga harus jujur dalam arti kalau kita memang bersalah, maka kita harus mengakuinya; jika kita benar katakan sesuai kebenaran yang kita ketahui, bukan dengan sikap mental asal bapa senang. Jika kita hidup dalam kemunafikan ucapan syukur kepada-Nya menjadi tidak berguna, sebab ucapan syukur tidak lahir dari kebenaran melainkan kepalsuan.

Ucapan syukur itu layak dan benar bila ia lahir dari sikap hati yang jujur, jauh dari kemunafikan. Tuhan tahu segala hal yang tersembunyi dalam hidup kita, karena terang-Nya menembus hingga masuk ke lubuk hati kita yang terdalam.    



         

Selasa, Agustus 29, 2017

TARIAN PUTRI & KEPALA YOHANES PEMBAPTIS !

Pada masa awal perjanjian baru belum terdengar pembelaan terhadap hak azasi manusia bahkan hingga ratusan tahun sesudahnya. Para raja dan penguasa dapat sesuka hatinya melakukan tindakan semena-mena terhadap siapa saja yang menentang dan mengeritik kebijakan mereka. Hukum dan keadilan bukan ditentukan oleh prinsip kebenaran dan keadilan tetapi oleh kekuasaan para penguasa. Karena itu banyak orang menderita dan mati akibat ketidakadilan dan kekejaman penguasa.

Contoh paling nyata dari gambaran di atas diceritakan oleh Injil hari ini. Raja Herodes merayakan ulang tahun usia. Puteri raja menyajikan tarian yang sangat memukau sang raja dan para tamu undangan. Bersumpahlah raja untuk memberikan harta apa saja bahkan setengah dari kerajaan sekalipun. Mendengar sumpah ini Herodias melampiaskan dendamnya dengan meminta kepala Yohanes Pembaptis sebagai hadiahnya. Hadiah yang kejam dan tak berperikemanusiaan. Nasib sang nabi berakhir di tangan sang algoju. Kepala sang nabi menjadi imbalan gerak tari sang puteri. Sangat tidak masuk akal tetapi begitulah kenyataan yang terjadi dalam dunia ini (bdk Mrk 6:17-29).

Ketika nabi Yeremia mulai melaksanakan tugas kenabiannya, ia ditantang oleh bangsanya sendiri. Namun Tuhan menguatkan dia dengan pesan: “Baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka”! (bdk Yer 1:17-19). Tugas nabi tidak mudah karena dia diutus untuk meratakan yang lekak lekuk dan merluruskan jalan yang bengkok, mengingatkan manusia agar selalu taat pada Tuhan, nabi harus berani melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh siapa pun, nabi bertugas menobatkan manusia yang berdosa agar berbalik ke jalan yang benar. Taruhan tugas sang nabi adalah nyawanya, sebab banyak orang di dunia ini tidak suka ditegur atau dikeritik, tidak suka dinasihati sebab merasa diri hebat, pintar.

Hingga abad ini di mana-mana masih terdapat tindakan-tindakan yang tidak adil yang dilakukan oleh manusia, para penguasa. Yang lemah dan tak berdaya selalu menjadi korbannya. Untuk mengatasi situasi ini Gereja mendirikan Komisi JPIC (Justice Peace and Integrity of Creation), guna menolong orang-orang yang tertindas dan tak berdaya sekaligus memperhatikan keutuhan ciptaan dan menjalin persahabatan dengan lingkungan hidup. Kesadaran ini mengingatkan kita akan kasih dan kebaikan Tuhan yang selalu menyertai kita. Meskipun ketidakadilan selalu ada, namun kita jangan pernah berhenti untuk mengusahakan dan memperjuangkan keadilan dan perdamaian itu. Jangan takut untuk menjadi Yohanes Pembaptis yang lain.          

Senin, Agustus 28, 2017

MUNAFIK ITU CELAKA ! (pesta St. Agustinus)

Pemuda bernama Agustinus sudah lama hidup dalam kejahatan dan dosa, doa ibunya Monika yang tekun dan kuat telah menarik dia kembali ke jalan benar. Dia sungguh-sungguh bertobat dan mampu meninggalkan masa lalunya, menerima hidup baru. Lalu dia mengikuti pendidikan seminari, ditahbiskan menjadi imam, lalu diangkat menjadi Uskup. Dia menulis sebuah buku yang amat terkenal dengan judul: PENGAKUAN. Dalam buku tersebut ia menulis dengan terus terang tentang hidupnya yang gelap dan kemudian berjumpa dengan Tuhan lalu bertobat. Dalam pengakuan itu jujur terhadap Tuhan, orang tua dan sesamanya. Pengalaman hidup dalam dosa adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. Ketika bertobat ia merasa amat bahagia karena segala pengalaman buruknya telah lenyap dan ia boleh menikmati sukacita yang amat dalam, sukacita hidup dalam kasih Tuhan. Sukacita karena pengalaman ia diampuni.

Injil Matius hari ini menampilkan kalimat-kalimat kecaman keras terhadap kaum Farisi dan ahli Taurat dengan kata-kata: Celakalah, celakalah…. Mengapa? Karena Yesus tahu mereka hidup dalam kemunafikan. Mereka tampak suci, alim, tetapi sesungguhnya jahat: sebab menutup jalan keselamatan bagi orang lain, merampok janda-janda, menjerat orang jatuh ke dalam dosa yang lebih berat, mengucapkan sumpah-sumpah palsu atas nama sesuatu yang suci (Mat 23:13-22). Kecaman ini menggambarkan kepada kita bahwa Allah hanya suka pada yang jujur, benar dan adil. Kerajaan Allah bukanlah kerajaan yang terdiri dari orang-orang yang penuh tipu daya tetapi kerajaan terang, kebenaran dan keadilan, kerajaan damai dan sukacita, kerajaan orang-orang yang mencintai Allah dan sesamanya.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika tidak menuntut apa-apa dari umat di situ, selain mendoakan dan memuji ketekunan mereka dalam iman dan cara hidup mereka yang telah berubah (1 Tes 1:2b-5.8b-10) Mereka telah berbalik dari cara hidup manusia lama kepada cara hidup manusia baru, manusia yang hidup di bawah bimbingan kuasa Roh Kudus. Orang Tesalonika tidak lagi hidup dalam kemunafikan melainkan dalam iman dan kebenaran.

Iman akan Allah menuntut manusia untuk hidup dalam terang dan kebenaran. Terang dan kebenaran harus berbuahkan kejujuran dan keadilan, kedamaian dan sukacita. Sebab Tuhan Yesus datang supaya  semua orang yang percaya mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10b). Setelah pertobatannya St. Agustinus memiliki kelimpahan itu sehingga dalam hidupnya sebagai imam dan uskup ia menunjukkan kwalitas hidup sebagai orang saleh, mencintai kebenaran, keadilan, damai dan sukacita. Melalui pengakuannya ia bersaksi bahwa hidup dalam dosa termasuk perilaku munafik adalah hidup yang tidak membahagiakan.

Pada zaman ini banyak orang jatuh dalam dosa kemunafikan. Mereka berusaha menampilkan kehebatan lahiriah dan menyembunyikan diri di balik kesalehan semu, namun sesungguhnya hati mereka tidak bahagia, tidak nyaman. Sebaliknya orang-orang yang hidupnya jujur akan menikmati kedamaian dan ketentraman. Amin

  



          

Minggu, Agustus 27, 2017

KERAJAANNYA KOKOH !

Hitler mendirikan pemerintahan totaliter karena ingin menguasai dunia. Dengan cara yang amat bengis ia membunuh semua musuh-musuhnya atau para penentangnya. Jutaan orang Yahudi ditangkap dan disekap di kamp-kamp konsentrasi lalu dibantai dengan cara yang keji. Dia ingin menguasai dunia dengan semboyan “Deutschland über alles”. Namun ketika para lawan menjadi kuat ia dikeroyok habis-habisan.

Gaddafi, presiden Lybia ingin menjadi penguasa tunggal di negeri itu dan memerintah dengan tangan besi. Sama halnya dengan Saddam Husein di Irak, ia membunuh para lawannya termasuk anggota keluarganya sendiri bila menentangnya secara terbuka. Keduanya ingin membangun negerinya masing-masing dengan hawa nafsu kuasa, kekayaan dan kenikmatan duniawi. Namun pada akhirnya semua itu hancur berantakan. Ada banyak contoh lain yang dapat juga kita sebut misalnya runtuhnya komunisme Rusia.

Allah, segala kuasa, mendirikan Kerajaan-Nya di dunia ini di atas batu karang yang kokoh, tak terkalahkan. Hal ini dinyatakan Yesus secara nyata dan tegas kepada Petrus dengan berkata: “Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:13-20) Kerajaan Allah itu kuat bagaikan batu karang karena apa? Hemat saya tidak lain karena:

  
1)      Iman yang benar akan Yesus, sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Iman itu terkandung dalam jawaban Petrus kepada Yesus ketika para murid ditanya: menurut kamu siapakah Aku ini? Petrus menjawab: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!". Imannya akan Yesus itulah menjadi batu karangnya, bukan Petrus. Itu berarti iman Petrus benar.

2)      Kunci Kerajaan yang dipimpin Petrus berasal dari Allah sendiri, bukan dari manusia. Petrus mendapat mandat menjadi pemimpin dari Yesus, Anak Allah sendiri.

3)      Kerajaan itu menjadi kokoh karena di dalamnya selalu tercipta semangat untuk mengampuni satu sama lain sehingga semua orang yang percaya dapat memelihara kasih persaudaraan. Kasih mengatasi segalanya.

Menanggapi kebenaran di atas, St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan: “Segala sesuatu berasal dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya”! Tak ada kuasa yang lebih tinggi dari kuasa Allah. Dia pencipta dan asal mula segala sesuatu. Kata Yohanes dalam Injilnya: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu terang manusia” (Yoh 1:4). Asal dan tujuan akhir hidup manusia hanya kepada-Nya. Tak ada satu pun dari antara manusia dapat mengelak dari kebenaran ini. Hidup kita terikat kepada Allah sejak kita diciptakan sampai kita pulang ke rumah kekal-Nya. Kokohnya kerajaan Allah ini telah dinubuatkan Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (Yes 22:19-23).

Allah telah mendirikan Kerajaan-Nya melalui bangsa pilihan-Nya, kemudian orang-orang pilihan dari bangsa itu membentuk sebuah Kerajaan Perjanjian Baru dalam iman akan Yesus Kristus yang sekaligus menjadi batu penjuru-Nya. Kerajaan ini kokoh kuat dan telah berjalan berabad-abad walaupun telah berkali-kali diterjang gelombang dan badai yang ganas. Sebab Ia sendiri telah berjanji: Aku akan menyertai kamu sampai akhir dunia…..

Sabtu, Agustus 26, 2017

MENGAJAR TANPA KETELADANAN ITU PERCUMA !

Kita mungkin mengenal banyak saudara di antara kita yang menulis buku-buku dengan pandangan-pandangannya yang bagus, mungkin juga memuji banyak saudara yang kotbahnya menarik, namun dalam hidup praksis mereka gagal mewujudkan pandangannya dan kotbahnya, bahkan menjadi batu sandungan. Mereka menjadi tokoh antagonis (jahat) karena sikap dan perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan pandangan dan kotbahnya atau tidak selaras dengan tuntutan hidup kristiani yang baik.

Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya hari ini (Mat 23:1-12) menasihati banyak orang dan para murid-Nya, agar tidak mengikuti sikap hidup orang Farisi dan ahli Taurat, sebab “mereka hanya tahu mengajar tetapi tidak melakukannya, bahkan memberi beban berat kepada umat tetapi mereka sendiri tidak menyentuh beban itu”. Bagi kebanyakan orang Israel dan juga bagi Yesus sendiri, ahli taurat dan orang Farisi adalah tokoh-tokoh antagonis di tengah masyarakat. Mereka mengajar banyak kebenaran menurut adat istiadat dan hukum Taurat tetapi mereka sendiri tidak menunjukkan keteladanan. Bahasa kritis yang sering dipakai pada abad ini bagi orang-orang seperti itu, mereka adalah manusia NATO – “no action talk only”. Hidup mereka bertentangan dengan apa yang mereka ajarkan. Seperti kata Yesus dalam Injil hari ini: mereka menaruh beban-beban berat pada bahu orang lain, rakyat kecil, tetapi mereka sendiri enggan memikulnya, sebab mereka suka mencari penghormatan di mana-mana, di pasar, di jalan, di tempat-tempat pesta, dalam rumah ibadat……

Sikap kaum Farisi dan ahli Taurat amat berbeda dengan sikap Rut dalam bacaan pertama (Rut 2:1-3.8-11;4:13-17). Ia orang Moab. Dia sudah belajar banyak tentang hukum Taurat dan kebenarannya melalui Naomi. Dia percaya, taat dan tulus kepada semua kebenaran yang diajarkan itu. Bahkan ia menjadi teladan bagi banyak orang Israel, karena itu Boas, bangsawan Israel sangat tertarik padanya lalu memperisterinya. Dari padanya lahir Obed, ayah dari Isai. Keluarga Isai melahirkan Daud. Tuhan memilih orang baik dan benar untuk meneruskan rencana keselamatan-Nya. Teladan hidup menarik hati Tuhan sehingga ia terpilih menjadi nenek moyang dari keturunan yang kemudian menjadi raja yang amat terkenal yakni: Daud. Sifat takwa, setia dan tulus adalah kebajikan-kebajikan yang membawa berkat bagi hidup manusia. Maka berbahagialah orang yang takwa karena mereka dibenarkan Tuhan, begitu kata pemazmur. Rut mengajar bukan dengan kata-kata tetapi dengan teladan hidup yang saleh, benar dan baik.

Integritas keteladanan dalam hidup kristiani jauh lebih menarik dari pada kotbah, pidato, renungan serta tulisan-tulisan yang indah tentang Tuhan dll. Paus Fransiskus kemarin, seperti dirilis kompas.com mengatakan: rajin beribadah tanpa berbuat baik itu percuma, (rajin berbicara tanpa teladan itu sia-sia; iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati). Tetapi yang paling menarik di atas semuanya itu adalah jika kotbah dan pandangan yang indah itu disertai keteladanan yang baik.




Jumat, Agustus 25, 2017

KASIH SETIA-NYA SAMPAI MATI !

Banyak kisah dan contoh tentang kesetiaan dalam hidup manusia. Misalnya kisah setia antara suami istri yang berlangsung sampai mati, kisah setia kaum religius dan imam yang menghayati panggilannya sampai akhir hayat, kisah kasih setia seorang hamba - pembantu terhadap tuan atau majikannya, kisah setia seekor anjing terhadap tuannya, kisah kasih setia seorang bawahan terhadap atasannya, seorang sopir terhadap para penumpangnya, seorang pedagang dengan para langganannya, dll. Kesetiaan itu biasa lahir dari rasa saling percaya, kesetiaan bertumbuh menuju kasih atau juga bisa sebalikya kasih melahirkan kesetiaan.

Salah satu contoh kesetiaan yang mendatangkan berkat bagi bangsa Yahudi kemudian adalah Rut menantu dari Naomi. Ketika anak dari Naomi meninggal, Rut menjadi janda tanpa meninggalkan anak. Maka Naomi menyuruh Rut agar pulang ke negerinya. Akan tetapi Rut tidak mau bahkan mengatakan kepada mertuanya itu, aku mau mengikutimu ke mana saja engkau pergi. Mengapa? Naomi telah mengajarkan Rut tentang apa artinya cinta kepada Allah dan sesama. Rut mengenal Tuhan dan hukum kasih-Nya melalui Naomi. Oleh karena itu Rut berusaha mewujudkan imannya kepada Tuhan dan berjanji setia hidup bersama Naomi kemana saja Naomi pergi. Ganjaran kesetiaan Rut kepada Naomi adalah ia mendapatkan suami yang kaya bernama Boas, Rut melahirkan Obed, ayah Isai dan Isai melahirkan Daud, seorang raja besar di Israel.

Hukum Yahudi mengajarkan dua hal penting dan utama dalam hidup beriman dan berbangsa yakni: cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama. Ketika orang Farisi bertanya kepada Yesus tentang hukum pertama dan utama ini, Yesus memberikan jawaban yang sama: cinta kepada Allah dan kepada sesama. Mengapa cinta kepada Allah itu utama dan pertama? Allah itu kasih. Setiap detik Ia mengalirkan kasih-Nya untuk menghidupkan semua makhluk hidup di dunia ini. Tanpa kasih Allah maka segenap makhluk pasti hancur berantakan. Tanpa kasih Allah hidup manusia sama sekali tidak berguna, sebab oleh kasih setia-Nya membuat kita hidup, bertumbuh, berkembang dan berbuah dalam perbuatan baik.

Mengapa kita juga wajib mencintai sesama? Sesama yang pertama adalah orangtua, adik dan kakak, tetangga, guru, dosen, para penderma, penjasa, teman-teman seperjalanan, sekomunitas, se-lembaga, masyarakat umum di sekitar. Semua yang kita sebut ini adalah sesama yang pasti memiliki andil untuk membentuk kita menjadi pribadi yang baik. Kasih dan kesetiaan mereka untuk mendoakan, menyemangati, mendukung dst memacu kita untuk mengejar tujuan hingga ke puncaknya, sesuai visi hidup kita masing-masing.

Kalau Tuhan dan sesama kita setia, maka tak ada sesuatu yang lebih mulia yang dapat kita lakukan dalam perjalanan hidup ini, selain kesetiaan kita untuk menjalani panggilan hidup dan karya kita masing-masing. Dalam kesetiaan itu akan datang mujizat-mujizat yang tak terduga yang selalu dikerjakan Tuhan bagi kita. Rut dan para kudus sudah menjadi saksi atas semua itu. Sebab Tuhan telah setia sampai mati untuk kita. Amin  












Kamis, Agustus 24, 2017

INILAH SEORANG ISRAEL SEJATI ! (pesta rasul Bartolomeus)

Ada beberapa pujian Tuhan Yesus yang ditujukan kepada orang-orang yang tertentu dalam ke-empat Injil, antara lain pujian bagi mereka yang imannya teguh ketika memohon penyembuhan, bagi Petrus yang jawabannya baik dan benar, di saat Yesus bertanya tentang siapakah Dia menurut para murid, dll.

Natanael atau Bartolomeus hari ini mendapat pujian Yesus karena kejujurannya dalam menyampaikan pendapatnya tentang Yesus, saat Filipus Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Natanael polos dan jujur dalam menyampaikan pendapatnya. Baginya Nasareth adalah sebuah dusun yang tak punya nama dalam sejarah Israel sebelumnya, selain kota besar Yerusalem. Sebagai masyarakat desa mungkin ia selalu berpikir bahwa orang-orang hebat hanya datang dari kota, karena berpendidikan tinggi, orang terpandang, kaya, keturunan bangsawan atau raja dst.

Namun ketika Yesus melihat Natanael dan memujinya, Natanael heran dan berkata: Bagaimana Engkau tahu tentang diri saya? Yesus menjawab: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Natanael kagum akan jawaban itu dan langsung membuat pengakuan spontan: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Kesejatian Natanael (Bartolomeus) terdapat dalam kepolosan hatinya untuk menilai desa Nasareth sebagai tak punya reputasi politik atau kemajuan ekonomi; dan kejujuran hatinya untuk mengaku bahwa Yesus itu Anak Allah, saat ia berjumpa dengan Yesus (Yoh 1:45-51). Pandangan Natanael berubah 180% tentang nilai Nasareth dan tentang latar belakang Yesus. Selanjutnya nama Natanael hampir tidak disebut lagi dalam Injil namun ia menjadi rasul hingga mati sebagai martir. Ia dikuliti dan disalibkan.

Kitab Wahyu (Why 21:9b-14) melukiskan penglihatan rasul Yohanes tentang Yerusalem baru yang didirikan di atas dua belas batu dasar di mana tertulis nama rasul-rasul. Yerusalem baru ini penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti Kristal, dst… Yerusalem baru ini adalah kota sejati Allah, karena di sana Allah berdiam dalam kemuliaan yang tiada bandingannya dengan kerajaan dunia ini. Di sanalah kini para rasul berdiam bersama Tuhannya, yang telah memanggil mereka dan menjadikan mereka abdi sejati, soko guru Gereja Kristiani hingga mereka wafat. Para rasul pantas dipuji oleh Tuhannya karena kesejatian mereka untuk percaya dan taat kepada Yesus, meneruskan karya-Nya dengan mendirikan Gereja-Nya serta memberi kesaksian tentang-Nya hingga wafat.

Kesejatian Anda dan saya pada Tuhan tidak dinilai dari berapa lama kita telah mengimaninya, tetapi sejauh mana kita bersaksi tentang Dia dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Nilai tinggi rendahnya iman dilihat dari tindakan kasih yang sejati ataukah palsu?

  









Rabu, Agustus 23, 2017

AKU ADIL TERHADAP SIAPA PUN !

Perlakuan yang adil dituntut oleh setiap insan, karena semua orang memiliki derajat dan kedudukan yang sama di hadapan Penciptanya. Setiap orang diciptakan seturut gambar atau citra Allah. Allah yang menciptakan manusia adalah Allah yang mahaadil dan mahakudus. Tak mungkin Allah mencederai kekudusan-Nya dengan bersikap tak adil terhadap manusia dan ciptaan lainnya. Perasaan tidak adil dirasakan manusia jika ia menginginkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Dalam Injil hari ini (Mat 20:1-16a) Yesus menyampaikan perumpamaan tentang orang upahan yang merasa tidak adil karena menerima upah yang sama meskipun jam masuk kerja berbeda. Keadilan yang dituntut para pekerja itu ialah mereka harus menerima upah berbeda satu dari yang lain karena jam masuk yang berbeda. Ada yang lebih banyak jamnya dan ada yang lebih kurang. Yang banyak jam kerjanya menuntut upah lebih dari mereka yang kurang, namun:

a)      Mereka lupa bahwa mereka tidak memiliki perjanjian upah kerja per jam ataukah per hari.

b)     Pemberi upah bebas untuk memberikan apa saja dari miliknya bagi siapa saja yang sudah menolong dia.

c)     Kemurahan pemberi upah tidak bergantung pada nilai dan jam kerja manusia, ia menilai kerelaan para pekerja untuk bekerja.

Dalam hal ini Tuhan Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk mengerti bahwa Allah kaya dalam kemurahan dan kebaikan-Nya terhadap setiap insan yang memiliki kerelaan untuk hidup dan bekerja memajukan dunia ini. Allah itu mahaadil dan mahabaik serta memberikan segala rahmat-Nya kepada siapa pun yang giat mengambil bagian dalam pelayanan Kerajaan Allah.

Penulis kitab Hakim-Hakim hari ini (Hak 9:6-15) melukiskan kerinduan bangsa Israel untuk dipimpin seorang raja seperti halnya bangsa-bangsa lain. Dia melukiskan kerinduan itu dengan perumpamaan tentang pohon-pohon yang merindukan hadirnya seorang raja di antara mereka. Mereka pergi meminta kesediaan pohon zaitun, ara, pohon anggur dan duri. Hanya pohon duri yang menjawab mau tetapi dengan syarat yang berat. Perumpamaan ini sesungguhnya melukiskan kerinduan hati bangsa Israel tentang raja. Di Mesir mereka dipimpin oleh Firaun dengan pelbagai macam perdana menterinya. Tugas mereka jelas. Keadilan dapat tercipta dengan adanya manajemen kepemimpinan dengan “job description” yang baik. Keadilan Allah ada dalam kebijaksanaan setiap pemimpin yang adil dan bijaksana.

Keadilan dan kebijaksanaan Allah itu menyelamatkan. Bila Anda dan saya mengalami ketidakadilan di dunia ini, itu terjadi bukan karena Tuhan melainkan karena perbuatan manusia itu sendiri, akibat  dosa orang lain atau dosa kita sendiri. Datanglah saja pada-Nya dan mohonlah keadilan-Nya!








Selasa, Agustus 22, 2017

PAHLAWAN GAGAH BERANI !

Setelah Yosua wafat bangsa Israel kehilangan pemimpin, maka terjadilah masa ambigu yang luar biasa. Mereka meninggalkan ibadat kepada Yahwe, mereka pun menderita sebagai bentuk hukuman atas kesalahann. Sementara itu Tuhan memilih “hakim-hakim” guna menolong mereka bisa keluar dari kesulitan yang ada. Hakim-hakim itu hanya memerintah dalam periode-periode yang singkat. Kita lihat misalnya Otniel, Ehud, Samgar dst.

Salah seorang hakim yang cukup terkenal adalah Gideon. Bacaan pertama hari ini menceritakan kisah tentang panggilan Gideon. Saat dipanggil malaikat Tuhan memberi dia gelar: Pahlawan Gagah Berani. Ia putera dari Yoas, orang Abiezer dan dipanggil Tuhan menjadi hakim ketika sedang mengirik gandum, di tempat pemerasan anggur. Dialog panggilan antara dia dan malaikat Allah sangat bagus. Malaikat itu menyapa Gideon dengan berkata: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani." Tetapi Gideon bertanya: “Kalau Tuhan bersama kami, mengapa Tuhan membiarkan kami hidup susah seperti ini?. Manakah janji-Nya kepada nenek moyang yang telah membawa kami keluar dari Mesir? Jawab malaikat kepadanya: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!" Kemudian dialog itu berlanjut, Gideon membawa persembahannya dan malaikat itu menunjukkan tanda kehadiran Tuhan dan membakar seluruh persembahan itu.  Pengalaman perjumpaan dengan malaikat ini menguatkan hati Gideon lalu ia menerima panggilan itu dengan berkata: TUHAN itu keselamatan ! Melalui panggilan itu Tuhan menguatkan Gideon dan mengutusnya untuk menyelamatkan bangsa Israel dari cengkeraman orang-orang Midian (Hak 6:11-24).

Dosa kesombongan serta dosa-dosa lainnya menggagalkan manusia untuk berjumpa dengan Tuhan. Hal ini diibaratkan Yesus dengan bersabda: “Lebih mudah seeokor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya masuk Kerajaan Surga” (bdk Mat 19:23-30). Bangsa terpilih, dalam banyak hal menganggap dirinya seperti orang kaya yang tidak memerlukan Tuhan, sehingga mereka bersikap sombong di hadapan-Nya dan melakukan banyak kejahatan. Mereka menyembah dewa-dewa bangsa asing. Akibatnya mereka tidak bisa menikmati Kerajaan Surga yang damai dan tentram, selain penderitaan.

Guna membangun Kerajaan Surga yang damai dan tentram Yesus memilih para murid-Nya dan menyiapkan mereka untuk meneruskan karya-Nya. Ketika para murid ini cemas dengan hidupnya di masa datang, Yesus menghibur mereka dengan berkata: Kamu yang telah meninggalkan segala-galanya akan menerima ganjaran seratus kali lipat! Para murid ini kemudian menjadi “pahlawan yang gagah perkasa”. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang mewariskan karya Kristus kepada kita. Mereka telah menjadi soko guru Gereja yang dikenang sepanjang masa.

Setiap orang yang mengambil bagian dalam perutusan dan pelayanan Kerajaan Surga akan disebut pahlawan yang gagah berani, sebab Allah selalu menyertai mereka dan menguatkan mereka !


Senin, Agustus 21, 2017

MELAKUKAN HAL YANG TIDAK PATUT !

Menurut konotasi bahasa Indonesia “hal yang tidak patut” itu selalu dihubungkan dengan pelanggaran moral. Misalnya: perkawinan incest – perkawinan antara saudara dan saudari, antara ayah/ibu dan anak, perselingkuhan, dll. Dalam adat istiadat pelanggaran moral seperti ini dihukum dengan sangat berat di depan umum oleh tua-tua adat. Melakukan hal yang tidak patut ini sangat memalukan keluarga, suku atau orang sekampung sehingga hukumannya setimpal dengan pemulihan rasa malu dan nama baik.

Setelah kematian Yosua, bangsa Israel yang sudah menempati tanah terjanji menurut bacaan hari ini (Hak 2:11-19) hidup dalam keadaan berdosa, melakukan hal-hal yang tidak patut di mata Tuhan, yaitu:

a)      Mereka tidak taat kepada pesan Musa dan Yosua, tetapi hanya mengikuti kemauan sendiri.

b)      Mereka menyembah berhala, dewa-dewi Baal dan para Asytoret, dewa penduduk asli setempat dan meninggalkan penghormatan kepada Yahwe. Dalam bahasa Kitab Suci Perjanjian Lama menyembah berhala itu sama dengan berzinah.

c)      Dalam hal apa pun mereka tidak berhenti berbuat jahat. Mereka tegar tengkuk.

Dalam pandangan perjanjian lama, setiap pelanggaran akan diganjari oleh hukuman dari Tuhan, yaitu: Tuhan membiarkan mereka mati di tangan para musuh dan perampok di sekitarnya. Jika mereka maju berperang, musuh-musuhnya akan selalu menang dan mereka mati binasa. Cara untuk bebas dari keadaan buruk ini, mereka harus bertobat dan meninggalkan berhala-berhala serta segala kejahatan yang biasa mereka lakukan.

Pada zaman Yesus bangsa Israel hidup di bawah penjajahan Romawi. Dalam keadaan seperti ini banyak orang sadar akan dosa mereka dan ingin kembali ke jalan yang benar dengan bertobat dan berusaha berbuat baik. Suatu hari seorang pemuda coba bertanya kepada Yesus tentang syarat untuk memperoleh hidup kekal. Tuhan Yesus menjawab: ia harus taat pada Taurat Musa – 10 perintah Allah. Jawaban itu tepat dan ia sudah melakukan semuanya. Lalu Tuhan Yesus meminta dia untuk berkorban, menjual segala milik-Nya dan mengikuti Dia.

Hal yang tidak patut adalah pelanggaran berat. Kalau kita ingin memperbaiki diri dari pelanggaran berat itu seseorang harus melakukan kebaikan dua kali lipat, bukan hanya bertobat dan mengikuti segala perintah Taurat yaitu:

Pertama: menjual segala harta milik. Melepaskan diri dari segala keinginan dan perbuatan yang tidak teratur dan memandang Allah sebagai satu-satunya kekayaan sejati.

Kedua: mengikuti Yesus. Kekayaan kita yang paling tinggi adalah Yesus Kristus. Dengan mengikuti Dia, taat kepada-Nya, kita sudah memiliki segala kekayaan surgawi dan duniawi yang disediakan Allah bagi kita. Dalam Yesus segala yang tidak patut dibersihkan – hidup kita dikuduskan kembali dan dengan demikian kita bisa berjuang kembali untuk mengejar kesempurnaan.




Minggu, Agustus 20, 2017

IMAN YANG MENYELAMATKAN !

Ada banyak orang yang memberi kesaksian tentang “iman yang menyelamatkan” dalam hidup harian mereka. Untuk itu mereka giat berdoa dan menjalankan semua kewajiban rohani, sebagai tanda syukur atas apa yang telah mereka alami dari kebaikan dan kemurahan Tuhan. Mereka berkata: tanpa Tuhan mereka tak dapat berbuat apa-apa! Sebaliknya tidak sedikit juga orang yang mengabaikan peran Tuhan dalam hidup mereka. Mereka berkata: “Untuk apa berdoa dan mengikuti kegiatan rohani. Hidup ini sama saja. Lahir, hidup, bekerja dan mati”; bahkan menolak Tuhan dan karya-Nya.

Bacaan Injil hari ini (Mat 15:21-28) mengajarkan kita tentang sebuah kenyataan hidup yang pasti dialami oleh setiap manusia, baik dalam keluarga, komunitas, masyarakat maupun dalam hidup bernegara. Tak ada manusia yang sempurna dan tak pernah ada manusia yang tidak memiliki persoalan. Jika anak-anak manusia mengalami kenyataan ini, apakah mereka bisa mengatasinya sendiri? Ya, ada yang bisa dan ada yang tidak. Jika tidak kemana kita berlari?

Ibu dari anak dalam injil hari ini mengalami kesulitan yang tidak bisa dia atasi sendiri. Ia datang kepada Yesus. Yesus memuji imannya. Meskipun awalnya dia ditolak tapi dengan iman ia terus menerus memohon, lalu Yesus mengabulkannya. Jawab Yesus: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah padamu seperti yang kaukehedaki”. Anaknya sembuh. Ibu ini menunjukkan iman yang menyelamatkan.

Guna membangun iman yang teguh seperti ibu di atas, nabi Yesaya (Yes 56:1.6-7) menyarankan pedoman hidup sebagai berikut:


·         Taat kepada hukum-hukum demi tegaknya keadilan.

·         Layani orang-orang asing dengan penuh kasih, sebab perbuatan baik berbuahkan kebaikan.

·         Hormatilah hari Sabat, sebab setiap doa akan mendatangkan berkat dalam hidup

·       Berpegang teguh pada perjanjian, setia dalam janji kepada Tuhan sebab Tuhan selalu setia janji-Nya pada kita.

·      Jadikan hidup sebagai rumah doa, di mana Tuhan selalu hadir untuk menyertai hidup dan karya.

St. Paulus dalam bacaan kedua (Rom 11:13-15.29-32), menggarisbawahi aspek ketaatan ini karena ketaatan adalah tanda kesetiaan kita kepada Tuhan serta seluruh perjanjian yang kita lakukan kepada-Nya. Ketaatan adalah tanda pengakuan kita terhadap Tuhan sebagai pencipta kita, sekaligus tanda ketergantungan kita yang abadi kepada kuasa-Nya. Dalam ketaatan terwujud iman kita yang menyelamatkan.

Iman dan pengakuan kita terhadap Tuhan pasti menyelamatkan. Tuhan menyelamatkan kita karena kita percaya kepada-Nya dan karya keselamatan-Nya.




















Sabtu, Agustus 19, 2017

PENDIDIKAN USIA DINI: MODEL PENDIDIKAN YESUS !

Dalam dasawarsa terakhir ini program pendidikan usia dini (sekolah PAUD) menjadi sebuah program primadona pemerintah, guna menjaring anak-anak usia (2 – 4 tahun) sekolah mengikuti kegiatan kurikulum yang sesuai dengan usia anak-anak pra sekolah dasar. Tampaknya program ini sangat disukai oleh banyak orangtua murid, baik di lingkungan pedesaan maupun di perkotaan, sebab hal ini sangat menolong mereka untuk mendidik anak-anaknya mencintai pendidikan di sekolah.

Hari ini Tuhan Yesus menegur para murid yang memarahi orang-orang tua ketika mereka membawa anak-anaknya kepada Yesus (Mat 19:13-15). Mengapa?

·       Orang tua ingin anak-anaknya mendapat berkat dari seorang yang mereka pandang memiliki kharisma yang luar biasa dalam kata dan perbuatan. Mereka rindu anak-anaknya menjadi seperti Dia.
·       Orang seperti anak-anak itulah yang memiliki Kerajaan Allah, sebab mereka polos, jujur dan belum mengenal dosa-dosa. Mereka harus dididik dekat dengan Tuhan.
·       Mereka ingin mengenal Tuhan dalam diri Yesus yang setiap hari berbicara dan mengajar tentang siapa itu Tuhan dan bagaimana hidup menurut sabda-Nya.
·       Orang tua harus belajar merendahkan diri seperti anak-anak mereka.
Menjelang wafatnya Yosua meminta bangsa Israel membuat pilihan dalam hubungan dengan pemeliharaan iman: mau mengabdi kepada Tuhan sesuai dengan warisan nenek moyangnya ataukah kepada dewa-dewa? Mereka menjawab mau memilih Tuhan (Yos 24:14-29). Mengapa?

      ·         Mereka telah belajar dari pengalaman masa lalu bangsa Israel. Sebuah pengalaman buruk
             ketika mereka melakukan penyembahan berhala.
·      Mereka harus belajar untuk mewariskan komitmen tetap yang berasal dari nenek moyang mereka, hidup dekat dengan Tuhan dan taat kepada Tuhan, sebab Tuhanlah sumber segala kebaikan dan berkat.    
·       Komitmen ini harus menjadi sebuah perjanjian antara bangsa Israel dengan Tuhannya yang mereka sembah agar perjanjian ini menjadi warisan turun temurun mereka.

Mengikat perjanjian seperti yang dilakukan Yosua dan bangsanya terhadap Tuhan adalah sebuah model pembelajaran bagi generasi-generasi baru Israel selanjutnya. Mereka harus mewarisi sebuah keyakinan bahwa hanya Tuhanlah yang dapat memberi berkat bagi manusia dan juga hanya Tuhanlah yang bisa menyelesaikan tantangan dalam hidupnya. Cara ini adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan Yosua guna mendidik anak bangsa Israel untuk mempertahankan kualitas imannya di hadapan Allah. Pendidikan usia dini pasti sangat berguna bagi pertumbuhan iman anak-anak kita.


















Jumat, Agustus 18, 2017

PESAN AKHIR YOSUA !

Sejarah perjalanan 72 tahun Indonesia Merdeka baru dilewati kemarin pada HUT Kemerdekaannya! Banyak kenangan pahit manis yang diceritakan oleh pelbagai media dan disiarkan ke segenap penjuru negeri ini. Kenangan tentang perjuangan para tokoh kemerdekaan. Umumnya mereka dikenang sebagai tokoh pembebas tetapi sekaligus pemersatu Negara yang kaya raya ini dari Sabang (Sumatera) sampai ke Merauke (Papua). Banyak pahlawan, baik militer, sipil pun rakyat jelata yang gugur untuk memerdekakan negeri ini. Mereka gugur demi kesatuan dan persatuan, demi kebebasan dan kemerdekaan. Kita berterima kasih kepada mereka semua dan mengheningkan cipta untuk keselamatan mereka semua.

Yosua sudah membawa bangsa Israel masuk ke tanah terjanji. Ia telah membuat pembagian jelas tanah terjanji kepada masing-masing suku Israel. Sebelum meninggal ia menyampaikan pesan akhir kepada seluruh bangsa Israel. Isi pesannya bersifat historis, guna mengingatkan bangsa Israel akan peran para tokohnya dalam sejarah bangsa sekaligus mengingatkan mereka bahwa semua ini terjadi karena ada rencana Tuhan yang hebat atas para tokoh itu dan atas seluruh bangsa Israel. Mereka harus memelihara hubungan baik dengan Tuhan dan sesamanya serta semua orang lain agar iman akan Allah yang hidup dan semangat kasih kepada sesama tetap terpelihara dari keturunan ke keturunan. Yosua menekankan agar jangan lupa sejarah dan perjuangan para tokoh bangsa dalam sejarah, bahkan berusaha mewarisi semangat mereka yang baik (Yos 24:1-13)

Sejarah awal perkawinan manusia dalam sejarah bangsa Israel, sesuai dengan hukum Musa adalah monogami dan tak terceraikan. Namun dalam pengalaman hidup mereka banyak terjadi perceraian dengan pelbagai alasan. Orang-orang Farisi coba menanyakan pendapat Yesus tentang perceraian ini sesuai warisan hukum Musa. Tuhan Yesus dengan tegas bersabda: pada awalnya hanya ada monogami tetapi karena ketegaran hati manusia maka terjadi perceraian dan orang kawin lagi (Mat 19:3-12). Yesus tetap mempertahankan sejarah perkawinan yang baik. Perkawinan monogami adalah perkawinan sejati yang menjamin kelanggengan hidup rumah tangga serta seluruh keturunannya, maka perkawinan seperti ini harus dipelihara dengan cara apapun agar tidak terjadi perselisihan dan perpecahan yang menimbulkan banyak masalah dalam hidup.

Kalau Yosua mengingatkan bangsanya supaya memelihara iman kepada Allah dan sejarah bangsa dengan baik, Yesus mengingatkan para pendengarnya agar menjaga keutuhan keluarga. Keduanya sama penting untuk membangun Israel yang beriman, jaya dan makmur lahir dan batin. Nasihat penting tentu penting bagi semua pengikut Kristus !        










Kamis, Agustus 17, 2017

KESEJAHTERAAN RAKYAT & KEARIFAN PEMIMPIN ! (HUT RI ke 72)

Kita semua tahu maksud adagium berikut ini: “pemimpin yang arif mensejahterahkan rakyatnya, sedangkan pemimpin yang korup menyengsarakannya”. Adagium ini benar sebab kemajuan sebuah negeri tergantung kepada para pemimpinnya. Jika pemimpinnya arif dan baik negerinya akan maju dan rakyatnya sejahtera, jika pemimpinnya korup dan rakus negerinya miskin dan rakyatnya menderita.  Karena itu semua rakyat di negara ataupun kerajaan mana pun di dunia ini selalu menginginkan agar para pemimpinnya arif dan bijaksana sehingga mereka sanggup mengelola pemerintahan negerinya untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyatnya.

Penulis Kitab Sirakh tahu bahwa rahasia kesejahteraan rakyat itu ada dalam tangan pemerintahan yang arif dan bijaksana. Karena itu ia memberi nasihat yang sangat bagus dalam bacaan pertama hari ini. “Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya….. Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya” (Sir 10:1-8)

Ketika Yesus diuji pendapat-Nya tentang kewajiban rakyat terhadap raja, Ia dengan singkat menjawab: “Hak raja diberikan kepada raja, hak Allah diberi kepada Allah”. Melalui jawaban singkat ini Tuhan Yesus mengakui pemerintahan duniawi sebab semua itu dikehendaki Allah untuk mengatur tata tertib hidup manusia di dunia ini. St. Petrus dalam bacaan kedua mengakui pendapat Tuhan Yesus dan meminta jemaatnya agar tunduk kepada pemerintahan manusia - duniawi. Kehadiran pemerintahan manusia adalah kehendak Allah. Terpilihnya pemerintahan manusia adalah suara Allah melalui rakyat yang memilihnya (vox populi vox Dei). Karena itu pemerintahan duniawi hendaknya berusaha sedemikian rupa, melalui kebijaksanaan yang dimilikinya bekerja untuk mensejaterahkan rakyatnya.

Supaya tujuan kesejahteraan ini tercapai maka orang-orang yang duduk dalam pemerintahan duniawi hendaknya memiliki integritas yang tinggi dalam hal kebijaksanaan dan kejujuran. Sebab jika tidak demikian maka tujuan itu hanyalah slogan belaka. Oleh karena itu kita semua berharap pada hari ulang tahun ke 72 negara Republik Indonesia ini, di bawah pimpinan Presiden Jokowi dan Yusuf Kalla, segenap rakyat negeri ini semakin menikmati kesejahteraan. Kemarin kita semua telah mendengar pidato hebat Presiden Jokowi tentang anggaran tahun 2018 yang bernilai 2000-an trilliun untuk pelbagai pembangunan di semua sektor.

Mari kita semua berdoa agar segala rintangan menuju kemajuan bersama dijauhkan dari kita semua, dan semangat cinta berbangsa dan bernegara, di atas dasar pilar-pilar Pancasila dan UUD ’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika mengikat kita menjadi bangsa yang besar dan jaya!    




Rabu, Agustus 16, 2017

DOA DUA ORANG !

Pak Theo dan istrinya Maria, setiap pagi dan malam selalu berdoa bersama: Rosario. Mereka berdoa agar dikaruniai anak-anak, anak-anak yang baik dan diberkati dalam mengejar depannya masing-masing. Ketika mereka memiliki anak-anak, kebiasaan doa bersama itu tetap berjalan. Sembilan orang anak semuanya dapat mencapai tingkat pendidikan yang baik, meskipun pada tahun 1950-an hingga 1970-an, gaji pak Theo tidak banyak seperti para pegawai pada masa kini. Namun kekuatan doa bersama, membuat mereka tidak mengalami banyak kesulitan. Selalu ada mujizat. Tuhan hadir dan selalu menolong mereka. Doa mereka syah, syah oleh kehadiran Yesus sendiri.

Dalam hubungan dengan syah tidaknya sebuah permohonan kepada Tuhan, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita hari ini tentang bagaimana kuatnya doa dari dua orang atas nama-Nya kepada Bapa. Dia mulai dengan mengatakan: “di mana dua atau tiga orang yang berkumpul dalam nama-Ku, Aku hadir di tengah mereka” (bdk Mat 18:15-20). Kalau dua orang atau lebih ini sepakat juga berdoa dalam nama-Nya kepada Bapa, berarti:


1)      Doa itu syah. Syah karena disampaikan oleh dua orang dengan intensi yang sama dan dilakukan dalam nama-Nya yang hadir dalam diri dua orang itu.

2)      Doa itu penting dan mendesak, karena itu akan menjadi prioritas dalam kerajaan-Nya.

3)      Kalau dua orang atau lebih sama-sama berdoa berarti mereka memiliki semangat iman, harapan dan kasih yang sama. Mereka memiliki kekuatan dan kesaksian yang sama untuk datang kepada-Nya sehingga seruan mereka segera diperhatikan, apalagi permohonan itu dimeterai dalam nama Yesus.

Dalam perjalanan menuju tanah terjanji, Musa didampingi Harun, Myriam dan kemudian Yosua. Kebersamaan mereka dalam permohonan kepada Tuhan di saat-saat sulit menjadi kekuatan besar untuk menggedor pintu surga, sehingga Tuhan selalu digambarkan sebagai Tuhan yang sangat prihatin dan cepat tanggap. Doa mereka selalu segera dijawab. Hal ini dikukuhkan juga oleh kehadiran-Nya yang nyata dalam janji-Nya: Aku selalu beserta kamu semua. Musa kemudian meninggal dalam usia 120 tahun, waktu perkabungan dibuat 30 hari dan dikenang sebagai orang yang paling hebat dalam sejarah pembebasan Israel dari Mesir (bdk Ul 34:1-12).

Doa dua orang atau lebih itu memiliki “power” – kekuatan besar untuk mendorong terbukanya pintu surga dan terkabulnya doa kita. Karena itu doa bersama selalu mempunyai nilai positip dalam hubungan dengan praktek iman kita kepada Tuhan. Sebagai orang beriman dalam doa bersama terwujud kasih dan kerja sama yang kuat di antara anak-anak manusia. Sebab di mana ada kasih di situ Tuhan hadir !


















Selasa, Agustus 15, 2017

DARI MUSA KEPADA YOSUA !

Estafet kekuasaan biasa terjadi di kalangan keluarga raja, dari ayah kepada anaknya. Pergantian itu umumnya terjadi karena kematian atau karena halangan tertentu. Tak ada kegiatan pemilihan umum oleh rakyat. Rakyat hanya tahu menerima siapa saja raja baru yang terpilih dalam istana.

Musa merasa diri tak bisa berbuat banyak. Tuhan telah memberi signal kepadanya bahwa ia tak akan masuk tanah terjanji. Usianya sudah 120 tahun. Dengan senang hati ia mengumumkan kepada bangsa Israel bahwa Yosua dipilih untuk menggantikan dia. Di depan bangsa Israel ia memanggil Yosua dan berkata: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ul 31:1-8). Pengumuman itu diterima oleh bangsa Israel dengan taat dan senang hati. Mereka siap dipimpin oleh Yosua. Yosua menerima estafet kepemimpinan itu dengan keyakinan bahwa Allah sendiri yang memimpin mereka memasuki tanah itu, sebab Ia sendiri telah menjanjikannya.

Keyakinan akan kehadiran dan kepemimpinan Allah selalu menjadi keyakinan Musa, sehingga ia selalu bisa mengatasi segala persoalan yang dihadapi bahkan yang diciptakan oleh bangsa itu. Yosua rupanya telah disiapkan Musa sejak masa mudanya untuk menggantikannya. Ia dari suku Efraim lahir di Mesir. Ia sudah melihat bagaimana Musa memimpin. Dengan keyakinan yang sama ia pun menerima tugas itu.

Anak-anak dalam keluarga adalah generasi baru. Mereka akan menjadi penerima estafet kehidupan baru dari setiap keluarga. Setiap keluarga yang baik rindu agar anak-anak mereka menjadi orang-orang baik bahkan lebih baik, lebih hebat dari orangtuanya. Hari ini Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya agar belajar dari anak-anak yang polos, jujur dan rendah hati. Jangan meremehkan kehadiran anak-anak sebab mereka mempunyai malaikat yang menjaganya agar anak-anak itu selamat hingga bisa menerima tanggung jawab dari orang tuanya dan dari masyarakat di mana mereka hidup dan berada (Mat 18:1-5.10.12-14) Anak-anak yang menerima tanggung jawab itu kemudian layaknya seperti Musa yang menyerahkan tugasnya kepada Yosua, karena itu anak-anak wajib dicintai, dididik, dijaga, diberkati, dituntun untuk menjadi generasi baru yang baik. Sabda Yesus di akhir wejangan-Nya: ”Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." Tuhan berkati….












Senin, Agustus 14, 2017

JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN !

Diangkat menjadi pemimpin pada zaman modern ini tidaklah gampang, sebab hidup tingkah para pemimpin dimonitor dengan pelbagai cara, segala gerak geriknya berada dalam sorotan dari pelbagai macam orang. Orang-orang yang dipimpinnya amat berharap dia bisa menjadi tokoh panutan bagi semua orang dalam kata dan perbuatan, tidak menjadi batu sandungan dan merugikan nama baiknya, serta intitusinya yang dipimpinnya. Tugas seorang pemimpin pada zaman ini juga tidaklah mudah, ia dituntut dapat mengatasi kesulitan dan penderitaan mereka yang dipimpinnya, ia juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh semua orang yang dipimpinnya, membela hidup mereka dan juga menjadi pelopor kemajuan dalam bidang kehidupan yang masih terasa kurang, dst.

Yesus dan para murid-Nya sudah menjadi tokoh terkenal di antara masyarakat Yahudi. Yesus menjadi pusat cerita, gossip, pertengkaran serta kekaguman di antara masyarakat Yahudi karena kehebatan-Nya dalam pengajaran serta kuasa Ilahi yang dikerjakan-Nya. Para pemimpin, tokoh agama, pemuka masyarakat, rakyat kebanyakan telah melihat dan mendengar banyak tentang Yesus. Yesus jadi tokoh sanjungan dan juga perdebatan.

Suatu saat seorang pemungut pajak bait Allah bertanya kepada Petrus: apakah gurumu tidak membayar pajak dua dirham?  Petrus menjawab, memang membayar. Tetapi sesungguhnya kewajiban itu dilakukan oleh orang asing, bukan oleh rakyat Yahudi sendiri. Namun Yesus mengatakan: “kita tak boleh jadi batu sandungan, sebaiknya dibayar saja”. Ia menyuruh Petrus untuk melaksanakan tugas pembayaran itu. Menjadi batu sandungan, menjadi contoh yang menimbulkan kontroversi di antara orang lain karena perbuatan kita yang salah. Dengan menyuruh Petrus melakukan pembayaran maka Yesus menghendaki para murid harus memberi contoh yang baik dalam segala kewajiban mereka terhadap Negara atau pemerintah (Mat 17:22-27)

Dalam perjanjian lama Musa menuntut orang Israel agar taat pada hukum-hukum Ilahi yang telah mereka dengar dari Musa, demi keselamatan dan kesejahteraan mereka sendiri. Hukum Ialhi itu mengatur tata tertib beriman agar tidak menyeleweng kepada berhala-berhala yang dibenci Tuhan. Sebab Tuhan sajalah yang empunya langit dan bumi dan segala isinya, bukan manusia dan bukan juga raja-raja di bumi. Dengan maklumat Musa ini, Tuhan menuntut ketaatan umat Israel sebagaimana nenek moyang mereka, Abraham, Ishaak dan Yakub telah taat pada Allah dan seluruh keturunannya diberkati. Waktu mereka ke Mesir jumlahnya hanya 70 orang dan sekarang mereka banyak seperti bintag di langit (Ul 10:12-20). Dengan tuntutan ini bangsa Israel tidak boleh menjadi batu sandungan dalam hubungan dengan ketaatan kepada Allah. Setia dalam iman kepada Allah dan hukum-hukum-Nya akan menjadi berkat bagi mereka dan berkat itu telah menjadi nyata.

Semua orang yang percaya pada Tuhan “tidak boleh menjadi batu sandungan” bagi siapa pun. Meskipun kita mungkin bukan pemimpin, tetapi kita semua adalah anak-anak Allah yang memiliki jaminan menjadi ahli waris Kerajaan-Nya. Agar warisan itu tidak lenyap maka semua pengikut Yesus Kristus harus menjadi tokoh panutan bagi sesama di sekitarnya !














Minggu, Agustus 13, 2017

PINTU SURGA TERBUKA BAGINYA !  (hari raya Bunda Maria diangkat ke surga)

Berbicara tentang Yesus Kristus tanpa memperhatikan peran bunda-Nya Maria, sama dengan mengabaikan peran Allah yang telah memilih Maria menjadi “pemilik anugerah surgawi dalam kandungan dan dalam kasih keibuannya”. Ketika malaikat Gabriel datang menyampaikan pesan istimewa kepadanya, ia memberi jawaban sangat positip “jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Melalui jawaban penuh iman ini Bunda Maria mengambil bagian secara penuh dalam karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia. Dalam perjanjian Hawa menolaknya dengan berlaku tidak taat tetapi dalam perjanjian baru, Hawa baru yaitu Maria dengan menjawab “ya” dan berlaku taat. Terima kasih Bunda Maria !

Kabar sukacita kepada Maria menjadi sumber kegembiraan bagi Elisabeth, sebab ketika Bunda Maria datang mengunjunginya, bukan hanya Elisabeth yang bergembira tetapi anak dalam kandungannya juga ikut bergembira. “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan”. (Luk 1:39-56). Seluruh kehidupan Maria sungguh membawa penghiburan dan kegembiraan bagi semua orang yang percaya kepada puteranya, sebab ke mana-mana ia pergi da di mana saja ia berada, ia selalu menggendong – menghadirkan Yesus Kristus. Maka setiap orang yang berjumpa dengannya entah secara langsung pun secara tidak langsung (melalui doa-doa devosi Maria) akan selalu bersukacita dalam perjumpaan itu. Dalam iman kita tahu dengan pasti bahwa segala doa kita bersamanya akan dilanjutkan olehnya kepada puteranya itu, sehingga dalam ajaran Gereja Katolik dikatakan: per Maria ada Jesum – melalui Maria kepada Yesus.

Dalam hubungan dengan Yesus, kesucian Bunda Maria tak terbantahkan lagi karena bejana kandungannya harus menjadi tak bernoda untuk menghadirkan Kristus Yesus ke dalam dunia. Kebenaran ini adalah sebuah keyakinan dogmatis dari Gereja Katolik yang memahami keagungan karya Allah bagi umat manusia. Sebab tak mungkin Allah melakukan hal yang salah atas wahyu Ilahi yang dikerjakan-Nya sendiri dalam diri setiap mereka yang terpanggil untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan ini.

Yohanes bersaksi melalui tulisannya dalam Kitab Wahyu yang dibaca hari ini, ia bersaksi melihat sebuah tanda besar di langit: “Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan” (bdk Why 12:1-6a.10ab). Kesaksian ini menjadi salah satu dasar biblis dari Gereja yang mengesahkan ajarannya tentang dogma Maria diangkat ke surga. Ajaran ini logis karena tak mungkin Yesus membiarkan ibunya sendiri mengalami kematian sama seperti manusia berdosa lainnya.

Kata St. Paulus dalam suratnya Kristus telah mengalahkan musuh terakhir yang adalah maut. Kalau maut telah Ia kalahkan maka maut juga tak akan merenggut jiwa raga Maria ibunya sendiri, sebab ia telah bersatu dengan bunda-Nya sejak dalam kandungannya hingga wafat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati.

Dengan ajaran hari ini kita pun yakin Maria akan menyertai para pengikut puteranya dari awal hingga akhir hidup jika mereka tekun memohon pertolongannya dalam devosi-devosi Maria. Pintu surga pun terbuka bagi mereka.     























Sabtu, Agustus 12, 2017

DIAJARKAN BERULANG KALI !

Saudara-saudara dari Gereja denominasi memiliki kebiasaan yang sangat bagus dalam hubungan kebiasaan membaca sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Mereka mewajibkan anak-anaknya setiap hari untuk membaca sekaligus menghafal sabda itu dengan bab dan ayatnya. Karena itu jika mereka mengupas sabda Tuhan dalam pengajarannya mereka selalu bisa menghubungkan ayat yang satu dengan ayat yang lainnya, dari pengarang yang sama atau dengan kitab yang berbeda dengan lancar dan luar kepala. Mereka umumnya hidup dari sabda. Mereka memang punya prinsip sola scriptura = sebuah paham yang mereka anut dalam iman Kristen terkait perlakuan terhadap Alkitab, sebab para pendiri gereja reformasi ini ingin agar seluruh jemaatnya selalu menyelaraskan hidupnya berdasarkan Sabda Tuhan.

Musa dalam Kitab Ulangan hari ini meminta agar sabda Tuhan, khususnya tentang ajaran cinta kasih itu hendaknya diajarkan berulang kali dengan cara membicarakannya kepada anak-anak saat berada di rumah, dalam perjalanan, saat berbaring dan bangun, bahkan harus dipasang di dahi, dituliskan pada tiang pintu rumah bahkan gerbang, supaya anak cucu mereka tidak melupakan Tuhan (Ul 6:4-13). Dengan kebiasaan ini mereka bisa terhindar dari penyembahan berhala dan  hanya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan raga. Sabda Tuhan akan menjadi benteng yang kuat menghadapi godaan dan tantangan, terutama membantu mereka untuk takut dan setia pada Tuhan saja. Kitab Kedua Samuel bab 22 ayat 31 mengatakan: Adapun Allah itu jalan-Nya sempurna; sabda Tuhan itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.     

Salah satu tujuan utama membaca, mempelajari dan menghafal serta menghayati sabda Tuhan adalah membantu kita untuk mengenal dan mengimani Tuhan serta janji-janjiNya, sekaligus berguna untuk memahami seluruh rencana Allah bagi umat-Nya. Para murid Yesus gagal melaksanakan misi penyembuhan atas diri seorang anak yang sakit ayan, karena mereka tidak mengimani kehadiran dan kuasa Allah yang telah mereka terima dari Tuhan. Karena itu Yesus mengeritik mereka dan berkata: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Lalu mereka bertanya: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Jawab-Nya kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. ……..Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Mat 17:14-20). Kegagalan para murid dalam menjalankan misi itu tidak lain karena kurang percaya. Mengapa kurang percaya? Salah satu jawabannya adalah karena kurang membaca, mendengar dan mengerti dan tidak mengimani sabda-Nya, padahal Ia telah memberi kuasa kepada mereka untuk menyembuhkan yang sakit dan mengusir setan.

Supaya iman dapat bertumbuh subur, iman itu harus disuburkan dengan membaca, mendengar, mempelajari sabda Tuhan berulang-ulang sebagaimana terjadi dalam kebiasaan orang Israel sesuai perintah Musa atau seperti kebiasaan keluarga-keluarga dari Gereja Reformasi – atau Gereja-Gereja denominasi…..

Jumat, Agustus 11, 2017

DIA DATANG LAGI DIIRINGI PARA MALAIKAT !

Hampir semua agama mengakui bahwa dunia ini sekali waktu akan binasa atau bahasa yang biasa dipakai “kiamat”. Segala sesuatu yang hidup akan hancur berantakan sebab bumi ini akan dihantam gempa yang sangat dahsyat, letusan gunung berapi, tsunami yag hebat bahkan peperangan yang menghancurkan jutaan hingga miliar manusia. Kehancuran itu seolah-olah menandakan persiapan menyongsong dunia baru dan kedatangan Sang Raja Agung yang akan mengadili orang hidup dan mati. Demikian lukisan yang ditulis dalam Kitab Suci

Sang Raja Agung itu akan datang diiringi para malaikat-Nya, Ia akan mengadili setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Itulah yang kita katakan pengadilan terakhir (Mat 16:24-28). Dalam Injil Matius dikisahkan bahwa akan terjadi pemisahan antara orang baik dan orang jahat. Orang baik disebut domba sedangkan orang jahat disebut kambing. Inti pengadilan ditilik dari segi “hukum kasih”. St. Theresia Lisieux mengatakan: setiap orang akan diadili dengan hukum kasih. Namun yang paling penting dari warta hari ini adalah bahwa pada akhir zaman itu Tuhan Yesus akan datang lagi. Hal ini dirumuskan juga dalam pengakuan iman kita, terutama sesudah konsekrasi. Maka dalam hubungan dengan itu, yang amat digarisbawahi adalah persiapan kita menyongsong kedatangan Tuhan itu, agar kita dapat digolongkan sebagai domba, sebab tak ada lagi belaskasih, sebab kasih telah menjadi dasar dari pengadilan itu. Barangsiapa tidak mengasihi ia akan dihukum, sebaliknya barangsiapa mengasihi ia tidak akan dihukum.

Penulis Kitab Ulangan dalam bacaan pertama mengingatkan orang Israel tentang panggilan nenek moyang mereka menjadi tokoh utama, yang dipilih dan yang sejarah hidupnya dipelihara dan diperhatikan Tuhan demi sebuah tujuan yakni keselamatan umat manusia. Oleh karena itu maka Tuhan menghantar keturunannya keluar dari Mesir agar bangsa ini tetap terpelihara sebagai bangsa yang kuat dan besar, yang keturunannya akan menjadi pengantara keselamatan itu (Ul 4:32-40). Bila sejarah ini diketahui dengan baik maka mereka harus berpegang teguh pada iman yang diwariskan nenek moyang mereka, percaya kepada Allah, supaya keadaan mereka dan keturunannya selamat. Sebab hanya Tuhan saja yang bisa menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya.

Pada hari kiamat Ia akan datang dalam kemuliaan diiringi para malaikat-Nya. Keyakinan ini termasuk dalam ajaran utama iman kita. Hidup manusia diatur oleh penyelenggaraan Ilahi sejak ia diciptakan. Semua manusia yang pernah hidup di bumi ini akan menghadapi pengadilan itu dengan cara yang sama dalam waktu yang berbeda atau juga kadang-kadang bersama dengan cara yang sama, seperti kalau terjadi bencana alam, kecelakaan-kecelakaan besar yang merenggut nyawa banyak orang, dsb. Syukur kepada Tuhan jika seandainya pada saat itu kita dapat memandang Dia yang datang dalam kemuliaan bersama para malaikat-Nya dan kita mendapat tempat yang layak dalam Kerajaan-Nya.

    








Adhitz Ads