Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Senin, Juli 31, 2017

SI KECIL YANG BERGUNA !

Ibu Lis, janda PNS beranak satu namanya Hans. Ia mengajar anaknya Hans yang baru berumur dua tahun agar menabung uang-uang recehannya dalam celengan yang sudah disiapkannya. Dan ia meminta dua syarat yang harus dipatuhi Hans: pertama pada setiap akhir bulan uang itu dimasukkan ke koperasi agar bisa berbunga meskipun sedikit. Kedua, uang itu baru boleh diambil ketika Hans tamat SMA, agar bisa dipakai untuk membayar uang muka kalau masuk kuliah. Tetapi dengan diam-diam ibu yang bijaksana ini menyisihkan gaji bulanannya untuk menambah tabungan anaknya itu. Ia sendiri pun tidak berdiam diri dengan mengharapkan gajiannya saja tetapi juga membuat bakso ikan yang dia pelajari dari internet. Baksonya enak dan sangat laris sebab disukai banyak orang. Ia melakukan pekerjaan ini setiap sore, sesudah ia pulang dari kantor. Ia bertekad dan juga berdoa agar anak satu-satunya ini menjadi orang yang baik dan berhasil dalam cita-citanya.

Ketika masuk kuliah Hans sudah memiliki tabungan ratusan juta rupiah. Ketika dia tahu bahwa ibunya menambah tabungannya setiap bulan, ia pun bertekad menjadi “orang”. Ia mengambil mata kuliah arsitek bangunan dan berhasil hingga selesai S2. Ia termasuk anak yang berbakat membuat banyak rancangan gambar bangunan dan setelah selesai kuliah ia bekerja di perusahaan property – merancang gambar bangunan dan laris. Setelah menikah ia memelihara mamanya (ibu Lis) dengan penuh kasih hingga mamanya meninggal dengan damai.

Kebanyakan orang jika berhadapan dengan situasi seperti ibu Lis mungkin akan tenggelam dalam “kerkah batin yang berkepanjangan” dan jatuh ke dalam keputusasaan. Mereka kecewa dan merasa diri tak berguna lagi serta berpikir apa gunanya hidup sendiri dengan anak semata wayang, lalu mempersalahkan Tuhan dst. Mereka melihat dirinya begitu kecil, sendiri dan tak berguna lagi.

Hari ini Tuhan mengajar kita tentang bagaimana caranya kita memanfaatkan hal-hal kecil dan yang tampak tak berguna menjadi besar dan menjadi tempat tumpuan banyak orang. Lihatlah biji sesawi yang kecil, jika tumbuh dia menjadi pohon besar dan burung-burung bisa bersarang di situ. Demikian juga ragi bisa membuat adonan berkembang lalu menjadi roti yang lembut dan enak kalau dimakan (Mat 13:31-35). Kecil-kecil tetapi bermanfaat menjadi terbesar dan hebat. Tuhan mengajar kita untuk melihat peluang dan belajarlah mulai dari yang kecil-kecil. Orang-orang sukses di dunia ini mulai dari hal-hal kecil. Mereka tekun dengan pekerjaan kecil itu dan lama-kelamaan menjadi orang sukses.

Sebaliknya jangan meniru para peziarah (bangsa Israel) yang sudah tahu dan percaya kepada Allah, ketika tiba di kaki Sinai membuat ulah di hadapan Tuhan dengan membuat patung lembu emas menjadi “allah baru bagi mereka”. Alasannya, karena Musa meninggalkan mereka sendirian dalam waktu yang cukup lama berada di puncak Sinai dan tak ada kabar beritanya lagi. Mereka tidak sabar menunggu. Mereka mengecilkan peran Tuhan dengan membuat patung lembu emas menjadi Tuhannya (Kel 32:15-24.30-34). Mereka sudah percaya kepada yang mahakuasa tetapi mengecilkan peran dan kehadiran-Nya di tengah mereka.

Jika kita mengimani Tuhan, yang harus kita lakukan sesuangguhnya adalah membesarkan peran Tuhan dalam hal-hal kecil yang ada di sekitar kita atau juga yang ada dalam diri kita yang tak berdaya ini, sebab dengan demikian Tuhan yang akan membuat semuanya menjadi besar. Si kecil yang ada di sekitar kita atau dalam diri kita akan menjadi berguna, besar jikalau kita menyertakan Tuhan dalam seluruh proses membesarkannya. Amin     





      

Minggu, Juli 30, 2017

DOA ORANG BENAR !

Semua orang beriman rindu agar doa-doanya didengar dan dikabulkan Tuhan secepat yang mereka inginkan, apalagi kalau mereka berada dalam kesulitan atau diterpa penderitaan. Dalam hidup beriman kita bisa melihat dan membaca begitu banyak jenis doa dengan pelbagai intensinya disampaikan kepada Tuhan. Akan tetapi kalau kita boleh bertanya: doa yang bagaimana dan doa siapakah yang cepat didengarkan Tuhan?

Sebelum menjawab dua pertanyaan di atas sebaiknya kita perlu memahami kebenaran ini: Jawaban doa bukan semata-mata bergantung pada benar salahnya isi doa kita atau setia tidaknya kita berdoa atau layak tidaknya kita yang berdoa, ataupun baik tidaknya cara kita berdoa, sesuai tidaknya dengan kehendak Allah melainkan juga bergantung pada waktu dan kehendak Tuhan untuk menjawabnya. Kalau mau memaksa Tuhan mengabulkannya, maka kita perlu bertanya diri: Siapakah kita ini yang dengan seenaknya memaksa Tuhan? Meski pun kita percaya Tuhan itu mahabaik, penuh kasih dan sayang, maharahim dll, tetapi Dia bukanlah Bapa yang wajib mengikuti setiap keinginan anak-anak-Nya.

Pertama, doa yang bagaimana? Untuk menjawab pertanyaan ini, Tuhan Yesus dalam Injil sinoptis pernah menyampaikan beberapa syarat doa yaitu: jangan panjang-panjang, jangan lakukan di depan orang lain, tetapi berdoalah saja dalam kamarmu saja supaya tidak dilihat orang.

Kedua, doa siapakah yang cepat didengarkan Tuhan? Tuhan Yesus juga pernah memberi jawaban melalui beberapa perumpamaannya: doa orang yang rendah hati seperti pemungut cukai itu (Luk 18:9-14); doa tak jemu-jemunya seperti tekad seorang janda yang selalu mendatangi hakim agar segera memutuskan perkaranya (Luk 18:3-8); atau menurut nasihat Paulus: doa dari orang-orang yang selalu bersyukur (1 Tes 5:17-18); atau contoh doa penuh iman dan harapan dari wanita yang sakit pendarahan itu (Mrk 5:25-29) dan doa Bartimeus yang tak henti-hentinya berteriak memohon Tuhan Yesus mendengarkan dia (Mrk 10:46-52); atau doa orang benar seperti Ayub yang mengakui kelemahan dan ketidakberdayaannya di hadapan Tuhan (Kitab Ayub) dan dalam bacaan pertama hari ini doa Salomo yang tidak meminta banyak-banyak melainkan hanya hikmat dan kebijaksanaan (1 Raj 3:5.7-12). Orang-orang ini adalah orang benar bukan karena mereka kudus tetapi karena “sikap batinnya yang baik dan benar di hadapan Allah”. Bandingkan juga dengan sabda bahagia dalam Mateus 5:1-12.

Tuhan Yesus dalam perumpamaan hari ini mengatakan perihal Kerajaan Surga itu seperti ini:  seperti seorang yang sangat bergembira ketika menemukan harta terpendam di ladang dan menjual seluruh miliknya dan membeli ladang itu; orang yang mencari mutiara yang indah dan menjual seluruh hartanya dan membeli mutiara itu; seperti pukat yang menangkap banyak ikan lalu kemudian pemiliknya memilah-milah antara ikan baik dan buruk (Mat 13:44-52). Membaca dan mendengar perumpamaan ini, apa hubungannya dengan doa?

Hemat saya, berdoa itu bukannya menjadi beban melainkan menjadi pekerjaan yang menggembirakan kita karena kita ini hidup dalam Kerajaan Allah. Dalam sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Sang Raja kita yakni Yesus Kristus sendiri. Ia adalah raja yang mahamurah dan mahabaik serta yang selalu siap memberikan yang terbaik dalam hidup kita. Mengorbankan waktu sedikit atau banyak untuk bertemu dengan-Nya bukanlah “membuang-buang waktu” tetapi justru menjadi waktu yang  sangat penuh rahmat, yang kegembiraannya bagaikan seorang yang menemukan harta terpendam atau mutiara yang mahal. Orang kudus bilang, sesungguhnya kalau kita sudah bertemu dengan-Nya dan memiliki Dia, kita sudah memiliki segalanya.

Ya, pada akhirnya kita ini akan ditangkap seperti ikan-ikan itu yang masuk dalam jala nelayan, dan nelayan itu akan memilah-milah mana ikan baik dan mana ikan buruk. Bila kita tidak memberi waktu untuk Tuhan sama saja kita tidak percaya kepada-Nya bahwa Dia ada dan memelihara hidup kita setiap hari. Santu Paulus bersaksi: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Rom 8:28-29). Allah turut bekerja dalam setiap waktu, di mana saja kita berada, bekerja dan pergi. Orang benar adalah orang yang selalu bergembira dan memberi waktunya untuk Tuhan sebab mereka percaya akan campur tangan Allah dalam hidup ini. Mereka selalu yakin: Tuhan pasti mendengarkan mereka  dengan cara-Nya dan menjawab doa-doa sesuai waktu dan kehendak-Nya juga.



     

Sabtu, Juli 29, 2017

PERCAYAKAH ENGKAU ?

Pada perayaan malam Paskah, sambil memegang lilin bernyala, seluruh umat Allah yang hadir dalam perayaan tersebut, wajib mengulangi kembali janji baptisnya. Acara ini berlangsung demikian meriah sesudah imam memberkati air baptis dengan mencelupkan lilin Paska ke dalam bejana yang telah disiapkan. Pembaharuan janji baptis ini penting karena pada malam itu seluruh umat Allah berkumpul untuk merayakan karya keselamatan Allah secara sempurna, karena pada malam itu kita merayakan kebangkitan Kristus, puncak dari seluruh karya Yesus di bumi ini. Sebab iman kita tidak hanya berakhir pada peristiwa wafat-Nya Yesus di salib melainkan berpuncak pada kebangkitan-Nya. Pada saat janji baptis itu imam akan bertanya: “percayakah engkau…..”?, lalu seluruh umat serentak menjawab: “aku percaya”!

Sesudah kematian Lazarus Yesus datang mengunjungi Marta dan Maria saudari Lazarus. Dalam suasana kabung terjadi dialog singkat antara Yesus dan Marta. Pada akhir dialog itu Yesus bertanya kepada Marta: “percayakah engkau bahwa Akulah kebangkitan dan hidup? Jawab Marta: “Ya Tuhan, aku percaya”! (Yoh 11:19-27) Puncak karya keselamatan Allah bagi umat manusia bukan hanya sampai kurban salib tetapi hingga kebangkitan Yesus. Karena itu St. Paulus bersaksi: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu”. Kalau kita percaya akan kebangkitan Kristus maka kita pun percaya bahwa Yesus Kristus itu adalah Allah yang hidup, hidup bersama kita, bahkan tinggal dalam lubuk hati kita yang terdalam dan menyertai kita hingga alhir dunia.

Ketika Musa turun dari Sinai, ia memberitahukan kepada seluruh umat segala sabda dan peraturan Tuhan. Mendengar itu segenap umat serentak menjawab: “Segala sabda yang telah diucapkan Tuhan itu akan kami laksanakan”. Di balik jawaban singkat ini terkandung kepercayaan umat akan besarnya kuasa sabda itu, sabda yang menjamin keselamatan kekal. Pada masa itu mereka mengimani Tuhan karena sabda-Nya, sabda yang kemudian menjelma menjadi manusia (bdk Kel 24:3-8).

Percaya adalah jalan masuk kepada iman, iman akan mengobarkan harapan, harapan akan membakar kasih yang biasa-biasa menjadi kasih yang sejati. Kobaran api dari ketiga kebajikan ini akan membuat seseorang berkanjang dalam penyerahan diri pada kehendak Tuhan yang mulia, lalu pada akhirnya mereka akan menjawab Dia dan berkata:  “Ya Tuhan, jadilah kehendak-Mu”!


  







    


Jumat, Juli 28, 2017

KUDUSKANLAH HARI TUHAN !


Dalam seminggu ada tujuh hari, satu dari hari-hari itu disebut hari Tuhan. Orang Yahudi menamakannya hari Tuhan itu hari Sabat, dihitung mulai dari matahari terbenam hari Jumat sampai dengan terbenam pada hari Sabtu sedangkan menurut dispensasi Kristen, hari Tuhan jatuh pada hari Minggu, hari pertama untuk memperingati Kebangkitan Kristus. Hari Tuhan adalah hari pemulihan rohani dan kegiatan keagamaan, periode pengunduran diri dari mengejar hal-hal duniawi, bagi orang Yahudi di bawah hukum Musa ditambah dengan tidak boleh berjalan melampaui jarak tertentu, maupun menyalakan api atau pun tidak boleh membawa sapu tangan. Sedangkan bagi orang Kristen hari Tuhan adalah hari perayaan yang menyenangkan, yang seutuhnya tidak boleh dirintangi pembatasan-pembatasan dan kewajiban kuno yang dirancang untuk diterapkan pada masa dan dispensasi yang berbeda.

Hukum Musa seperti tertera dalam bacaan pertama hari ini, hari Tuhan harus dikuduskan untuk Tuhan (bdk Kel 20:1-17), hari di mana kita datang kepada-Nya untuk memuji dan menyembah-Nya dengan penuh syukur sebab bagaimana pun juga kita wajib memberi waktu yang khusus untuk mengisi kebutuhan jiwa kita yang selalu haus akan berkat-Nya seperti rusa merindukan air. Hidup manusia bukan hanya untuk kebutuhan tubuhnya tetapi jiwa, roh dan tubuh. Jiwa dan roh memang tidak kelihatan tetapi keduanya termasuk bagian inti dari kehidupan manusia. Keduanya membutuhkan rahmat Allah yang mahakuasa, agar roh Tuhan hidup dan bekerja giat dalam diri kita.

Jika Roh Kudus bekerja giat dalam diri kita maka hasilnya akan memberi kita sukacita, sama seperti sukacita sang penabur benih yang menabur benih di tanah yang subur (bdk Mat 13:8-23). Menjaga keseimbangan antara memelihara kebutuhan jasmani dan rohani bukanlah sekedar sebuah anjuran melainkan sebuah kewajiban dasar agar kita mau memelihara hidup dengan baik. Sebab apa gunanya kita mempunyai kekayaan berlimpah jika semua itu hanya dipakai demi kesenangan duniawi saja, tubuh itu hanyalah tempelan luar yang usianya tidak bertahan lama, sedangkan jiwa dan roh itu inti kehidupan yang akan melanjutkan kehidupan ini bersama Sang Pencipta-Nya, sesudah dia berpisah dari tubuh. Jiwa ada untuk kehidupan kekal, Roh ada untuk menguatkan jiwa sehingga jiwa bisa bertemu dengan Pencipta-Nya.

Menguduskan hari Tuhan adalah bagian dari kebutuhan jiwa yang rindu akan sumber air yang tenang dan padang rumput yang hijau, kata pemazmur. Memanfaatkan hari Tuhan sebagai hari untuk memuji dan menyembah-Nya adalah bagian dari usaha untuk menyehatkan jiwa raga kita di hadapan Tuhan dan sesama agar kita tetap bisa bekerja giat untuk memajukan kerajaan-Nya di dunia ini. Menguduskan hari Tuhan adalah misi Tuhan untuk memelihara rahmat keselamatan-Nya dalam diri kita. Amin    







Kamis, Juli 27, 2017

KALIAN DIBERI KARUNIA !



Setiap orang Kristen diberi perlengkapan-perlengkapan rohani yang istimewa dari Tuhan sendiri melalui Roh Kudus-Nya. Perlengkapan rohani ini dinamakan karunia-karunia. Ada karunia yang yang fungsinya membantu kita mencapai kekudusan dalam hidup dan ada karunia yang berfungi untuk membantu kita dalam pelayanan. Dua-duanya sama pentingnya dalam hidup dan karya kita sebagai murid-murid Yesus. Para rasul dan para kudus sepanjang zaman telah mengalaminya dalam pelbagai cara. Gereja berkembang dan bertumbuh karena karunia-karunia itu.

Tuhan membutuhkan kita setiap saat demi keselamatan kita dan demi perkembangan Gereja-Nya di dunia. Hari ini Ia mengajar kita tentang kebutuhan-Nya, ketika Ia memanggil Musa dan umat Israel datang menjumpai Dia di kaki gunung Sinai. Seluruh jemaat berkumpul di kaki gunung itu dan Musa dipanggil naik ke puncak gunung untuk menerima pesan-pesan-Nya (bdk Kel 19:1-2.9-11.16-20b). Kepada Musa Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya dalam bentuk ilham untuk menulis sepuluh perintah-Nya. Ilham itu dalam bahasa rohaninya disebut karunia hikmat kebijaksanaan yang diberikan kepada kita agar kita mengerti tentang rencana-rencanaNya dalam memimpin kita, sehingga para pemimpin dan umat Allah selalu berjalan dan mengatur hidupnya sesuai dengan hukum-hukum Tuhan.

Mengapa karunia-karunia ini diberikan kepada orang-orang yang sederhana dan tidak terpandang? Tuhan tahu isi hati setiap manusia. Orang yang rendah hati dan terbuka kepada-Nya adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mau bekerja sama dengan-Nya. Sedangkan orang-orang yang tinggi hati dan tidak terbuka adalah orang-orang yang tidak mungkin meneruskan pesan-Nya kepada orang lain, karena mereka sibuk dengan dirinya sendiri (bdk Mat 13:10-17)

Karunia-karunia Allah adalah kekayaan Allah sendiri. Semua itu diberikan untuk membantu kita agar sanggup mengambil bagian secara aktip dalam karya keselamatan-Nya. Tuhan memerlukan kita. Tuhan memanggil kita dan mengutus kita untuk melanjutkan karya-Nya. Untuk itu Dia akan memperlengkapi kita dengan karunia-karunia ini sehingga kita mampu menjadi saksi-Nya, seperti Ia memperlengkapi para rasul dan para kudus-Nya dalam gereja. Amin



Rabu, Juli 26, 2017

KETURUNANNYA LESTARI ! (pesta St. Yoakim dan Anna)



Tak pernah terpikirkan oleh keduanya bahwa anak perempuan satu-satunya itu bakal dipilih Allah menjadi Bunda Yesus, Bunda Tuhan dan Juru Selamat. Kerinduan mereka sebagai orang tua mungkin pada saat itu hanyalah menjadi orang tua yang baik, anaknya taat pada hukum Taurat, setia pada iman akan Allah, anak itu memiliki suami yang baik dan mempunyai anak yang cerdas tetapi juga menjadi wanita saleh sehingga bisa mewariskan iman akan Yahwe kepada anak-anaknya dan cucu cece mereka. Sebuah kerinduan yang lumrah terjadi di antara keluarga tani Yahudi di kampung Nasareth, wilayah Galilea.

Kitab Sirakh dalam Perjanjian Lama mengungkapkan kerinduan hati bangsa terpilih ini dengan mengatakan: “Sekarang kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya, yang kebajikannya tidak sampai terlupa, yang keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan kemuliaannya tidak akan dihapus” (bdk Sir 44:1.10-15). Sebagaimana bangsa-bangsa lain, orang-orang Yahudi diajarkan untuk taat pada Tuhan dan hormat pada orangtua mereka masing-masing. Kewajiban ini tertera pada 10 perintah Allah yang diwariskan Musa kepada anak-anak Israel. Hukum ini mengatur hidup moral yang ketat, dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama sehingga setiap orang Yahudi tetap menjaga integritasnya sebagai bangsa pilihan Allah. Setiap orang Yahudi wajib menghafal dan menjalankan hukum ini agar hidup mereka dan keturunannya tetap lestari dalam cinta kepada Tuhan dan sesama. Taat pada Tuhan dan hukum-hukumnya akan menghasilkan berkat.

Setiap orang Israel tahu ada janji-janji yang terwaris sejak Abraham, nenek moyang mereka. Mereka juga tahu bahwa janji Yahwe kepada Abram sudah terpenuhi, karena itu mereka ingin agar janji itu tetap terpelihara dan terwujud dari generasi ke generasi, dengan demikian keturunan mereka terpelihara lestari selamanya. Tetapi ada satu kerinduan lain di tengah pergulatan hidup masa itu yaitu rindu melihat janji kedatangan Mesias. Hal ini diungkapkan Yesus dalam wejangan-Nya hari ini: “Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya” (Mat 13:17). Oleh karena itu para rasul dan semua orang Yahudi yang bisa melihat Yesus harus bersyukur atas apa yang mereka alami bersama Yesus. Di dalam Yesus segala janji Yahwe terpenuhi secara sempurna.

Kita tidak melihat Mesias, Juru Selamat tetapi berita kedatangan-Nya sudah terjadi. Kini kita hidup dalam zaman Mesias, berjalan bersama Dia dalam iman kepada-Nya. Tiada kegembiraan yang lebih besar dari pada yang kita miliki dan tiada kebahagiaan yang lebih tinggi dari pada kebahagiaan yang sekarang alami bersama-Nya, sebab dalam Dia jaminan keselamatan kita telah terjadi secara sempurna. Bila kita menjaga hubungan ini dengan baik, saya yakin keturunan anak-anak Tuhan ini akan lestari selamanya.   

Selasa, Juli 25, 2017

AKU PERCAYA MAKA AKU BERBICARA !



Ibu Tina mengalami mujizat atas penyakit kanker stadium dua yang dideritanya pada bagian payudara, setelah dia berdoa dengan tekun kepada Santu Peregrinus, pelindung penyakit kanker. Saat ia diberitahu bahwa ia menderita penyakit, ini ia tidak bisa tidur, sebab dokter Indra yang memeriksanya langsung menganjurkan dia untuk segera dioperasi. Tetapi karena sok dan takut, sambil bergulat, ia mohon penerangan Roh Kudus, apakah ia menerima anjuran itu atau tidak. Setelah tiga hari bergulat dalam doa yang sama, ia mengambil keputusan untuk menolak anjuran dokter tersebut. Ia memilih jalur pengobatan alternatif meminum obat “salvia occidentalis” sambil melakukan novena selama 27 hari (3 x 9 hari) melalui Santu Peregrinus. Menjelang hari-hari terakhir dari novena itu ia menerima karunia pengetahuan yang mengatakan kepadanya: doamu dikabulkan, jangan lupa mengucap syukur !

Untuk memastikan hal tersebut ia kembali ke dokter yang sama dan membuat pemeriksaan ulang. Sesudah dibiopsi dokter mengatakan “kankernya tak kelihatan lagi”. Puji Tuhan! Ibu Tina percaya akan kuasa mujizat yang terjadi atas dirinya, maka setelah itu tak henti-hentinya ia bersyukur dan bersaksi tentang mujizat yang dialaminya kepada siapa saja yang dijumpainya. Kesaksian yang berulang-ulang itu adalah nasarnya kepada Tuhan bahwa bila ia mendapat kesembuhan maka ia akan menceritakan perbuatan Tuhan yang ajaib itu kepada banyak orang. Ia percaya maka ia berbicara!

Sesudah pertobatannya Santu Paulus berulang-ulang memberi kesaksiannya tentang mujizat yang dialaminya, mujizat ia ditangkap Tuhan dalam perjalanan ke Damaskus yang menghantarnya kepada pertobatan. Namun setelah ia mendapat karunia-karunia Roh Kudus ia tetap rendah hati mengatakan “harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan melimpah itu berasal dari Allah bukan dari dirinya sendiri” (bdk 2 Kor 4:7-15). Mengapa demikian?

St. Paulus tahu bahwa keinginan hati menjadi sombong dan mencari nama serta kedudukan adalah bagian dari godaan yang selalu menyerang hidup manusia. Salah satu buktinya dapat kita baca dari Injil hari ini. Ibu anak-anak Zebedeus datang menghadap Yesus meminta jatah kursi jabatan, sebelah kiri dan kanan Yesus. Tujuannya jelas yaitu, bila mereka sudah mendapatkan jatah itu mereka tidak lagi bersaksi tentang mujizat Tuhan tetapi mereka akan bercerita tentang kebanggaannya mendapat kedudukan tinggi. Justru inilah godaan terburuk dalam hidup beriman (Mat 20:20-28)

Menjadi saksi selalu berkaitan dengan pengalaman iman dan pengetahuan kita tentang Allah. Adalah wajar kalau kita mengalami kehadiran Allah melalui mujizat-Nya kita akan selalu berbicara tentang kebaikan dan kemurahan-Nya. Akan tetapi bila kita bersaksi, kita perlu sadar bahwa semua mujizat yang kita terima bukanlah karena kekudusan kita melainkan karena kebaikan dan kemurahan Allah semata-mata !

   

Adhitz Ads