Ibu Lis, janda PNS beranak satu namanya
Hans. Ia mengajar anaknya Hans yang baru berumur dua tahun agar menabung
uang-uang recehannya dalam celengan yang sudah disiapkannya. Dan ia meminta dua
syarat yang harus dipatuhi Hans: pertama pada setiap akhir bulan uang itu
dimasukkan ke koperasi agar bisa berbunga meskipun sedikit. Kedua, uang itu
baru boleh diambil ketika Hans tamat SMA, agar bisa dipakai untuk membayar uang
muka kalau masuk kuliah. Tetapi dengan diam-diam ibu yang bijaksana ini menyisihkan
gaji bulanannya untuk menambah tabungan anaknya itu. Ia sendiri pun tidak
berdiam diri dengan mengharapkan gajiannya saja tetapi juga membuat bakso ikan
yang dia pelajari dari internet. Baksonya enak dan sangat laris sebab disukai
banyak orang. Ia melakukan pekerjaan ini setiap sore, sesudah ia pulang dari
kantor. Ia bertekad dan juga berdoa agar anak satu-satunya ini menjadi orang
yang baik dan berhasil dalam cita-citanya.
Ketika masuk kuliah Hans sudah memiliki
tabungan ratusan juta rupiah. Ketika dia tahu bahwa ibunya menambah tabungannya
setiap bulan, ia pun bertekad menjadi “orang”. Ia mengambil mata kuliah arsitek
bangunan dan berhasil hingga selesai S2. Ia termasuk anak yang berbakat membuat
banyak rancangan gambar bangunan dan setelah selesai kuliah ia bekerja di
perusahaan property – merancang gambar bangunan dan laris. Setelah menikah ia
memelihara mamanya (ibu Lis) dengan penuh kasih hingga mamanya meninggal dengan
damai.
Kebanyakan orang jika berhadapan dengan
situasi seperti ibu Lis mungkin akan tenggelam dalam “kerkah batin yang
berkepanjangan” dan jatuh ke dalam keputusasaan. Mereka kecewa dan merasa diri
tak berguna lagi serta berpikir apa gunanya hidup sendiri dengan anak semata
wayang, lalu mempersalahkan Tuhan dst. Mereka melihat dirinya begitu kecil,
sendiri dan tak berguna lagi.
Hari ini Tuhan mengajar kita tentang
bagaimana caranya kita memanfaatkan hal-hal kecil dan yang tampak tak berguna
menjadi besar dan menjadi tempat tumpuan banyak orang. Lihatlah biji sesawi
yang kecil, jika tumbuh dia menjadi pohon besar dan burung-burung bisa
bersarang di situ. Demikian juga ragi bisa membuat adonan berkembang lalu
menjadi roti yang lembut dan enak kalau dimakan (Mat 13:31-35). Kecil-kecil
tetapi bermanfaat menjadi terbesar dan hebat. Tuhan mengajar kita untuk melihat
peluang dan belajarlah mulai dari yang kecil-kecil. Orang-orang sukses di dunia
ini mulai dari hal-hal kecil. Mereka tekun dengan pekerjaan kecil itu dan lama-kelamaan
menjadi orang sukses.
Sebaliknya jangan meniru para peziarah
(bangsa Israel) yang sudah tahu dan percaya kepada Allah, ketika tiba di kaki
Sinai membuat ulah di hadapan Tuhan dengan membuat patung lembu emas menjadi “allah
baru bagi mereka”. Alasannya, karena Musa meninggalkan mereka sendirian dalam
waktu yang cukup lama berada di puncak Sinai dan tak ada kabar beritanya lagi. Mereka
tidak sabar menunggu. Mereka mengecilkan peran Tuhan dengan membuat patung
lembu emas menjadi Tuhannya (Kel 32:15-24.30-34). Mereka sudah percaya kepada
yang mahakuasa tetapi mengecilkan peran dan kehadiran-Nya di tengah mereka.
Jika kita mengimani Tuhan, yang harus
kita lakukan sesuangguhnya adalah membesarkan peran Tuhan dalam hal-hal kecil
yang ada di sekitar kita atau juga yang ada dalam diri kita yang tak berdaya
ini, sebab dengan demikian Tuhan yang akan membuat semuanya menjadi besar. Si kecil
yang ada di sekitar kita atau dalam diri kita akan menjadi berguna, besar
jikalau kita menyertakan Tuhan dalam seluruh proses membesarkannya. Amin