Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Rabu, Mei 31, 2017

PAHLAWAN PEMBERI KEMENANGAN !



 Pada tanggal 10 November setiap tahun Negara kita meryakannya sebagai Hari Pahlawan. Pada hari itu apel bendera di kantor-kantor pemerintah dan kepolisian serta TNI dilakukan secara khusus untuk menghormati para pahlawan bangsa yang telah membela negara. Saat mengheningkan cipta kita diminta untuk berdoa agar jiwa para pahlawan yang telah gugur ini boleh menerima pahala surgawi, karena mereka telah menyerahkan hidupnya untuk membebaskan negara dari penjajahan bangsa asing, dari komunisme, kaum radikal dan para teroris. Ada banyak pahlawan yang lain juga misalnya mereka yang memajukan bidang pendidikan serta hak-hak asasi manusia. Para pahlawan itu patut dihormati jasa-jasanya sebab mereka telah membebaskan bangsa ini dari penindasan bangsa asing, dari kebodohan serta pelanggaran hak asasi manusia.

Bacaan pertama hari ini (Zef 3:14-18a) mengungkapkan nubuat nabi Zefanya tentang kegembiraan para puteri Yerusalem sebab tidak lama lagi Tuhan akan menyingkirkan segala bentuk hukuman oleh kehadiran seorang Raja baru. Raja baru itu akan bertindak sebagai pahlawan kemenangan yang akan membaharui hidup setiap orang dengan kasih-Nya. Bangsa Israel saat itu berada dalam penindasan bangsa asing. Mereka tidak merasakan nikmatnya hidup dalam kemerdekaan sebagai bangsa terpilih. Melalui nabi Zefanya, Allah coba menyampaikan jawaban atas rintihan penderitaan mereka dengan memberi harapan akan datangnya Sang Pahlawan itu. Nubuat ini semakin menguatkan harapan mereka akan datangnya masa pembebasan. Nubuat ini menguatkan semangat hidup mereka yang tertindas.

Kehadiran pahlawan pemberi kemenangan yang menggembirakan itu pertama kali dirasakan oleh Elisabeth serta anak dalam kandunganya, ketika Maria mengunjunginya. “Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan” (bdk Luk 1:39-56).

Nubuat Zefanya terpenuhi dalam diri Maria dan Elisabeth. Maria, gadis Nazareth, oleh kuasa Roh Kudus telah menghadirkan Yesus, Pahlawan pemberi kemenangan. Kehadiran Yesus dalam kandungannya memberinya kegembiraan. Tujuan kunjungannya kepada Elisabeth tidak lain ingin berbagi kegembiraan itu sekaligus mau membantu Elisabeth yang sudah mengandung 6 bulan pada masa tuanya. Kedua wanita ini sama-sama menikmati kasih karunia Allah yang ajaib. Keduanya sama-sama merasakan ketidakmustahilan kuasa Allah. Peristiwa-peristiwa ajaib ini sangat meneguhkan iman mereka tentang kebenaran dari janji-janji Allah melalui para nabi dalam Perjanjian Lama.

Kegembiraan yang dialami keduanya saat itu bersama dengan anak dalam kandungan Elisabeth adalah kegembiraan karena tahu bahwa tidak lama lagi Pahlawan Pemberi Kemenangan itu akan datang, yaitu Yesus Kristus !   


Selasa, Mei 30, 2017

TIDAK LALAI DALAM TUGAS !



Salah seorang rasul yang luar biasa dalam hidup dan pelayanannya, meskipun tidak hidup bersama Yesus dan tidak menyaksikan semua peristiwa Yesus, namun pengalaman rohaninya yang unik telah membuatnya sungguh berguna bagi bangsa-bangsa lain. Dalam panggilannya yang unik itu Tuhan  berkata kepadanya: “Aku membutuhkan engkau untuk bangsa-bangsa lain”. Dia itulah Saulus yang kemudian berubah nama menjadi Paulus.

Di saat Paulus merasa bahwa pelayanannya sudah tuntas, dia memanggil penatua dari Efesus di wilayah di mana ia pernah mengajar untuk mendengarkan wejangan terakhirnya. Ia mengucapkan kata perpisahan kepada mereka sambil meneguhkan mereka semua untuk tetap melanjutkan karya Yesus Kristus agar karya keselamatan Tuhan tetap hidup di tengah-tengah mereka. Ia mengatakan bahwa ia sudah sampai pada garis akhir dari karyanya di Asia dan sesudah itu Roh Tuhan sudah memberitahu dia tentang penderitaan yang bakal dihadapi sesudah ini di Yerusalem dst. Ia bangga bahwa ia bersih dan tidak bersalah terhadap siapa pun (Kis 20:17-27). Dalam tingkat hidup rohani boleh dikatakan bahwa Paulus telah mencapai persatuan (unitiva) yang sempurna dengan Tuhannya. Hal ini kemudian terbukti dari isi surat-surat pastoralnya kepada jemaat-jemaat yang pernah dikunjunginya.

Dalam perjamuan malam terakhir dari cerita Injil hari ini, Yohanes menulis tentang doa Yesus kepada Bapa-Nya, bagi para murid-Nya. Yesus rindu agar persatuan-Nya dengan Bapa juga boleh dirasakan oleh para murid-Nya, agar di dalam karya mereka nama Allah turut dimuliakan, seperti yang Dia lakukan dalam hidup-Nya (Yoh 17:1-11a). Doa yang indah ini memang dirasakan secara langsung oleh para murid-Nya sendiri termasuk Paulus, Barnabas, Silas, Timotius dan lain-lain dalam Gereja Perdana. Hidup para rasul sungguh kuat dan kokoh dalam kasih persaudaraan, dalam pelayanan terhadap jemaat perdana, dalam menyusun kebenaran-kebenaran pokok yang harus diketahui dan dihayati oleh seluruh jemaat perdana.

Doa Yesus bagi para murid-Nya memiliki efek kekuatan yang luar biasa sehingga segala pesan-pesan suci-Nya dapat mereka teruskan dalam membentuk Gereja Awali itu. Doa Yesus membuat para rasul termasuk Paulus tidak lalai dalam menjalankan tugas mereka. Semua ini terjadi karena kuasa Roh Kudus yang mereka terima.

Kalau ingin setia dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugas apapun yang Anda terima daam hidup ini, sebagai orang percaya, jangan lupa Roh Kudus. Sebab Gereja secara keseluruhan hidupnya disemangati, dibimbing, dikuatkan oleh kasih karunia Roh Kudus. Roh Kudus adalah Allah yang selalu menyertai kita selamanya. Amin


Senin, Mei 29, 2017

MODAL IMAN, PERCAYA !



Satu modal  yang menentukan kita bisa menjadi pengikut Yesus Kristus lalu dibaptis adalah, mengungkapkan iman seperti yang tertulis dalam Syahadat Para Rasul. Syahadat itu sangat lengkap isinya sebab mencakup seluruh kebenaran utama yang patut diketahui, diterima, dihayati oleh setiap orang yang hendak dibaptis.

Sedangkan pada masa-masa awal Gereja, setiap orang yang hendak dibaptis modalnya ringkas, cukup mengatakan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Sesudah mengakui dan menerima kebenaran itu, mereka dibaptis dengan air dan roh. Ungkapan iman para rasul sendiri tampaknya sudah terjadi pada saat perjamuan malam terakhir. Dalam injil hari ini kita baca bahwa setelah Yesus mengatakan segala sesuatu dengan terus terang tentang siapa diri-Nya, para murid pun dengan kompak mengatakan:  “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah." (bdk Yoh 16:29-33) Ungkapan iman bersama ini kemudian membantu mereka untuk datang bersama-sama ke ruang atas. Di situ mereka  berdoa bersama menantikan kuasa dari tempat yang tinggi. Dalam doa bersama sehati sejiwa mereka secara tak langsung menyatakan imannya akan kebenaran dari janji itu.

Baptisan Yohanes yang diterima oleh beberapa orang di Efesus tidak mengungkapkan iman akan Yesus. Baptisan itu berfungsi untuk pertobatan. Pertobatan belum sempurna kalau belum mengimani Yesus Kristus dan dibaptis dengan air dan Roh Kudus. Sesudah mereka mendengar pengajaran Paulus tentang Yesus dan Roh Kudus, mereka percaya dan dibaptis. Di Efesus Paulus tinggal selama 3 bulan dan mengajar dengan berani (Kis 19:1-8).

Modal iman adalah percaya kepada semua kebenaran yang diajarkan kepada kita. Isi kebenaran secara ringkas ada dalam doa Syahadat (Credo). Tentang doa ini saya menemukan kesaksian seseorang sebagai berikut: seorang bapa tergerak hatinya untuk pergi dari kampungnya menuju sebuah kota kecil di wilayahnya. Modal keberanian untuk meninggalkan kampungnya adalah iman akan Tuhan. Tiap hari ia mendaraskan doa Rosario bersama dengan orang-orang muda yang sama-sama menjadi kaum urban di kota itu. Mereka bekerja menjadi buruh yang menyiram bawang. Pemilik kebun bawang itu adalah sama saudara muslim yang taat. Setiap hari dia mengajak para buruh Katolik ini untuk meninggalkan iman akan Yesus Kristus agar menjadi mualaf. Para buruh ini tidak pernah mau mengikuti ajakan itu sebab setiap pagi dan malam hari, buruh-buruh ini pada kompak untuk mendaraskan Credo dan meneruskannya dengan doa Rosario.

Modal ini kemudian menjadikan mereka orang-orang yang aktif dan taat untuk menghidupkan Gereja di paroki di mana mereka tinggal, lalu mereka kompak membentuk sebuah perkampungan kecil. Mereka hidup rukun di tempat itu dan tekun mempertahankan iman akan Kristus Yesus, Tuhan.  

Minggu, Mei 28, 2017

SEHATI MEREKA TEKUN BERDOA BERSAMA !



Sadar akan pentingnya doa bersama sehati sejiwa, keluarga-keluarga kristiani sebelum Vatikan II, sungguh-sungguh setia dan tekun dalam memelihara hidup doa bersama. Kesetiaan dan ketaatan itu menghasilkan buah-buah kebaikan: keluarga rukun, anak-anak taat pada orang tua, takut berbuat dosa dan dberkati dalam banyak hal. Mereka sadar bahwa doa adalah nafas dari roh dan jiwa. Tanpa doa, jiwa dan roh mudah dijajah oleh kuasa jahat, tanpa doa mereka kehilangan semangat untuk berbuat baik, tanpa doa mereka kalah dalam mempertahankan hukum-hukum Tuhan.

Sesuai pesan Tuhan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga, para rasul belum boleh keluar dari Yerusalem sebelum mereka diperlengkapi kuasa dari tempat tinggi. Karena itu mereka berkumpul bersama Bunda Maria serta beberapa wanita untuk berdoa bersama-sama menantikan turunnya kuasa dari tempat tinggi (surga) (Kis 1:12-14). Mereka semua yakin bahwa janji itu akan mereka terima secara bersama-sama. Kita tahu semuanya terpenuhi pada hari Pentakosta. Roh Kudus turun atas mereka semua dan mengobarkan semangat mereka untuk bersaksi tentang Kristus.

Dalam perjamuan akhir Yesus menyerahkan para murid-Nya kepada Allah Bapa melalui doa-Nya yang indah. “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka”. Tuhan Yesus akan tantangan yang bakal dihadapi para murid-Nya bila Ia sudah pergi. Karena itu Ia meminta supaya Bapa memelihara para murid ini agar mereka kuat dalam melanjutkan karya yang sudah dirintis-Nya: karya keselamatan umat manusia. Tak ada cara lain bagi Yesus untuk memohon bantuan itu selain dengan doa. Doa adalah tanda kerendahan hati-Nya untuk memohon pertolongan kepada Bapa-Nya. Doa adalah sarana yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan Allah. Yesus berdoa untuk mengajar para rasul agar mereka juga belajar berdoa tanpa henti-hentinya.  

Sebagai lanjutan dari pesan Yesus ini, Petrus meminta supaya jemaatnya berusaha menjaga semangat sukacita dalam hidup hariannya, sebab sukacita itu menjadi kekuatan untuk melawan segala tantangan yang bakal mereka hadapi dalam hidup dan karyanya (1 Petr 4:13-16). Pertanyaannya, dari mana mereka mendapatkan rahmat sukacita itu? Jawabannya, tidak lain kalau bukan dari Tuhan. Kalau rahmat itu berasal dari Tuhan maka alat komunikasi terbaik untuk mendapatkannya tidak lain dari pada bertekun dalam doa, baik doa pribadi maupun doa bersama.

Kuasa doa membuat orang bergembira dan melupakan kesedihan, kuasa doa membuat langit mendung menjadi cerah, kuasa membuat jendela dan pintu yang tertutup menjadi terbuka, kuasa doa membuat anak hilang berbalik kepada ayahnya, kuasa doa menghasilkan banyak mujizat yang tak pernah terpikirkan dalam hidup, kuasa doa membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin......

Sabtu, Mei 27, 2017

MENJADI ORANG YANG SANGAT BERGUNA !



Di sebuah sekolah negeri di wilayah kami 90% murid-muridNya adalah katolik. Kepala Sekolahnya juga katolik. Entah karena alasan sekolah itu adalah adalah negeri maka Kepala Sekolahnya menerapkan aturan seperti sekolah negeri yang tidak perlu berdoa sebelum sekolah, tidak perlu baca membaca Kitab Suci atau memasukkan cara-cara Kristiani supaya tidak mengganggu iman anak-anak dari keyakinan lain. Agama itu urusan orangtua dan atau pemimpin agama masing-masing. Semua guru lain yang seiman dengan Kepala Sekolah sungguh-sungguh merasa bahwa kehadiran mereka untuk anak-anak yang mayoritas katolik sama sekali tidak berguna. Mereka tidak bisa menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka adalah orang beriman yang sebelum bekerja harus berdoa dan sesudah bekerja harus bersyukur dst. Meskipun dalam sidang guru, para guru telah menyampaikan anjurannya yang baik tetapi Kepala Sekolahnya tetap saja mempertahankan pendiriannya bahwa itu sekolah negeri. Ini contoh nyata seorang Kepala Sekolah atau pemimpin yang tidak berguna.

Apollos adalah seorang Yahudi dari Aleksandria. Dia sangat fasih berbicara dan mahir dalam Kitab Suci. Dia sudah mendengar pengajaran tentang Yesus Kristus tetapi hanya mengetahui baptisan Yohanes. Priskila dan Akwila mengajarkan kepadanya tentang baptisan dalam kuasa Roh Kudus. Ia menerima ajaran itu dan menyeberang ke Akhaya. Di sana ia menjadi orang yang sangat berguna untuk mewartakan jalan Tuhan dan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di depan umum sambil membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 18:23-28). Luar biasa. Paulus telah menanam iman di sana dan Apollos datang menyiramnya sehingga iman akan Yesus Kristus bertumbuh semakin subur dalam diri jemaat baru itu. Apollos mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang Kitab Suci dan ia mewajibkan dirinya untuk mewartakan pengetahuan itu kepada orang lain agar semakin banyak orang mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Apollos menjadi orang yang sangat berguna.

Tuhan Yesus dalam wejangan-Nya hari ini menegaskan: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yoh 16:23b-24). Yohanes Rasul, menulis kembali wejangan ini karena ia menilai bahwa pesan ini amat penting bagi semua orang yang percaya kepadanya. Karena jasa Yesus Kristus dosa manusia ditebus, pintu surga dibuka dan keselamatan tersedia. Karena itu Yesus disebut sebagai pengantara dalam doa-doa kita. Dalam nama-Nya doa-doa kita dikabulkan dan sukacita kita dipenuhi.

Namun pertanyaannya, siapa yang mengajarkan kebenaran ini dari generasi ke generasi. Hemat saya, sesuai dengan panggilan kita menjadi orang Kristen, wajib hukumnya kita mewartakan kebenaran ini kepada siapa pun, sebab Kristus datang untuk semua orang, Kristus wafat dan bangkit untuk semua orang. Jika ada orang yang tidak percaya itu haknya untuk menolak, tetapi jika kita tahu dan kita tidak mewartakan kebenaran ini, maka kita menjadi orang yang tidak berguna. “Sekecil apapun yang kita kerjakan untuk memuliakan nama Tuhan, kita sudah berusaha menjadi orang yang berguna. Sebaliknya sekecil apa pun kewajiban-Nya yang kita abaikan dalam memuliakan nama-Nya, kita menjadi orang yang tak berguna” !        

Adhitz Ads