Hari
ini hampir setiap keluarga katolik meminta intensi misa untuk arwah sanak
keluarga mereka yang sudah meninggal. Secara liturgis hari ini semua imam
diizinkan merayakan ekaristi sebanyak tiga kali guna mendoakan keselamatan arwah
orang beriman. Perayaan ini amat penting karena arwah-arwah yang masih berada
di purgatorium (api pemurnian) merindukan pembebasan dari hukuman yang mereka
terima. Jiwa-jiwa itu membutuhkan kurban penghapus dosa yang sempurna dan hal itu hanya bisa dilakukan
dalam ekaristi. Gereja Katolik percaya bahwa melalui kurban Kristus ini arwah-arwah
itu bisa mendapat remisi untuk pembebasan atau remisi sebagian sebab hal itu tergantung pada sisa waktu dari masa
hukuman yang diterima oleh masing-masing arwah.
Mengapa
mendoakan arwah?
Manusia
tak pernah luput dari perbuatan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Jika mati
dalam keadaan berdosa maka setiap jiwa harus memasuki masa hukuman dalam api
pemurnian. Lamanya masa hukuman itu tergantung pada besar kecilnya dosa yang
dilakukan manusia dalam masa hidupnya. Yudas, panglima perang Israel percaya
akan hal itu. Maka Kitab Makabe bacaan pertama hari ini menceritakan bagaimana
tindakan Yudas untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari tentaranya yang mati dalam
pertempuran. Pertama, ia meminta tentaranya yang masih hidup agar mengumpulkan
uang supaya dikirim ke Yerusalem dan kedua, meminta imam-imam yang melayani
kenisah mempersembahkan kurban penghapus dosa, sehingga arwah tentara-tentara
yang gugur itu boleh menikmati istirahat abadi dalam Kerajaan Allah. Penulis
Kitab Makabe mencatat bahwa tindakan itu termasuk sangat tepat karena ada
kebangkitan sesudah kematian (2 Mak 12:43-46).
Tuhan
Yesus dalam Injil Yohanes hari ini menekankan bahwa Ia diutus Bapa untuk
menyelamatkan manusia yang berdosa. Karena itu Ia menghendaki agar semua orang yang
percaya kepada-Nya tidak ada yang hilang, tetapi harus memasuki hidup kekal
agar pada akhir zaman mereka mengalami kebangkitan (Yoh 6:37-40). Atas dasar
percaya akan sabda ini Gereja mengajak seluruh umat beriman agar selalu
mendoakan arwah orang beriman melalui ekaristi, doa kerahiman, doa rosario, doa
koronka atau doa-doa lain yang sesuai dengan anjuran para Bapa Gereja.
Dalam
hubungan dengan sabda Yesus tentang kebangkitan, St. Paulus menentang para lawannya
yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Dengan tegas ia bersaksi: “jika
Kristus tidak bangkit maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia jugalah iman
kita akan Kristus” (bdk 1 Kor 15:12-28). Para rasul adalah saksi kebangkitan itu, ia sendiri juga
telah mengalami rahmat kebangkitan Yesus dalam perjalanan menuju Damsyik yang
menyebabkan dia bertobat. Agar jiwa-jiwa orang beriman bisa mengalami
kebangkitan maka jiwa-jiwa harus bersih dari dosa. Supaya bersih dari dosa dibutuhkan
kurban penebus dosa yakni kurban Kristus, sebab kurban ini adalah satu-satunya
kurban yang paling sempurna, yang menghasilkan penebusan dosa.