Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Sabtu, September 30, 2017

SEMUA ORANG HERAN ! (pesta St. Hieronimus).

Kalau kita membaca Kitab Suci setiap hari, kiranya nama St. Hieronimus, tidak pernah boleh dilupakan, sebab orang kudus yang satu ini adalah orang yang paling berjasa dalam sejarah menerjemahkan Kitab Suci. Ia seorang imam dan pujangga Gereja. Ia berasal dari  keluarga yang  sangat kaya namun hati keluarga ini sangat terpaut pada hal-hal yang sifatnya rohani. Dalam usia 12 tahun ia sudah dikirim ke Roma untuk mempelajari ilmu hukum dan filsafat. Pada usia muda itu ia jatuh ke dalam dosa akan tetapi segera bangkit kembali dan menjaga hidupnya dengan banyka berdoa dan berziarah ke makam orang-orang kudus.

Setelah menempuh latihan rohani di bawah bimbingan Uskup Valerianus ia pindah ke Antiokhia dan menjalani hidup bertapa di padang gurun selama 4 tahun sambil belajar bahasa Latin dan Yunani. Sesudah ditahbiskan menjadi imam ia belajar hidup rohani dari St. Gregorius, kemudian berabgkat ke Roma dan menjadi sekretaris pribadi dari Paus Damasus. Paus ini menugaskan dia untuk menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Yunani, Aramik dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya disukai oleh banyak orang, karena itu disebut Vulgata yang berarti popular. Hingga kini terjemahan Hieronimus diterima Gereja sebagai terjemahan resmi. Pekerjaan ini tentu tidak mudah tetapi berkat ketekunannya yang luar biasa ia sanggup menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

Kehidupan Yesus yang luar biasa dalam Perjanjian Baru dimengerti oleh banyak orang berkat jasa St. Hieronimus, demikian juga perkerjaan Allah yang ajaib dalam Perjanjian Lama tidak mungkin kita mengerti dengan baik bila saja tidak diterjemahkan oleh St. Hieronimus ini. Dalam injil hari ini Yesus berbicara tentang jalan hidup-Nya yang akan menderita; namun para murid-Nya tidak mengerti tentang perkataan-Nya itu tetapi juga tidak berani bertanya (Luk 9:43b-45).

Nabi Zakharia dalam bacaan pertama (Za 2:1-5.10-11a) bernubuat tentang apa yang akan terjadi di Yerusalem pada masa yang akan datang. Para pendengarnya juga tidak mengerti tentang isi nubuat itu. Semuanya baru bisa dipahami pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus mengurapi para rasul dengan karunia-karuniaNya. Ketika mereka mengakui bahwa Yesus itu Tuhan dan Juru Selamat. Hari ini kita bersyukur atas semua kebenaran ini, kebenaran yang dulunya tersembunyi bagi orang cerdik pandai. Kita juga bersyukur atas karya yang hebat dari St Hieronimus dan atas kuasa Roh Kudus yang menyertainya. Semua keheranan kita sudah terjawab sempurna oleh hidup dan karya Yesus.








Jumat, September 29, 2017

MALAIKAT AGUNG & PELAYANANNYA (Pesta Para Malaikat Agung)

Hampir semua agama mengajarkan adanya malaikat – mahluk rohani tanpa tubuh seperti manusia. Gereja katolik mengakui kehadirannya sebagai suatu kebenaran. Kalau kita bertanya siapakah malaikat itu? St. Agustinus coba memberi jawaban: “Malaikat itu menunjukkan jabatan, bukan kodrat. Kalau bertanya tentang kodrat maka ia adalah roh, kalau bertanya tentang jabatan maka ia adalah jabatan. Menurut seluruh keadaannya malaikat itu pelayan dan pesuruh Allah. Sebagai makhluk rohani murni malaikat mempunyai akal budi dan kehendak, mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati.

Bacaan pertama Kitab Daniel hari ini (Dan 7:9-10.13-14) bercerita tentang Kuasa Tertinggi dalam Kerajaan Surga. Ada seorang yang lanjut usianya, berpakaian putih, dengan rambut bersih seperti bulu domba, dst. Ia dilayani oleh ribuan makhluk, baik yang sibuk melayani-Nya maupun yang berdiri saja dihadapan-Nya. Makhluk yang saya maksudkan di sini adalah para malaikat. Para malaikat itu dipimpin oleh malaikat agung: Mikhael (kepala bala tentara surgawi); Gabriel (kepala utusan pembawa berita gembira) dan Rafael (kepala para penuntun jalan) bagi manusia. Ketiga malaikat inilah yang kita peringati pestanya hari ini. Menurut Kitab Suci, ketiga malaikat agung ini mempunyai peran penting yakni sebagai kepala para malaikat lainnya. Pembagian tugas mereka jelas sehingga masing-masing berusaha menjalankan tugasnya sesuai dengan “job description” itu. Tidak ada tumpang tindih, tetapi rapi dan teratur.

Tuhan Yesus menjawab kekaguman Natanael terhadap diri-Nya dengan berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:51). Mulanya Natanael mengejek Nasareth sebagai desa yang tak punya apa-apanya untuk dikagumi dan dipuji. Tetapi sesudah berjumpa dengan Yesus ia balik mengaguminya. Tentu saja kekaguman Natanael bukan saja terjadi pada hari itu melainkan berlangsung hingga kematiannya sebagai seorang rasul yang setia. Kini dalam Kerajaan Allah, ia sendiri sudah bisa melihat langsung bagaimana para malaikat itu melayani Sang Raja Agung itu. Para malaikat turun naik kepada Anak Manusia untuk menyembah dan melayani-Nya.

Di dunia ini kita membutuhkan bantuan para malaikat agung ini sesuai dengan jabatan mereka masing-masing. Kita mohon bantuan malaikat agung St. Mikhael untuk berperang melawan setan; kita membutuhkan bantuan malaikat Gabriel dalam pewartaan Injil – agar kabar gembira ini diterima oleh para pendengarnya; kita memerlukan bantuan malaikat Rafael sebagai pelindung dalam perjalanan dan juga dalam mencari pasangan hidup.



Kamis, September 28, 2017

SIAPAKAH DIA INI ?

Banyak orang di dunia ini yang belum pernah mendengar nama YESUS. Sebab tak ada orang yang mewartakan nama Yesus kepada mereka; mereka tidak pernah membaca Alkitab, apalagi literatur tentang Yesus Kristus. Ketika mereka pertama kali mendengar nama itu, reaksi mereka adalah bertanya: siapakah Dia itu?

Pada zaman Yesus hidup Herodes adalah penguasa Israel dan disebut raja. Walau demikian ia belum pernah bertemu dengan Yesus. Ia hanya mengenal Yohanes Pembaptis karena Yohanes pernah mengeritiknya dan juga telah dia bunuh. Namun sesudah Yohanes dibunuh muncul lagi seorang lain yang kuasanya lebih hebat dari Yohanes Pembaptis. Ia bingung mendengar nama-Nya lalu bertanya: siapakah Dia ini? Dalam kebingungan itu ia juga ingin bertemu dengan Yesus tetapi tidak pernah bertemu (Luk 9:7-9). Pertanyaan itu tetap menjadi pertanyaan buat Herodes dalam hidupnya sebab ia tidak rendah hati untuk datang menjumpai Yesus sebagaimana dilakukan oleh Nikodemus.

Umat Israel hampir melupakan sejarah hidup nenek moyang mereka, dalam hubungan dengan Tuhannya. Maka datanglah nabi Hagai kepada Zerubabel, bupati Yehuda, memperingatkan bupati itu agar segera membangun kembali rumah Tuhan, jika tidak maka orang Israel tidak akan memperoleh hasil apa pun dari pekerjaan mereka di mana-mana (Hag 1:1-8).

Mengenal Tuhan, berjumpa dengan-Nya dalam pujian dan penyembahan memang tidak akan menambah kemuliaan yang ada pada-Nya, akan tetapi penghormatan dan penyembahan kita amat berguna bagi keselamatan kita sendiri, sebab Tuhan-lah Pemilik segala kebutuhan hidup manusia sejagat raya ini, baik untuk jiwa maupun untuk tubuh jasmaninya. Mengenal Yesus, Putera Allah dan berjumpa dengan-Nya sesungguhnya menjadi kesempatan amat berharga bagi setiap orang untuk bisa hidup bersama-Nya, berjalan dengan-Nya dan menikmati karunia-karunia surgawi-Nya. Tuhan Yesus datang untuk kita. Hidup manusia punya awal, punya perjalanan dan punya akhirnya. Semuanya itu dalam tangan Tuhan dan Dia yang menunjukkan jalan kepada kita. Tuhan bekerja sejak permulaan kita dibentuk dalam kandungan ibu hingga pada akhirnya nanti. Karena itu tidaklah cukup mengenal Tuhan Yesus dari jauh dan bertanya: siapakah Dia ini? Kita harus datang pada-Nya dan mendengarkan Dia dalam pengajaran-Nya…..dan percaya bahwa Dialah Tuhan dan Juru Selamat !  











   

Rabu, September 27, 2017

MEWARTAKAN SAMBIL MENYEMBUHKAN !

Kemarin dalam kotbahnya di Gereja Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Rm. Yohanes Indrakusuma CSE, sangat menekankan perlunya menumbuhkembangkan iman akan Tuhan Yesus dalam hidup kita sebagai orang Kristen. Sebab Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat yang telah diutus Allah untuk membebaskan semua orang dari pelbagai macam penyakit dan dari perbudakan dosa dan maut. Dalam firman-Nya yang kudus antara lain Ia sendiri berjanji: “Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu”! (Yoh 14:12). Yang ditekankan Yesus dalam janji-Nya ini:

Pertama, barangsiapa percaya. Semua orang Kristen telah membuat pengakuan besar dalam hidup mereka akan Yesus. Hal ini diungkapkan terus menerus dalam doa CREDO. Percaya di sini bukan hanya disimpan dalam otak dan hanya terucap di bibir tetapi sungguh-sungguh dimasukkan ke dalam hati agar bertumbuh menjadi sebuah keyakinan yang dalam bahwa Ia Allah yang mahakuasa dan Ia dapat melakukan segala-galanya sesuai dengan kehendak-Nya. Kedua, yang percaya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya bahkan yang lebih besar daripada yang dikerjakan Yesus sendiri. Dalam hal ini kita diminta mengimaninya bahwa bagi orang yang percaya tak ada yang mustahil.

Dalam Injil hari ini Lukas (Luk 9:1-6) mengisahkan tentang pemberian tenaga dan kuasa-kuasa kepada kedua belas murid-Nya, agar dalam karya pewartaan mereka di tengah umat Allah, mereka bisa mewartakan sabda sambil menyembuhkan dan mengusir setan-setan. Pada akhir Injil hari ini Lukas mencatat: “Pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat”. Pewartaan para rasul menjadi lengkap karena mereka bukan hanya dengan berbicara tentang kemurahan Allah tetapi lebih lagi dengan menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan-setan. Dalam hidup Gereja selanjutnya pemberian kuasa itu bukan hanya kepada para murid tetapi juga kepada semua orang yang percaya akan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat (bdk Mrk 16:17-20).

Mengapa Tuhan Yesus memberi tenaga dan kuasa kepada para murid-Nya? Dari pengalaman-Nya sendiri ketika berkeliling di Yudea dan Galilea, Yesus berjumpa dengan banyak orang sakit dan yang kerasukan. Manusia tenggelam dalam banyak penderitaan karena dosa-dosanya. Kita ingat doa Ezra dalam bacaan pertama: "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit” (Ezr  9:5-9). Sebagaimana Yesus sendiri datang untuk menyelamatkan manusia seutuhnya, demikian juga para murid serta semua orang yang percaya harus menyelamatkan dirinya sendiri dan sesamanya seutuhnya juga. Romo Yohanes dalam hidupnya sebagai imam melakukan pelayanan seperti yang dilakukan para rasul dan mujizat masih sungguh-sungguh terjadi hingga hari ini. Amin










Selasa, September 26, 2017

SEMUA BERSAUDARA !

Untuk menunjukkan toleransi hidup sebagai orang beriman, sebuah masjid di Emirat Arab yang semula bernama Sheikh Mohammad Zayed diganti namanya menjadi Masjid Mary Mother of Jesus atau “Maryam Umm Isa” – Maria Bunda Yesus. Masjid ini berada di ibu kota Emirat Arab, Abu Dhabi. Pergantian nama masjid ini dilansir Arab News, 15 Juni 2017, atas perintah Putra Mahkota Sheikh Mohammad bin Zayed Al-Nahyan. Perintah ini diyakini untuk menghormati untuk menghormati warga Arab yang beragama Kristen dan kini menjadi simbol harmonis kehidupan antar umat beragama di negara tersebut. Pergantian nama itu diterima dengan antusias baik oleh umat Muslim maupun umat Kristen.

Cerita di atas mengingatkan kita akan raja Darius, bupati Persia yang memberi perintah kepada rakyatnya agar tidak boleh menghalangi pembangunan kembali kenisah Yerusalem (Ezr 6:7-8.12b.14-20). Bupati ini melanjutkan perintah raja Koresh yang menyuruh warga Israel di pembuangan agar kembali membangun kenisahnya. Setelah segala pekerjaan renovasinya selesai maka umat Israel pun merayakan Paskah, mensyukuri selesainya pekerjaan itu sekaligus mengulangi kembali peringatan nenek moyang mereka keluar dari Mesir pada zaman Musa. Baik Raja Koresh maupun bupati Darius adalah para pejabat Persia, suku bangsa asing yang menjajah mereka, Namun para pejabat ini sungguh menunjukkan semangat toleransi yang luar biasa, membiarkan bangsa Israel menikmati kembali kebebasan mereka untuk beribadat kepada Yahwe dengan merenovasi kenisah yang rusak akibat peperangan. Kedua pejabat ini menunjukkan kasih Allah dengan berbuat baik, menghargai hak-hak azasi manusia untuk menghormati Tuhannya. Mereka tidak melihat orang Israel sebagai orang-orang tawanan tetapi sebagai saudara yang perlu dihargai hak-haknya untuk mewujudkan imannya kepada Tuhan dengan beribadat di tempat yang layak.

Kita semua adalah saudara. Pernyataan ini digarisbawahi oleh Tuhan Yesus dalam sabda-Nya hari ini. Ketika orang mengatakan kepadanya tentang ibunya dan saudara-saudaranya juga hadir dalam pertemuan di saat Ia sedang mengajar, Yesus langsung mengatakan: ibu-Ku dan saudara-Ku adalah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya. Ia mengajarkan kepada kita hari ini tentang persaudaraabn rohani, persaudaraan yang lebih luas dari pada persaudaraan genetik – keturunan darah. Persaudaraan karena garis keturunan darah itu penting, namun yang lebih penting lagi adalah persaudaraan rohani yakni kumpulan mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya (Luk 8:19-21).

Setiap hari kita membaca dan mendengarkan sabda Tuhan, namun apakah sabda itu dihayati dan dilaksanakan sesuai kehendak Tuhan sendiri? Jawabannya tergantung pada praktek hidup kita masing-masing. Apakah kita sungguh-sungguh hidup sebagai saudara terhadap satu sama lain? Raja Koresh dan bupati Darius telah melakukan kehendak Tuhan dengan baik. Putra Mahkota Uni Emirat Arab juga demikian. Mereka itu adalah tokoh-tokoh pelopor toleransi antara agama. Apakah kita juga demikian?




Senin, September 25, 2017

RUMAH TUHAN, PRIORITAS !

Sudah menjadi sebuah semangat pastoral, ketika bekerja di paroki juga di lembaga pendidikan imam, perhatian pertama saya ditujukan ke rumah Tuhan. Kalau keadaan gedung Gereja atau kapelnya kurang bersih – bangunannya tidak terawat karena usianya sudah uzur, maka hal pertama yang saya lakukan adalah membersihkannya atau merenovasinya agar kelihatan pantas menjadi rumah doa, tempat kita menghormati kehadiran Tuhan. Gereja dan kapel dikonsekrir sebagai rumah Tuhan, tempat perjumpaan antara Tuhan dan umat-Nya. Sebagai rumah Tuhan, gereja dan kapel harus menjadi tempat yang pantas dan bersih sehingga kita boleh menikmati suasana perjumpaan yang menyenangkan dan membahagiakan. Demikian juga jika di rumah keluarga atau biara tersedia tempat doa, maka tempat itu haruslah bersih dan pantas bagi Tuhan.

Hari ini bacaan pertama (Ezr 1:1-6) menceritakan raja Persia, yang bernama Koresh tergerak hatinya oleh kuasa Roh Tuhan untuk memperhatikan kenisah Yerusalem. Kenisah itu telah banyak yang rusak dan menjadi kotor karena ditinggalkan sekian lama oleh bangsa Israel yang ditawan di negerinya. Ia menyampaikan pengumuman kepada orang-orang Israel di negerinya agar pulang ke Yerusalem supaya memperbaiki kenisah Allah. Semua suku yang sudah ditetapkan Musa sebagai penanggung jawab atas rumah Allah tergerak hatinya untuk pulang bersama semua orang lain yang ingin pulang. Raja yang baik hati ini memberi perhatian kepada kenisah Yerusalem karena Dia merasa bahwa kuasa yang diterimanya berasal Allah. Maka sebagai tanda terima kasihnya kepada Allah, dia tergerak hatimya untuk memperhatikan kenisah Allah di Yerusalem supaya bangsa Israel bisa beribadat dengan baik di rumah Tuhannya. Gerakan hati rohani menandakan bahwa raja Koresh adalah orang beriman kepada Allah. Dia juga ingin bersyukur atas kuasa besar yang diterimanya dari Tuhan.

Orang yang hidup dalam Tuhan menjadikan diri mereka sebagai kenisah Roh Kudus. Oleh kuasa Roh Kudus hati mereka selalu berkobar untuk mewartakan kemuliaan Tuhan dalam hidupnya. Kata Yesus, itu ibarat orang yang menyalakan pelita dan meletakkannya di atas kaki dian. Melalui pewartaan mereka semua orang akan mengenal Tuhan, mencari Tuhan dan ikut memuliakan nama-Nya juga. Mereka menjadikan dirinya sebagai rumah Tuhan yang hidup, yang membuat setiap orang sanggup melihat Tuhan di dalam diri dan pewartaan mereka setiap hari. Mungkin syair lagu berikut cocok untuk dipakai sebagai sebuah doa kepada Tuhan agar kita bukan hanya merenovasi hidup kita sebagai rumah doa yang baik bagi semua orang yang datang, tetapi agar kita mau mendengar suara-Nya. “Ku bawa hidupku sekarang ke tempat kudus-Mu Tuhan, di mezbah-Mu kuserahkan seluruh hidupku. Penuhi hatiku sekarang, dengan urapan yang baru, agar aku lebih lagi mndengar suara-Mu. Jadikam aku Tuhan rumah doa-Mu agar semua suku bangsa datang menyembah-Mu.  

Kecerdasan spiritual akar dari segala kecerdasan. Mengapa? Karena di saat kita berdoa, Tuhan memberikan kita segala karunia yang kita perlukan dalam hidup ini. Rumah doa yang baik membantu kita untuk dapat berdoa dengan baik.










Minggu, September 24, 2017

CARILAH TUHAN !

Atheisme modern dalam bentuk pendewaan terhadap pandangan-pandangan palsu tentang kesenangan tubuh kini tampaknya mendapat pembenaran oleh kaum hedonis dan kelompok “carpe diem”. Mereka mengatakan ini baik, istimewa dan mode. Kita tak perlu pikir tentang Tuhan karena pikiran kita adalah Tuhan, pesta pora itu baik selagi masih diberi kesempatan hidup, sex bebas itu hak asasi guna melatih diri menuju kedewasaan, aborsi dan bunuh diri itu wajar demi kenyamanan, membunuh orang demi agama adalah mati suci, membentengi diri dengan ilmu-ilmu gaib itu benar karena banyak orang memakainya, narkoba itu baik demi uang dan kekayaan dst… Akan tetapi dalam banyak pengalaman kita lihat bahwa ketika bayang-bayang kematian berada di depan mata setelah mereka menderita, mereka menjerit dan minta pertolongan…….

Nabi Yesaya menghadapi bangsa Israel yang tegar tengkuk di zamannya. Mereka hidup dalam kefasikan, berhala, selingkuh dll lalu meninggalkan Tuhannya. Nabi Yesaya tampil dan berseru dengan lantang dalam semangat kenabiannya: “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya” (Yes 55: 6-9). Mengapa? Tobat dan kembali ke jalan benar akan menyelamatkan jiwa dan raga dari kepalsuan hidup. Jika tetap di jalan salah akibatnya sudah dirasakan, yakni hidup di tempat pembuangan dan terpenjara. Tak ada kebebasan. Tuhan yang memulai segala pekerjaan mulia-Nya dalam hidup kita, Ia turut bekerja dalam langkah-langkah harian kita dan akan menyelesaikannya juga. Bila kehadiran dan peran-Nya diabaikan, maka kesusahan itu akan datang juga dan kita kehilangan rahmat keselamatan yang kita perlukan.

St. Paulus sudah merasakan buruknya hidup di bawah pikirannya sendiri, ketika dia salah menerjemahkan hukum dan ibadat perjanjian lama. Ia membunuh banyak orang karena cara pandang salah terhadap ajaran Kristus yang dianut orang Kristen awal. Setelah bertobat ia berbalik dan menulis pengakuannya tentang Kristus dengan sangatradikal: “Sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (bdk Flp 1:20c-24.27). Paulus tahu perjalanan hidup manusia. Kalau hidup ini sudah dimulai dalam dan oleh Tuhan, pada akhirnya kita tidak akan terhindar dari kebutuhan jiwa untuk hidup bersama-Nya. Karena itu di saat kita hidup, hiduplah dalam Tuhan dan CARILAH TUHAN !

TUHAN itu sangat murah hati, DIA tidak memandang orang dari segi jasanya dalam hidup ini, apakah seseorang sudah berbuat banyak dan memberi banyak waktu untuk Dia maupun untuk sesama. Tuhan menilai ketulusan, kejujuran serta kebaikan hati manusia berdasarkan ketaatan kepada perintah cinta kasih-Nya. Tuhan juga tidak menilai apakah kita adalah orang yang terlama dalam kekristenan ini. Tetapi apakah kita selama menjadi Kristen itu sudah taat kepada-Nya dan melaksanakan hukum-hukum-Nya dalam semangat kasih kepada sesama dengan sungguh ataukah hanya sekedar pencitraan?

Kalau hidup ini milik Tuhan, maka memuji dan memuliakan Tuhan dengan sendirinya menjadi sebuah “keharusan” hidup yang tak boleh diabaikan, sebab iman kita mengatakan; cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu…… Demikian juga berbuat kasih kepada sesama adalah pemberian diri yang tertinggi yang dari hukum: cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Hidup ini harus lebih lebih dari sekedar mencari Tuhan tetapi membiarkan Tuhan hidup dan bekerja dalam diri kita guna membimbing kita untuk melaksanakan kehendak-Nya dengan baik ! Amin  




Sabtu, September 23, 2017

TABUR SAJA BENIH ITU ! (pesta Santu (Padre) Pio)

Aleks seorang yang sudah gagal dalam mengembangkan usaha membuka kios menjual pakaian dsb dan beberap kebutuhan pokok. Namun sesudah tiga tahun dia merasa barang dagangannya semakin tidak laris dan perputaran uang amat tersendat akibat banyaknya persaingan di desanya. Ia putus asa dan menutup kios dengan menjual barang-barang sisa dengan potongan harga hingga 50%. Ia kembali ke usaha pertanian karena memiliki tanah yang cukup luas. Dengan modal yang tersisa ia menyewa traktor untuk membajak seluruh lahan yang sudah dia tinggalkan 3 tahun terakhir.

Ia memilih menanam lombok (cabe) sebanyak-banyaknya memenuhi lahan seluas 4 ha.Tahun pertama hasilnya hanya 25%. Tahun kedua gagal hanya 5%. Tahun ketiga gagal total. Namun ia berdoa begini: “Tuhan seandainya tahun depan saya gagal total lagi, beri saya kesempatan setahun lagi sesudahnya. Jika tahun itu juga saya gagal lagi, saya tidak tahu harus memilih jalan mana. Tetapi ampunilah saya karena selama ini saya kurang bersyukur atas pemberianmu dalam hidup ini. Tahun depan saya ingin memberi 10% dari hasil cabe saya untuk membangun kembali gua Maria yang telah rusak di paroki kami. Itu niat saya untuk Bunda kami yang sering kami lupakan dalam doa kami selama ini. Amin”. Doa ini ia ucapkan semacam doa novena hariannya saja. Tahun ke empat, kelima dst….hasilnya selalu mencapai lebih dari 100%. Ia bersyukur atas hasil itu dan tidak lupa memberi 10% dari hasil penjualan bersih dari cabenya untuk merenovasi gua Maria hingga tuntas. Dalam waktu 10 tahun saja ia sudah bisa membangun rumah dan bisa membiayai pendidikan anak-anaknya. makin lama tanahnya makin subur karena ia memulai usahanya dengan memakai pupuk organik.

Hari ini Tuhan Yesus mengajar banyak orang dengan perumpamaan tentang penabur (Luk 8:4-15). Benih yang berhasil tumbuh dan berbuah banyak hanyalah pada tanah yang subur. Tanah lainnya gagal. Perumpamaan ini mengajarkan mereka agar berusaha menata hati menjadi tempat yang subur untuk hidupnya sabda Tuhan dan melaksanakan sabda itu demi keselamatan diri sendiri dan semua orang lain. Hemat saya ada beberapa isi penting dari Injil hari ini untuk kita:

a)      Jadikan hati kita sebagai lahan yang subur bagi bertumbuhnya sabda Tuhan dalam hidup ini, sebab tanpa sabda yang menuntun maka kita tidak pernah mengerti dan tahu tentang kebenaran-kebenaran pokok dalam hubungan dengan Tuhan.
b)      Singkirkan semua hambatan seperti tanah yang keras, batu dan semak duri yang bersarang dalam hati kita dengan bertobat agar sabda itu sungguh menyelamatkan dan membuat hidup jadi bahagia.
c)      Jangan pernah berputus asa dalam kesukaran, tabur saja semua perbuatan baik, meskipun kita ditolak atau disepelekan dalam pekerjaan kita.
d)     Semak duri, tanah berbatu dan tanah keras jauh lebih ringan dari kuasa Tuhan yang mengubah hidup kita.

Kalau kita ingin bekerja, apapun bidang pekerjaan yang kita kerjakan, yakinlah bahwa pekerjaan itu adalah pemberian Tuhan. Kerjakan semuanya dalam ketaatan kepada Allah (bdk 1 Tim 6:13-16), sebab setiap pekerjaan, sekalipun itu kecil ia pasti memberi kontribusi positip untuk menyempurnakan pekerjaan Tuhan sendiri. Kata taburkan saja bisa kita ganti dengan kata “kerjakan” saja dengan penuh iman, setia dan taat pada perintah-Nya tanpa cacat, sebab Tuhan tahu apa yang menjadi tugas Dia untuk kita sekarang ini, hari ini dan di mana saja kita hidup dan bekerja. 

Dalam hidupnya sebagai imam Padre Pio menabur segala berkat yang diterima dari Tuhan kepada siapa saja yang memohon doa-doanya. Meskipun ia sering mendapat perlakuan tidak adil dari sesama manusia, namun karunia stigmata dalam hidupya tetap saja melekat dan doa-doanya membuat banyak orang bertobat dan berbalik ke jalan yang benar.
      


















Jumat, September 22, 2017

MENCARI-CARI SOAL !

Di saat suhu persaingan politik meningkat tajam menjelang pemilihan umum, baik pemilihan umum legislatif maupun eksekutif, banyak tokoh politik menciptakan soal atau mencari-cari soal untuk menjatuhkan lawan-lawannya. Kata “black campaign” akan kita dengar dalam percakapan sehari-hari karena mereka dengan sengaja menciptakan masalah, dari yang tidak ada menjadi ada. Mereka gemar menciptakan gossip guna menjatuhkan lawan. Mencari-cari soal sering juga dilakukan oleh orang-orang yang saling bermusuhan karena terlibat dalam perkara tertentu.

Dalam hubungan dengan ajaran iman, ada juga orang-orang yang mencari-cari soal dengan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran iman yang benar, karena berlagak tahu alias sombong.St. Paulus mengingatkan Timoteus agar waspada terhadap orang-orang seperti ini, agar tidak terjebak dalam kejahatan melawan kebenaran, keadilan dan cinta kasih. Ia menasihati Timoteus agar bertanding dalam pertandingan iman yang benar demi mencapai hidup kekal (1 Tim 6:2c-12).

Dalam perjuangan hidup ini, dalam suka maupun duka, setiap pengikut Yesus Kristus hendaknya menjunjung tinggi azas kebenaran, keadilan dan cinta kasih. Sebab azas-azas ini memberi kita jaminan keselamatan yang kita kejar dalam hidup sebagai orang beriman. Kadang-kadang kita kita lihat banyak orang memanipulasi azas-azas di atas demi keuntungan pribadi atau sekelompok tertentu dalam sebuah persekutuan.

Perempuan-perempuan kaya dalam Injil hari ini (Luk 8:1-3) setelah diselamatkan Tuhan dari pelbagai penyakit yang mereka derita, mereka mengikuti dan melayani Tuhan Yesus dengan harta kekayaan mereka. Mereka melakukan ini sebagai tanda terima kasih mereka kepada Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya. Sebelumnya mereka tenggelam dalam pengaruh-pengaruh roh jahat dan bermacam-macam penderitaan lainnya. Kini mereka bebas lalu ingin bersyukur atas keadaan baru yang mereka rasakan itu dengan mempersembahkan segala kekayaan untuk memuliakan Tuhan.

Dengan demikian mereka tidak tenggelam dalam dosa mencari-cari masalah, karena dengan melayani Tuhan mereka mengalami damai dan bahagia dalam hidupnya. Mereka mulai menata hidup dengan melakukan pertandingan yang benar !














Kamis, September 21, 2017

HIDUP SEPADAN DENGAN PANGGILAN ! (pesta rasul Matius)

Tuan Bill memiliki perusahaan meubeler, menyediakan segala jenis barang yang berhubungan dengan perabot-perabot rumah tangga seperti: lemari, meja, kursi, sofa dll. Ia memiliki banyak karyawan yang bekerja di perusahaannya. Sejak Tuan Bill mengalami pembaharuan dalam hidupnya, pertobatan dari kebiasaan berjudi, usai mengikuti retret hidup baru dalam Roh, ia mendorong semua karyawannya agar berdoa bersama-sama dan mendengarkan sabda Tuhan sebelum mereka mulai bekerja dan juga saat menutup kerja setiap hari. Dalam keluarganya ia melakukan hal yang sama, ia merasa seperti ada gairah baru untuk bekerja giat dan memberi perhatian kepada karyawannya dengan baik. Sekali sebulan dia mengundang imam untuk merayakan ekaristi di perusahaannya. Karyawannya yang berjumlah kurang lebih 90-an orang merasa senang dan terpacu untuk melakukan hal yang sama dalam keluarga mereka masing karena tertarik dengan cara hidup Tuan Bill.

Dalam syeringnya kepada karyawannya ia selalu mengulangi kesaksiannya tentang kebiasaan hidup lama yang tidak harmonis dalam keluarganya, akibat dari tidak melepas kebiasaan berjudi. Namun pada suatu saat istrinya memaksa dia untuk mengikuti retret itu dengan ancaman kalau Bill tidak mau ikut maka ia akan minta cerai secara sipil dan pergi meninggalkan Bill dengan dua orang anaknya. Bill takut pada ancaman itu, lalu ia mengikuti ajakan istrinya dan ternyata Tuhan menyelamatkannya. Bill bertobat dan mulai menata hidup baru dalam keluarganya dan juga dalam perusahaannya. Ia mau hidup sepadan sesuai panggilan hidup kristiani.

Oleh masyarakat Yahudi Matius dicap sebagai pendosa karena pekerjaannya sebagai pemungut cukai. Ia dituduh sebagai koruptor karena mungkin meminta pajak – memungut bea barang lebih dari ketentuan. Ia sadar bahwa cara kerja demikian tidak sepadan dengan panggilan hidupnya sebagai pegawai yang berintegritas. Saat yang tepat baginya untuk berubah ketika Yesus datang makan di rumahnya bersama dengan para pendosa yang lain (Mat 9:9-13). Sentuhan kasih Allah dalam hubungan kedekatan ini sungguh menyentuh batinnya yang terdalam dan kemudian ia meninggalkan pekerjaannya dan menjadi murid Yesus bahkan menjadi penulis Injil yang hebat. Sebagai rasul ia telah memberi dirinya Tuhan dan berusaha hidup sesuai panggilan itu.

Kata Paulus, bila kita mau hidup sepadan dengan kehendak Allah maka hal-hal ini yang harus dihayati dan terwujud nyata dalam hidup: memelihara persatuan Roh dalam semangat kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran yang bersumber pada kasih dan damai dari Tuhan sendiri (bdk Ef 4:1-7.22-13). Rasul Matius adalah seorang mantan pemungut cukai. Hidupnya dibaharui oleh panggilan Tuhan Yesus menjadi murid-Nya. Ia bertobat dan belajar pada Tuhan Yesus setiap hari seperti para rasul lainnya. Ia menyimak setiap kata dan tindakan Yesus. Oleh kuasa Roh Kudus yang diterima pada hari Pentakosta, ia pun turut berkobar hatinya untuk menjadi saksi-Nya dan mewartakan Injil. Pada akhirnya ia menulis kesaksian tentang Tuhannya dalam Injil dan kini Injilnya menjadi salah satu sumber dari segala sumber kebenaran tentang Tuhan Yesus, Mesias dan Juru Selamat.

Isi kabar gembira yang diwartakan Matius mendorong kita untuk percaya pada Allah yang telah merencanakan keselamatan manusia melalui bangsa terpilih dan semua itu terwujud sempurna dalam diri Yesus Kristus. Tuhan Yesus menghendaki kita semua agar hidup sepadan dengan kehendak Allah. Amin




Rabu, September 20, 2017

YESUS SAHABAT SEMUA ORANG !

Salah satu visi dalam pendidikan seminari adalah solidaritas. Para siswa, dalam kebersamaan hidup berkomunitas perlu tahu, belajar dan menghayati semangat solider dengan semua, sehingga bila menjadi imam mereka berusaha melayani semua orang tanpa pilih kasih. Mereka akan menjadi pemimpin yang menghayati cara hidup Sang Guru sendiri: menjadi sahabat bagi semua orang!

Salah satu sifat Gereja yang amat menggembirakan kita semua adalah universal, terbuka untuk semua orang yang merindukan Tuhan dan karya keselamatan-Nya. Dalam Gereja tak ada sekat politik, status, suku, budaya, ras dan sebagainya. Sifatnya yang katolik (umum) memberi ruang seluas-luasnya kepada siapa saja untuk bergabung, berdialog, bekerja sama tanpa membeda-bedakan. Karena Kepala Gereja, yaitu Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan semua orang. Yesus adalah hikmat Allah dan hikmat itu dibenarkan oleh mereka yang percaya dan menerimanya.

Ketika orang Yahudi berpikir dengan cara pikir sekat-sekat, golongan kaya dan miskin, status hamba dan raja dst, Yesus menyampaikan perumpamaan ini: “Orang-orang angkatan ini Kuumpamakan seperti anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka tetapi kalian tidak menangis” (Luk 7:31-35). Sikap masa bodoh atau tidak peduli adalah sikap yang tidak kooperatif dalam persekutuan Gereja, dan itu tidak mencerminkan spiritualitas persatuan, bahwa kita dipersatukan oleh iman yang sama akan Yesus Kristus. Hidup sebagai orang beriman bukan untuk diri sendiri saja tetapi solider dengan orang lain tanpa batas dan sekat. Justru keunggulan kita sebagai anggota Gereja Kristus ada dalam sifatnya yang universal terbuka bagi siapa saja. Sebagai anggota kita masing-masing perlu memberi kontribusi positip dalam karya Gereja agar kabar disebarluaskan tanpa batas hingga ke ujung dunia, seperti pesan imam agung kita, Yesus Kristus.

St, Paulus meminta Timoteus hari ini (1 Tim 3:14-16) agar mengajarkan kepada jemaat bahwa orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yang berarti jemaat Allah yang hidup, menjadi tiang  penopang dan dasar  kebenaran. Paulus menghendaki agar semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus perlu menyadari kehadiran Allah, yang mempersatukan dalam persekutuan jemaat. Jemaat Allah perlu menghayati sifat universalitas Gereja, sehingga tidak egois dan memikirkan dirinya sendiri saja. Tuhan Yesus yang menjadi Kepala Gereja dan pokok iman kita datang untuk menjadi sahabat semua orang, menyelamatkan semua orang. Cinta-Nya universal sehingga Ia mengutus para murid-Nya, pergilah ke seluruh dunia dan bawalah kabar baik serta wartakan kasih Tuhan kepada semua, jadikan mereka murid-Ku, entah dalam persekutuan yang sama atau yang berbeda, asal saja mereka memelihara kasih yang sama untuk semua.

Selasa, September 19, 2017

PENILIK JEMAAT, TIDAK BERCABANG LIDAH !

Lidah merupakan alat indra pengecap. Kalau dilihat dengan teliti depan cermin, permukaan lidah itu tampak kasar tetapi justru di situ terdapat saraf pengecap rasa. Lidah dapat merasakan beberapa macam rasa seperti manis, asam, pahit dan asin. Lidah berguna dalam merasakan makanan. Pada beberapa bagian lidah terdapat daerah yang peka rasa. Lidah manusia tidak bercabang, seperti ular dan “dragon”. Lidah bercabang adalah sebuah kiasan dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang suka menipu atau orang yang tidak jujur.

Salah satu syarat yang disampaikan St. Paulus kepada Timoteus untuk menjadi penilik/penatua/ pemimpin jemaat adalah tidak bercabang lidah (bdk 1 Tim 3:1-13). Mengapa? Penilik jemaat adalah orang yang bertugas melanjutkan pelayanan para rasul dalam bidang pewartaan Injil = kabar gembira. Kabar gembira itu adalah kabar keselamatan dari Allah yang telah terjadi secara sempurna dalam hidup dan karya dari Yesus Kristus, sejak Ia dikandung bunda Maria hingga kenaikan-Nya ke surga. Kabar gembira itu berasal dari Allah, sumber kebenaran dan keselamatan. Sesudah pertobatannya St. Paulus memahami seluruh kebenaran Allah mulai dari perjanjian lama hingga perjanjian baru. Karena itu sebagai rasul yang handal ia sudah berpikir tentang bagaimana caranya memelihara iman akan Yesus Kristus di tengah dunia ini, di tengah jemaat Allah. Paulus tahu bahwa pemeliharaan iman sangat bergantung kepada para pemimpinnya. Maka dalam suratnya hari ini ia merancang secara lengkap tentang syarat-syarat menjadi pemimpin jemaat. Intinya: pemimpin jemaat itu harus memiliki integritas yang tinggi, sebab ia harus menjadi cahaya dan garam bagi sesamanya. Salah satu hal penting bahwa mereka bukan orang yang bercabang lidah atau penipu.

Yesus Kristus dalam karya-Nya di tengah umat menunjukkan kasih yang sempurna dari Allah. Allah yang mengunjungi, yang menyapa, menghibur, menguatkan, menyembuhkan, menghidupkan, dsb. Pekerjaan Yesus menurut kisah Injil hari ini menghadirkan kasih Allah yang menghidupkan dan menghibur. Ia membangkitkan putera tunggal dari seorang janda, yang sesungguhnya sudah mati dan sedang diusung keluar kota untuk dimakamkan (Luk 7:11-17). Kisah ini adalah kisah nyata yang ditulis kembali oleh Lukas atas dasar kesaksian para rasul dan jemaat perdana. Ini adalah kabar gembira dari Allah bagi segenap umat manusia, sebuah kejadian yang tidak pernah dilakukan oleh manusia biasa, selain oleh sumber kehidupan dan kebenaran itu sendiri, Allah yang menjelma menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus. Untuk meneruskan warta ini para rasul harus memilih orang-orang yang dapat dipercaya oleh semua orang dengan kriteria seperti yang ditulis oleh St. Paulus.

Anda dan saya termasuk orang yang diutus untuk meneruskan warta kebenaran ini kepada keluarga dan masyarakat di mana kita berada. Tugas ini sesungguhnya sebuah keharusan iman karena sakramen baptis dan krisma yang telah kita terima. Selain kita berharap akan hadirnya para pemimpin yang berintegritas, kita sendiri pun perlu memiliki integritas itu, terutama bukan orang yang bercabang lidah. Amin.

Senin, September 18, 2017

TUHAN, BIARLAH SEPATAH KATA SAJA !

Penulis Kitab Amsal mengingatkan kita akan besarnya kuasa dari kata-kata itu yaitu: “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya” (Ams 18:21). Dengan kata lain, kata-kata yang diucapkan oleh seseorang terhadap sesamanya mempunyai kuasa untuk menyelamatkan atau membinasakan. Karena itu para ahli psikologi pendidikan selalu mengingatkan para pendidik agar hati-hati dalam menggunakan kata-kata mereka terhadap para muridnya. Kata-kata bisa memotivasi, membangun, menyemangati tetapi kata-kata bisa juga mematikan semangat anak didik untuk belajar dan mengejar cita-cita mereka. Anjuran yang sama juga disampaikan kepada orang tua agar selalu berusaha menghindari kekerasan verbal maupun tindakan supaya tidak menimbulkan luka batin.

Perwira dalam Injil hari ini (Luk 7:1-10) sangat sayang kepada hamba yang mengurus rumah tangganya. Hamba itu sakit keras. Ketika ia mendengar Yesus memasuki kota itu ia menyuruh beberapa orang tua Yahudi agar meminta Yesus datang ke rumahnya guna menyembuhkan hambanya. Setelah Yesus makin mendekat, ia menyuruh para sahabatnya agar menyampaikan kepada Yesus supaya tidak perlu datang ke rumahnya, sebab ia merasa tidak layak menerima Yesus di rumahnya. Pesannya “biarlah Ia mengatakan  sepatah kata saja maka hambaku akan sembuh”.

Mendengar permintaan itu, Tuhan Yesus menilai ini adalah sebuah permohonan yang lahir dari iman. Iman akan ke-Allah-an Yesus yang penuh kuasa dalam kata dan perbuatan-Nya, sebab perwira itu tentu telah mendengar banyak cerita tentang kuasa Yesus yang ajaib. Lalu Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"

Dari kisah ini ada dua hal yang dapat kita renungkan hari ini :
1.    Kata-kata yang keluar dari mulut Allah (Yesus) sangat berkuasa. Di sini kata yang diucapkan oleh Yesus memberi kuasa untuk menyembukan, menyelamatkan, sebab memang Yesus datang untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia yang menderita karena dosa dan penyakit.
2.   Iman perwira itu juga mempercepat daya kerja dari kata-kata Yesus yang penuh kuasa itu. Sebab perwira itu tidak ragu terhadap tindakan Yesus. Ia sangat percaya pada kuasa Yesus meskipun mungkin dia hanya mendengar cerita tentang Yesus dari orang-orang lain.

Di sini kita boleh merasakan perpaduan daya kuasa dari sabda Allah dengan iman manusia bekerja sedemikian efektif untuk terjadinya mujizat. Allah hadir di tengah kita dan Ia bisa melakukan mujizat dengan kata-kata-Nya yang penuh kuasa, namun bila kehadiran-Nya tidak kita imani, maka mujizat tidak terjadi.

St. Paulus menasihati Timoteus agar berdoa untuk semua orang, terutama untuk pemerintah dan penguasa supaya semua manusia aman dan tenteram dalam kesalehan dan kehormatan (1 Tim 2:1-8). Mengapa demikian? Tugas yang diemban pemerintah dan penguasa itu untuk kepentingan semua orang tanpa melihat suku, bahasa dan budaya. Perwira di atas bekerja untuk menjaga keamanan di wilayah Israel. Maka sepantasnya orang Israel membantu mereka dengan doa-doanya, agar tugas itu dilaksanakan dengan baik oleh mereka. Dengan imanmu, ucapkan sepatah kata saja kepada Tuhan untuk mereka dan Tuhan akan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya.

Minggu, September 17, 2017

TIADA AMPUN BAGIMU ?

Kalimat singkat pada judul renungan ini seringali kita dengar dari mulut mereka yang sedang marah, benci dan dendam. Bila perasaan-perasaan ini tidak bisa dipulihkan maka keadaan itu bisa berlangsung bertahun-tahun bahkan bisa sampai mati. Dengan demikian mereka akan hidup tanpa kasih dan damai. Mengimani Tuhan tanpa belaskasih atau mengampuni sesama yang sudah bersalah terhadap kita, hemat saya termasuk dalam kategori ini, yaitu: “iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati” (bdk Yak 2:26).

Hidup tanpa damai atau tanpa pengampunan ibarat memasang paku dalam hati sendiri. Makin lama paku itu bukan menikam hati orang yang dibenci tetapi justru menikam hati kita sendiri. Jika sakit hatinya semakin dalam, kita akan merasa hati kita tergores oleh luka yang semakin dalam dan itu bisa menimbulkan penyakit tubuh yang tidak pernah kita harapkan terjadi, misalnya kanker, tumor, sakit kepala, sakit jantung dsb.

Seorang ibu, sebut saja namanya Klara, memusuhi adiknya bertahun-tahun karena pernah berselingkuh dengan suaminya. Persoalannya sudah selesai diatasi dan suaminya bertobat. Tetapi Klara sangat dendam pada Maria, adiknya dan tidak pernah mau mengampuninya meskipun Maria sudah bersuami dan tinggal di luar negeri. Maria telah hidup nyaman tetapi Klara semakin hari semakin merasa tidak nyaman karena serangan sakit terus menerus pada bagian ulu hatinya. Dari hasil pemeriksaan dokter ia mengidap tumor yang semakin membesar pada bagian lambung. Dokter memberi saran agar sebelum dioperasi Klara pergi mencari dokter rohani, mengaku dosa dan meminta doa. Klara mengikuti nasihat itu. Imam yang mendengar pengakuan dosanya menasihati Klara untuk menjalankan penitensi: Klara harus berjumpa dengan adiknya, Maria dan Klara harus mengampuninya, kalau mau sembuh.

Klara takut operasi dan juga takut mati, mau tak mau melalui orangtuanya, ia meminta adiknya datang dengan alasan ayah sakit. Saat Maria datang, Klara sudah menunggu di rumah orangtuanya. Mendengar mobil masuk garasi hati Klara bergulat. Ia merasa saat itu sangat genting; ia gelisah, takut dan malu sehingga hampir saja ia melarikan diri dan pergi. Tetapi karena ia harus menjalankan penitensi atas dosa yang diakuinya, maka ia berjuang menahan diri. Ia duduk di samping tempat tidur ayahnya didampingi ibunya. Waktu adiknya masuk kamar ayahnya, adiknya langsung duduk mencium ayahnya sambil berurai air mata.

Beberapa menit kemudian ayahnya berkata pada Klara: “Sekarang saat yang sangat tepat bagimu berdua untuk berdamai sebelum ayah mati”. Klara dan adiknya berdiri, tanpa rasa malu mereka berpelukan sambil menangis. Lalu Klara mengungkapkan semua perasaan dendamnya selama ini dan kini ia ikhlas mengampuni adiknya. Sesudah mengungkapkan semua perasaan itu Klara langsung merasa seolah-olah ada sebuah benda berat yang terlepas dari dalam dirnya dan ia merasa lega. Segera dia merasa sangat bahagia karena bisa mengampuni adiknya. Ayah juga merasa bahagia melihat keduanya berdamai kembali. Wajah ayah, Klara, adiknya serta ibunya bersinar seperti ada kuasa Tuhan yang menerangi seluruh kamar ayah. Muj
pemeriksaan ulang tumornya yang membesar itu sudah hilang. Dokter memperhatikan wajah Klara  yang tampaknya jauh lebih ceria dari sebelumnya. Klara menceritakan bahwa ia telah mengikuti saran dokter untuk mencari dokter rohani dan ternyata itulah yang membuat mujizat penyembuhan terjadi padanya!


Bacaan pertama dan Injil hari ini mengungkapkan bagaimana sikap Tuhan terhadap orang-orang yang marah, dendam dan benci :


  1. Kitab Sirakh mengatakan: “Dendam kesumat dan amarahpun sangat mengerikan juga, dan orang berdosalah yang dikuasainya……Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamupun akan dihapus juga, jika engkau berdoa. Bagaimana gerangan orang dapat memohon penyembuhan pada Tuhan, jika ia menyimpan amarah kepada sesama manusia” (bdk Sir 27:30-28:9). Permintaan Tuhan ini sangat jelas. Kita harus mengampuni supaya diampuni dan disembuhkan
  2. Tuhan Yesus dalam Injil dengan tegas mengatakan kepada Petrus: kalau kamu mengampuni harus 70 x 7 kali = 490 kali. Kalau membandingkan angka ini dengan jumlah hari dalam setahun (365 hari) maka pengampunan harus dilakukan setiap hari bahkan lebih dari setahun. Itu berarti pengampunan itu abadi, kekal. Sebagaimana Tuhan mengampuni manusia hingga selamanya melalui sakramen pengampunan, demikian pun kita harus mengampuni sesama setiap hari terus menerus sepanjang hidup. Kita wajib mengampuni supaya kita diampuni. Kita wajib memaafkan supaya kita dimaafkan. Kewajiban-kewajiban ini adalah syarat utama untuk terkabulnya doa kepada Tuhan sekaligus untuk mendapat pengampunan atas dosa-dosa kita. Efek dari tidak mengampuni jelas dari pernyataan dua bacaan ini.
  3. Mengapa harus mengampuni? St. Paulus memberi jawaban ini: entah kita hidup entah kita mati, kita adalah milik Tuhan. Hidup di dalam Tuhan adalah hidup untuk bahagia. Kalau mau bahagia maka segala hal yang tidak membahagiakan harus diatasi. Marah, benci dan dendam membuat kita tidak bahagia. Obatnya tidak lain hanyalah mengampuni atau memaafkan. Mengampuni adalah juga syarat untuk hidup bersama Tuhan sesudah kematian.


Oleh karena itu jangan pernah menyimpan marah, benci dan dendam. Tiga kata ini tidak enak untuk dipelihara selain harus dibuang ke sampah-sampah kehidupan melalui kerelaan untuk mengampuni. Jika mau mengampuni mohonlah rahmat kerendahan hati, sebab rendah itu satu-satunya kunci untuk bisa mengampuni sesama yang bersalah kepada kita…….

Sabtu, September 16, 2017

MEMBANGUN RUMAH YANG KOKOH !

Pada zaman ini ada banyak arsitek bangunan yang sangat pandai membuat gambar bangunan (rumah, kantor, perusahaan, dll) sesuai dengan struktur tanah di mana bangunan itu akan dibangun. Mereka lebih dahulu meninjau lokasi, melihat keadaan tanah, lalu menggambar rumahnya sambil dengan teliti membuat perhitungan-perhitungan seperti: berapa dalam pondasi bangunan, berapa banyak batu, pasir, semen, beton dengan pelbagai ukurannya yang dibutuhkan untuk kepentingan pondasi itu dst hingga detail-detail lainnya. Para arsitek tersebut menggambar dan menghitung detailnya sedemikian rupa sehingga bangunan itu bisa berdiri kokoh – kuat, tidak mudah roboh bila diterjang angin, banjir dan gempa bumi. Kita semua menginginkan rumah – bangunan kita kokoh.

Tuhan Yesus adalah arsitek ulung. Dia menasihati para pendengar-Nya dengan perumpamaan tentang membangun rumah di atas pasir ataukah di atas batu karang. Bila dibangun di atas pasir itu ibarat orang yang mendengar sabda-Nya tetapi tidak melakukannya. Imannya mudah goyah, rapuh. Cepat atau lambat prahara godaan akan datang dan semua itu akan menghancurkan hidupnya.  Bila dibangun di atas batu karang itu ibarat seorang yang mendengarkan sabda dan melakukannya. Iman orang itu akan bertumbuh kokoh dan kuat, hidupnya tidak mudah dipengaruhi oleh godaan manapun sekuat apapun godaan itu (bdk Luk 6:43-49).

Di dunia ini ada banyak hal jahat yang membuat manusia mudah terjerumus ke dalam dosa. Oleh karena itu setiap orang hendaknya membangun benteng kehidupannya masing-masing, bukan hanya mendengarkan sabda Tuhan tetapi terutama melaksanakan sabda itu dalam kehidupannya dengan percaya, taat dan setia. Sabda Tuhan itu adalah sabda kehidupan, ia bisa menjadi terang untuk menuntun manusia agar tahu membedakan yang baik dari yang buruk; sabda itu bisa menjadi jalan agar setiap orang percaya bisa mengikuti jalan itu sehingga sampai pada tujuannya; sabda itu bisa menjadi garam yang menyenangkan untuk menghibur setiap orang yang susah dan menderita; sabda itu bisa menjadi sumber pengharapan bagi setiap orang ragu, bimbang dan mudah putus asa; sabda itu bisa menjadi api yang mengobarkan semangat untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan baikya; sabda itu bisa menjadi madu yang membuat kita kuat dan tahan uji, dst.

Siapakah sabda itu sesungguhnya? Sabda itu telah menjelma menjadi manusia, yaitu Yesus sendiri. Seperti Yesus sendiri yang hidup-Nya taat, setia pada tugas perutusan-Nya oleh Bapa demi keselamatan kita, maka kita sebagai murid-Nya hendaknya juga setia mendengarkan Dia dan taat melaksanakan  perintah-Nya sehingga kita menjadi orang yang kuat bagaikan sebuah rumah yang berdiri di atas batu karang yang teguh. Yesus datang dari surga untuk menyelamatkan manusia dari cengkeraman dosa. Oleh-Nya hidup kita dimuliakan, begitu kata St. Paulus dalam suratnya kepada Timoteus hari ini (bdk 1 Tim 1:15-17).

Tugas Anda dan saya hari ini adalah mendengarkan Dia dalam sabda-Nya dan melaksanakannya. Dengan itu kita sudah mendirikan rumah kehidupan yang kokoh!

Jumat, September 15, 2017

PERAN MARIA DALAM HIDUPKU ! (pesta Bunda Maria Berdukacita)

Sejak usia 2 tahun, ayah ibuku mengajarkan aku untuk berdoa Rosario. Setiap pagi dan malam kami berdoa Rosario tanpa bosan-bosannya. Keduanya mengatakan: berlindunglah kepada Bunda Maria sepanjang hidup dengan berdoa Rosario supaya engkau tidak jatuh ke dalam godaan setan yang menjerumuskan engkau ke dalam dosa dan supaya dia memohon bantuan puteranya untuk menolongmu dalam suka dan duka. Pengajaran ayah ibu ini tertanam sangat dalam dan doa Rosario menjadi doa yang menemaniku sepanjang hidup hingga saat ini. Tiada hari tanpa Rosario. Mujizat doa ini telah terbukti dalam banyak hal terutama dalam memelihara panggilan dan menjalani karya pastoral di tengah umat Allah, baik di paroki maupun di lembaga pendidikan. Bunda Maria sungguh menjadi penolong abadi. Sentuhan kasihnya sangat terasa. Ia menghibur di kala menderita, ia menguatkan di saat lemah, ia membuka jalan di saat tiada jalan. Persatuan hidup dengan puteranya Yesus Kristus itulah yang membuat segalanya menjadi “tiada yang mustahil” sebab ia sendiri telah mengalami “ketidakmustahilan” itu. Ia mengandung Yesus tanpa peran seorang laki-laki.    

Agama Kristen mengakui Maria sebagai ibu Tuhan Yesus. Agama Islam juga demikian. Pengakuan ini semuanya termuat dalam Kitab Suci masing-masing, baik dalam Alkitab maupun dalam Alquran. Pengakuan ini bukan sekedar iman yang kosong tanpa arti tetapi berdasarkan peran Maria yang telah menerima tugas dari Allah untuk melahirkan Yesus ke dunia ini tanpa peran seorang lelaki. Maria mengandung Yesus selama 9 bulan lalu melahirkan dan memeliharanya dan hidup bersama-Nya hingga Tuhan Yesus mulai bekerja di tengah orang banyak selama hampir 3,5 tahun. Pada saat akhir hidup Yesus, saat Ia memanggul salib menuju Golgotha hingga pemakaman-Nya, Maria turut serta lagi. Ketika Yesus bergantung di kayu salib, Maria dan Yohanes Rasul berdiri di kaki salib-Nya. Saat itu Yesus mengatakan kepada Maria: Ibu, lihatlah anakmu, dan kepada Yohanes: Lihatlah ibumu ! Sabda Yesus ini menunjukkan bahwa para murid-Nya, semua orang yang percaya kepada Yesus, tidak boleh lupa pada bunda Maria. Jangan remehkan peran Maria, ibunya, sebab sebagai manusia Yesus menjadi sangat kuat ketika bunda Maria menyertai perjalanan salib-Nya hingga Maria memangku-Nya tanpa nyawa di Golgotha. Karena perjalanan salib inilah maka ia digelar Bunda Berdukacita dan hari ini Gereja mengajak kita untuk merayakan pesta ini.

Perjalanan salib Yesus menunjukkan kepada kita bagaimana Ia taat kepada kehendak Allah. Sejak Ia berdoa di taman Getsemani, dalam perjalanan-Nya ke Golgotha, hingga bergantung di kayu salib Yesus telah mempersembahkan doa-doa dan harapan kita kepada Bapa-Nya dengan ratap tangis dan keluhan yang tak terucapkan. Doa-doa-Nya didengarkan karena Ia saleh, tidak berdosa. Dengan penderitaan itu Ia belajar menjadi taat sehingga korban-Nya menjadi sempurna dan karena itu Ia diangkat menjadi pengantara kita yang sempurna (bdk Ibr 5:7-9) Melalui Dia, segala doa dan harapan kita dikabulkan Allah, Bapa kita. Sungguh indah peran Yesus bagi hidup dan keselamatan kita. Tanpa korban-Nya di kayu salib tak mungkin pintu surga dibuka. Sungguh indah juga peran Maria dalam hidup beriman, sebab tanpa kerja samanya “tak mungkin Yesus datang ke dunia”. Bunda Maria, doakan kami pada puteraMu Yesus Kristus. Amin.

Kamis, September 14, 2017

SALIB KESELAMATAN ! (pesta salib suci)

Tahun 50-an, sepasang suami istri terjebak banjir besar melintasi kampungnya. Keduanya harus mengungsi tengah malam guna menyelamatkan diri. Membawa barang-barang di tengah terjangan banjir tak mungkin mereka lakukan karena banjir sudah setinggi leher dan mengalir dengan deras. Keduanya teringat salib pernikahan yang dihadiahkan imam yag memberkati mereka. Salib itu mereka pegang erat-erat dan berjalan tanpa penerangan melintasi banjir itu. Hanya dengan seruan “Tuhan Yesus yang tersalib selamatkan kami”, keduanya melewati banjir itu hingga mencapai tanah yang kering sejauh hampir seratus meter lebih. Sedangkan orang lain dari kampung tersebut mencari keselamatannya sendiri dengan menaiki pohon-pohon tinggi yang ada di sekitar kampung dan bertahan hingga pagi hari. Kebetulan mereka yang naik ke pohon-pohon itu adalah orang-orang muda yang belum berkeluarga.

Musa diberi perintah oleh Tuhan untuk memasang ular perunggu pada tiang yang tinggi di saat umat Israel dipagut ular berbisa yang menyebabkan banyak kematian. Setiap orang yang memandang ular perunggu itu akan diselamatkan. Orang Israel mengalami penderitaan dan kematian oleh pagutan ular berbisa karena mereka melawan Tuhan dan Musa dengan banyak keluhan yang tidak menyenangkan (Bil 21:4-9). Ular perunggu melambangkan kehidupan baru. Peristiwa ini mengingatkan kita akan kejadian Adam dan Hawa di taman Eden. Penipuan yang dilakukan ular di taman itu menyebabkan kematian manusia. Kini ular perunggu yang dipasang tinggi-tinggi oleh Musa melambangkan kematian Kristus di kayu salib yang membawa kehidupan.

Kemudian kepada Nikodemus Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Anak Manusia (diri-Nya sendiri) harus ditinggikan, seperti ular perunggu, (baca: disalibkan) supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal, karena Anak Manusia itu datang bukan untuk menghakimi melainkan untuk menyelamatkan manusia oleh wafat-Nya di kayu salib (Yoh 3:16). Ini adalah perbuatan cinta terbesar dari Allah untuk menyelamatkan umat manusia yang berdosa. Salib Kristus bukan menjadi lambang hukuman tetapi menjadi jalan kehidupan bagi segenap orang yang percaya. Karena Ia disalibkan demi keselamatan umat-Nya.

St. Paulus memberi kesaksian atas peristiwa salib melalui suratnya kepada jemaat di Filipi dengan mengatakan: “Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, taat sampai wafat di kayu salib. Itulah sebabnya Allah meninggikan Dia dan menganugerahkan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam Yesus bertekuk-lututlah segala sesuatu yang ada di langit, di atas dan di bawah bumi dan semuanya memuji kemuliaan Allah (Fil 2:6-11).

Sejak zaman para rasul kita percaya akan semua kebenaran ini dan itulah inti iman kita kepada Allah. Oleh karya-Nya yang agung ini, dalam nama dan kuasa-Nya kita boleh memuliakan nama Allah yang agung dan dengan demikian kita memperoleh jaminan hidup kekal. Maka setiap orang yang percaya kepada-Nya, yang berjalan bersama-Nya dan yang mengandalkan Dia, Kristus adalah jaminan keselamatannya. Yesus telah ditinggikan di kayu salib dan salib itu adalah tanda keselamatan bagi kita. Segala kuasa di langit, di bumi dan di bawah bumi telah ditakhlukan-Nya. Jangan takut pada kuasa-kuasa dunia ini, berdirilah teguh dalam iman kepada-Nya dan taatlah saja pada perintah-perintahNya, Yesus tersalib ada bersama-Mu.   


Rabu, September 13, 2017

BERCOKOL DALAM DOSA = MENYEMBAH BERHALA !

Menurut KGK = Katekismus Gereja Katolik, dosa adalah segala kehendak hati, tutur kata dan tindakan yang berlawanan dengan kehendak Allah yang kudus, yang sifatnya jahat dan merugikan diri sendiri serta orang lain. Orang-orang yang bercokol dalam dosa adalah orang-orang yang dengan kehendak bebasnya selalu mencari kesenangan diri dengan berlaku jahat di hadapan Tuhan dan sesama. Orang yang berdosa lebih terikat untuk menyenangkan diri dengan berlaku jahat. Karena itu mereka dapat disebut menyembah dirinya sendiri (manusia). Setiap orang yang menyembah diri sendiri dan hal lain yang sifatnya duniawi diebut menyembah berhala.

Kebenaran ajaran di atas dikukuhkan oleh St. Paulus dalam suratnya hari ini kepada jemaat di Kolose: “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (bdk Kol 3:1-11). Cabul, najis (kata-kata kotor), hawa nafsu jahat, serakah (rakus) dan semua kejahatan lainnya adalah kesenangan-kesenangan manusia yang bertentangan dengan kekudusan Allah, maka St. Paulus menyatakan itu sama dengan menyembah berhala. Menyembah berhala = menyembah yang bukan Allah atau mencari kesenangan diri yang sifatnya jahat dan merugikan hubungan antara Allah dengan manusia serta antara manusia dengan manusia.

Dalam hubungan dengan mencari kesenangan diri dalam hal yang jahat, Tuhan Yesus hari ini mengatakan: Yang berbahagia itu adalah mereka yang hidupnya miskin di hadapan Allah (mengandalkan Allah), mereka yang kelaparan, yang menangis, yang dibenci karena kebenaran, yang berusaha mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan untuk memajukan Kerajaan Allah. Sebaliknya Ia tidak membenarkan mereka yang hidup dalam kejahatan (Luk 6:20-26).  

Tawaran untuk berpikir, berbicara dan bertindak jahat menggoda kita setiap hari. Semuanya tampak menyenangkan tubuh jasmani namun efeknya kehilangan kebahagiaan, kegembiraan, sukacita dan hidup kekal. Tawaran untuk hidup suci, baik dan benar juga datang setiap saat melalui banyak hal. Akan tetapi manusia lebih cenderung untuk hidup dalam kejahatan dari pada dalam kebenaran dan kebaikan. Karena itu bila kita selalu bercokol dalam dosa maka kita menyembah berhala - menyembah dosa-dosa.  








Selasa, September 12, 2017

BERAKAR DALAM DIA !

Akar adalah bagian terpenting dari tumbuhan – pohon yang tumbuh menuju inti bumi kormus. Fungsi akar adalah: menyokong dan memperkokoh berdirinya sebatang pohon atau tumbuhan, menyerap air dan garam-garam mineral dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh dari tumbuhan atau pohon, ada yang berfungsi sebagai alat respirasi (proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi), dan juga tempat menyimpan cadangan makanan atau sebagai alat reproduksi vegetative. Tanpa akar sebuah pohon akan mati.

Analog dengan fungsi akar pada sebatang pohon hari ini St. Paulus mengajak jemaat Kolose agar berakar dalam Kristus sebagai pusat kehidupan Kristiani. Tanpa Kristus hidup kita tak berguna, tidak kokoh dalam iman akan Allah, tidak mendapatkan kehidupan Ilahi, tidak mendapat energi (kuasa) dari Allah, tidak menemukan hidup kekal. Tanpa Kristus kita mati tanpa harapan akan adanya belaskasih Allah. Kristus itu sumber yang menyelamatkan kita. Dia adalah jalan, kebenaran dan hidup. Karena itu lebih lanjut St. Paulus mengajak jemaat Kolose: hendaknya bertambah teguh dalam iman dan melimpah dalam ucapan syukur, dan hendaknya hati-hati dengan ajaran palsu (filsafat kosong), sebab kita telah dihidupkan oleh Kristus dari dosa dan akan mati bersama Dia dalam hidup kekal (bdk Kol 2:6-15).

Sesudah berdoa semalam suntuk Yesus memilih rasul-rasul utama yang bakal dijadikan kader utama dalam rangka pemuridan dengan tujuan agar mereka selalu bersama Dia, belajar daripada-Nya, menjadi saksi untuk ajaran-ajaran, mujizat-mujizat dan seluk beluk kehidupan-Nya hingga Ia naik ke surga. Sesudah pemilihan itu, Yesus mengadakan banyak mujizat dan tanda, semua orang yang datang pada-Nya disembuhkan dari pelbagai macam penyakit mereka, termasuk pembebasan dari kuasa roh jahat (Luk 6:12-19).

Pengalaman bersama Yesus selama kurang lebih 3,5 tahun, sampai mereka menerima kuasa Roh Kudus pada hari Pentakosta, selain Yudas Iskariot, mereka mampu meneruskan warisan suci Yesus Kristus dan melakukan semua pekerjaan Kristus hingga akhir hidup mereka. Mereka tetap berakar dalam Dia selama hidup ini sambil memberikan kesaksian DIA sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Oleh kuasa Roh Kudus para rasul ini, termasuk jemaat perdana, boleh merasakan bagaimana kuatnya kuasa Allah bekerja di dalam diri mereka. Sekali pun pada saat yang sama mereka mengalami penganiayaan dan penderitaan mereka tetap setia dalam iman akan Kristus. Mereka menjadi benih baru yang berasal dari Kristus dan benih itu berkembang terus tanpa henti-hentinya hingga akhir zaman nanti.   


Senin, September 11, 2017

PERJUANGANKU, MEMULIAKAN NAMANYA !

Saya pernah bekerja sama dengan seorang missionaris Belanda di sebuah lembaga pendidikan. Suatu saat saya bertanya kepadanya: Apa motivasi dasar Pater sehingga dahulu, pada masa yang begitu sulit tahun 1950-an, rela datang ke Indonesia – Flores. Dengan penuh semangat ia menjawab: “Karena cintaku kepada Kristus dan kepada sesama di sini. Dengan pelayanan ini saya ingin memuliakan nama-Nya”. Saya kagum pada jawabannya dan juga kagum pada hasil pelayanannya yang tanpa pamrih. Cara hidup dan pelayanannya sungguh menunjukkan kepada kami bahwa ia benar-benar mencintai Tuhannya dan siapa saja yang dia layani. Ia setia, tekun, sangat disiplin, rapi, teliti dan teratur dalam segala rencananya.

Apa yang dikerjakan Yesus menurut kisah Injil hari ini bukan untuk menonjolkan kuasa-Nya kepada mereka yang hadir dalam pengajaran-Nya. Ia melakukan mujizat penyembuhan pada hari Sabat semata-mata demi keselamatan orang yang menderita sakit itu dan demi menjunjung tinggi nama Allah yang telah mengutus-Nya. Prioritas pelayanan-Nya saat itu adalah orang yang sakit. Hukum boleh melarang tidak boleh bekerja pada hari Sabat, tetapi demi keselamatan orang sakit dan demi kemuliaan nama DIA yang mengutus-Nya, maka Ia harus tetap bekerja. Ia sendiri tahu apa yang harus dikerjakan-Nya, untuk apa dan juga bagi siapa Dia bekerja.

Kita sendiri menyaksikan sejak awal hingga pada zaman ini, para dokter, bidan, perawat dan semua petugas kesehatan hampir tidak mengenal hari libur, termasuk hari Sabat – Minggu, karena mereka mengutamakan pelayanan bagi orang yang sakit. Sakit dan keselamatan orang sakit membebaskan manusia dari hukum apa pun. Lalu dalam hubungan dengan ini, banyak orang bertanya, apakah kami berdosa ketika kami tidak berdoa hari Minggu karena melayani orang sakit? Jawabannya, keselamatan dan nyawa orang sakit harus menjadi prioritas. Setelah Anda menyelesaikan tugas itu silahkan Anda berdoa.

St. Paulus bersukacita karena dia boleh mengambil bagian dalam penderitaan Kristus demi keselamatan seluruh jemaat yang dilayani-Nya. Ia yakin dengan penderitaan yang dialaminya ia boleh melengkapkan apa yang kurang dalam penderitaan Kristus. Sebab dengan itu ia boleh memuliakan nama Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya sendiri dari dosa. Untuk itu ia berjuang agar semua orang mengerti tentang besarnya belaskasih Allah atas hidup manusia dan juga boleh mengalami bagaimana kasih itu menyelamatkan (bdk Kol 1:24-2:3).

Mengikuti Kristus dan bekerja untuk Kristus bukan tanpa tantangan, penderitaan dan godaan. Justru dengan mengalami semua itu kita diuji apakah pelayanan kita untuk Tuhan itu murni demi kemuliaan nama-Nya dan keselamatan sesama ataukah tidak? Melayani Tuhan dan kerajaan-Nya bukan untuk mencari kemuliaan diri sendiri tetapi untuk melayani sesama dan memuliakan Tuhan. Pelayan-pelayan Tuhan tetaplah rendah hati seperti kata Yohanes Pembaptis sendiri: supaya Dia semakin  besar dan aku semakin kecil.

Minggu, September 10, 2017

NASIHAT ITU PENTING !    

Roh Kudus itu digelar roh nasihat dan penolong. Oleh gerakan Roh itu maka setiap anak Tuhan diberi karunia untuk bisa menasihati sesamanya. Hampir semua anak manusia memiliki pengalaman memberi nasihat atau dinasihati. Semua orang yang rendah hati pasti mau mendengar segala nasihat yang baik karena mereka tahu dan mengerti bahwa nasihat itu berguna bagi hidup mereka. Bahkan jika mereka mengalami kesulitan dalam hidup ini mereka tidak malu datang meminta nasihat kepada sesama di sekitarnya atau kepada orang lain yang mereka tahu bisa membantu.

Suatu saat selama empat tahun kami berusaha menolong seseorang yang kami tahu telah tenggelam dalam kesulitan. Akan tetapi orang bersangkutan tidak mau ditolong bahkan menutup diri dengan mengatakan: kamu tidak perlu campur dalam urusan pribadi saya. Akan tetapi kami melihat bahwa cara hidupnya telah jauh dari harapan banyak orang. Dalam kasih kami berjuang untuk menyadarkan dia tetapi semakin kami berusaha semakin ia menutup diri.   

Terhadap kasus seperti di atas, hari ini Tuhan Yesus memberi nasihat sebagai berikut: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Mat 18:15-20)

Dalam hubungan dengan nasihat Yesus ini kita tahu ada banyak orang yang sudah diselamatkan karena mereka mendengar nasihat, tetapi ada banyak orang yang tidak diselamatkan karena mereka tidak mendengar nasihat orang-orang baik. kita bersyukur kalau ada orang yang diselamatkan, kita sedih kalau ada orang yang tidak bisa diselamatkan karena tidak mau menerima nasihat. Akan tetapi kita tahu bahwa Yesus mendorong kita untuk menyelamatkan sesama dengan memberi mereka nasihat yang berguna, apalagi kalau kita tahu bahwa mereka bersalah atau berdosa. Nasihat itu adalah sebuah upaya memberi bantuan kepada orang lain yang diketahui bersalah. Atau juga sebagai usaha untuk memberi petunjuk kepada orang tentang bagaimana caranya hidup benar dan baik sebagai anak-anak Tuhan. Dalam hidup bersama manusia membutuhkan nasihat dari sesamanya, dari orang yang lebih tua, dari siapa saja yang dipandang memiliki otoritas untuk memberi nasihat ataupun orang-orang lain.

Nabi Yehezkiel diminta Tuhan untuk menjadi penjaga bagi bangsa Israel untuk menuntun mereka di jalan Tuhan melalui nasihat, peringatan, teguran, seruan pertobatan dsb. Tugas ini amat penting karena bangsa Israel itu bangsa terpilih yang direncanakan Tuhan sebagai bangsa yang akan melahirkan sang Juru Selamat. Dalam perjalanan sejarah, bangsa ini sering hidup jauh dari kehendak Tuhan sehingga kadang-kadang mereka dicap sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Jika mereka jatuh lalu bertobat mereka diselamatkan tetapi jika tidak bertobat mereka akan mati dalam kesalahannya (bdk Yeh 33:7-9).

Sedangkan St. Paulus mengisyaratkan bahwa kasih itu dasar untuk melakukan segala perbuatan baik. Jika kita memiliki kasih hati kita terdorong untuk berbuat kasih kepada sesama agar mereka diselamatkan. Kasih membantu kita membuka cakrawala surgawi bagi hidup setiap orang. Kasih mendorong kita untuk bisa menasihati sesama, kasih juga mendorong kita untuk mampu mendengarkan nasihat orang lain. Jika kasih itu menyebar dan berbuah maka semua orang akan menikmati damai dan sukacita Tuhan !.  



  

    

Sabtu, September 09, 2017

HIDUP DALAM PENGHARAPAN INJIL !

Tiap petang katekis muda itu duduk di depan rumahnya di antara persawahan. Ia membaca sebuah buku yang selalu dibawanya kalau ke sekolah. Buku itu selain dipakainya saat pelajaran agama tetapi juga menjadi buku bacaan hariannya setiap sore. Itulah Alkitab ! Meski banyak pemudi diam-diam rindu menantikan lamarannya, tetapi hatinya cenderung ingin menjadi saksi, terpanggil untuk menjadi imam. Ia melamar menjadi imam projo pada Uskup setempat lalu masuk seminari tinggi dan setelah menyelesaikan studi teologi ia ditahbiskan menjadi imam. Saat ditanya mengapa ia mau menjadi imam, dengan singkat ia menjawab: “hatiku tergerak oleh pengharapan yang saya baca dari Kitab Suci”.

Hidup dari pengharapan Injil disinggung oleh St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Kolose hari ini (Kol 1:21-23). Mengapa? Jika melihat lagi ke masa lalu, hidup ini tak berguna sedikit pun karena tinggal dalam kgelapan dosa. Tetapi sesudah Yesus Kristus wafat di salib dan bangkit dari antara orang mati hidup kita didamaikan dengan Allah, sehingga kita dikuduskan dan menjadi tak bercela. Karena itu kata Paulus: hiduplah teguh dalam iman dan pengharapan karena sukacita injili yang kita terima. Hidup dalam pengharapan Injil tidak lain dari pada hidup menurut keyakinan akan adanya jaminan hidup kekal bagi setiap orang yang percaya kepadanya. Karena itu tak usah kuatir pada segala macam hal yang mengganggu ketenangan hidup kita. Kristus telah menanggung segala penderitaan dan dosa kita. Oleh Dia kita dikuduskan, dalam Dia kita dikuatkan, bersama Dia kita kaya akan kasih karunia-Nya.

Dalam perjumpaan dengan Yesus orang Farisi selalu mempersoalkan implementasi hukum Taurat yang dilanggar Yesus (Luk 6:1-5). Misalnya: makan tidak mencuci tangan lebih dahulu, masuk rumah tidak mencuci kaki, menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, petik gandum pada hari Sabat. Karena hal-hal sepele ini hati dan pikiran mereka terhambat untuk menerima karunia-karunia Tuhan dalam hidupnya. Dengan pertentangan-pertentangan yang mereka lakukan tampaknya mereka berada di luar kabar gembira Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus. Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat. Menerima Yesus jauh lebih penting dari pada hari Sabat.

Kabar gembira yang disampaikan Yesus adalah kabar tentang Allah yang mengasihi umat-Nya melalui karya penebusan Yesus sendiri. Kabar tentang harapan akan masa depan yang lebih baik sesudah penebusan itu terjadi. Kabar akan perubahan yang akan dialami dunia ketika banyak orang percaya hidup dalam kasih persaudaraan sejati terhadap satu sama lain. Semoga !      

Jumat, September 08, 2017

ANAK DARA ITU AKAN MENGANDUNG ! (pesta kelahiran Bunda Maria)

Tanta Mia adalah seorang dukun bersalin. Hampir setiap hari ia dipanggil untuk membantu persalinan anak. Suatu saat ia membantu persalinan ibu Agnes yang sangat sulit melahirkan anaknya. Para bidan yang sejak awal telah membantu persalinan itu tampaknya kehabisan ilmu pengetahuan mereka untuk mencari jalan keluar. Rumah Sakit sangat jauh dan tak ada kendaraan yang bisa menghantar ibu Agnes. Tanta Mia yang kampungnya harus menghabiskan perjalanan selama 2 jam dipanggil datang untuk menolong. Saat dia menerima berita tentang kesulitan itu, selama dalam perjalanan ia mendaraskan doa Rosario. Ketika sudah tiba ia segera melakukan pertolongan dengan caranya yang biasa. Dalam waktu hanya 10 menit bayi lahir dengan selamat. Rahasianya apa? Doa Rosario! Lalu tanta Mia meramal bahwa anak itu akan menjadi Uskup. Ramalan itu kemudian terjadi.

Bunda Maria sejak dalam kandungan ibunya Anna telah dipersiapkan Allah menjadi Bunda Penebus dunia, Yesus Kristus.  Karena itu sejak awal Bunda Maria dilindungi Allah menjadi seorang yang tak bernoda. Nubuat tentang dia sudah diungkapkan para nabi berabad-abad sebelumnya baik oleh nabi Yesaya (Yes 7:14) maupun oleh nabi Mikha seperti dalam bacaan pertama hari ini (Mikha 5:2-5a). Dengan membaca nubuat ini kita yakin bahwa Allah telah merancangkan keselamatan manusia sejak berabad-abad lamanya, bahkan sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Hawa, dalam Kitab Kejadian menjadi lambang datangnya maut namun Maria, Hawa baru dalam perjanjian baru menjadi lambang datangnya keselamatan.

Penulis Injil Matius (Mat 1:1-16.18-23) hari ini coba menjelaskan kepada bangsa Yahudi bagaimana rancangan keselamatan Allah itu tersusun rapi dari keturunan ke keturunan. Silsilah yang tertulis itu menggambarkannya dengan jelas. Gambaran ini menyatakan kepada kita bahwa Allah selalu menyertai umat-Nya dari waktu ke waktu hingga semua nubuat perjanjian lama digenapi. Dengan itu pula kita harus mengakui bahwa rencana keselamatan Tuhan itu agung dan mulia; lebih dari pada itu sesungguhnya Ia ingin menunjukkan kesetiaan-Nya untuk mengasihi dan menyertai umat-Nya sejak awal hingga selamanya.

Zaman ini adalah zaman di mana semua nubuat telah dipenuhi. Puncak pemenuhan itu terjadi dalam diri Yesus. Anak dara itu telah diangkat menjadi ibu kita, bahkan digelar sebagai ibu segenap umat beriman, Bunda dari segala bangsa di bumi. Melalui penampakannya di mana-mana Bunda Maria mengingatkan kita agar selalu datang pada puteranya, taat pada-Nya agar hidup kita diselamatkan. Sebagai ibu yang baik, mulia dan kudus, ia selalu memberi perhatiannya dari surga agar kita hidup kudus dan pantas di hadirat Allah. Maria adalah perawan yang terberkati, ia dekat sekali pada puteranya. Ia tahu keinginan dan kerinduan anaknya, Yesus Kristus. Karena itu barangsiapa tekun berdoa Rosario akan menikmati segala janji keselamatan dari puteranya. Tanta Mia termasuk salah seorang yang selalu menikmati pertolongannya.

Kamis, September 07, 2017

PERAHU MEREKA PENUH IKAN !

Ketika Menteri Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, dari Kabinet Kerja Jokowi, menerapkan aturan memberantas perahu dan kapal para pencuri ikan, mendadak laut Indonesia yang dulunya kekurangan ikan kini menjadi kaya akan ikan; kita sendiri bisa menangkap banyak ikan dan mengekspor banyak ikan ke luar negeri. Hasilnya luar biasa, Kementerian ini mampu memberi kontribusi besar terhadap keuangan Negara hingga ratusan triliunan rupiah. Perahu dan kapal-kapal kita penuh ikan, tangkapan nelayan sendiri. Menteri Susi pada saat pengangkatannya menjadi Menteri Negara diremehkan banyak orang ternyata memiliki nyali yang besar untuk membangun negeri ini menjadi makmur dari sektor kelautan dan perikanan.

Petrus tak pernah menyangka orang gunung dari Nasareth itu lebih ahli dari padanya. Ia hanya tahu bahwa orang bernama Yesus itu berasal dari Nasareth, pandai mengajar, pembuat mujizat sehingga banyak sekali orang yang mengikuti Dia ke mana-mana. Dalam pikirannya ia menduga Yesus tidak tahu menangkap ikan, juga tidak tahu keadaan banyak tidaknya ikan di danau itu. Namun ia juga heran ketika selesai mengajar “orang gunung ini” tiba- tiba memintanya untuk membuang pukat lebih jauh ke dalam. Mulanya ia berkeberatan sebab sepanjang malam sebelumnya mereka gagal menangkap ikan. Tetapi akhirnya Petrus taat juga, lalu membuang pukat ke tempat yang agak dalam sesuai perintah-Nya. Tak lama kemudian mereka menangkap banyak sekali ikan hingga dua perahu mereka penuh dengan ikan (Luk 5:1-11).

Pengalaman yang mengesankan ini membuat Petrus bukan hanya terkagum-kagum tetapi menyesali kembali sikap keberatannya terhadap Yesus. Yesus pun memanfaatkan kesempatan ini untuk memanggil Petrus, Yakobus dan Yohanes menjadi murid-Nya. Mereka meninggalkan pekerjaan nelayan dan mengikuti Yesus kemana saja hingga akhir hidup mereka, bahkan ketiganya menjadi rasul yang sering mengikuti Yesus dan menyaksikan pengalaman Tabor. Penjala ikan telah menjadi penjala manusia karena Yesus. Pengalaman menangkap ikan secara ajaib telah mengubah mereka menjadi penjala manusia, rasul utama dan soko guru Gereja.

St. Paulus sendiri memiliki pengalaman serupa. Dari seorang penentang ajaran Yesus menjadi rasul utama bagi bangsa-bangsa. Kepada jemaat Kolose (Kol 1:9-14) ia bersaksi: bahwa doa-doanya akan membuat jemaat itu menjadi layak di hadapan Tuhan dan mereka bisa mengambil bagian dalam apa yang ditentukan bagi para kudus di dalam Kerajaan Terang karena Yesus. Ya, semuanya karena Yesus.

Ya, karena Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes menangkap banyak ikan, rejeki mereka berlimpah, namun mereka tidak terikat pada rejeki itu. Mereka melepaskan rejekinya dan menjadi rasul Yesus yang setia sampai mati. Demikian pun Paulus dan jemaat Kolose. Anda dan saya menjadi seperti ini karena Yesus. Kita bersyukur karena oleh Dia kita diselamatkan dari kuasa kegelapan dan dipindahkan ke dalam Kerajaan-Nya. Dalam kerajaan-Nya kita memiliki jaminan berlimpah-limpah, kita kaya dengan rahmat yang membuat kita mampu membangun hidup kita menjadi lebih baik.



     




Adhitz Ads