Buku Catatan Harian St
Faustina memuat setidak-tidaknya empatbelas bagian di mana Tuhan kita meminta
suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja.
“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan
diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)….
Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu
pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat
perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para
pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling
lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa
yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”
Tergerak oleh
permenungan akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, maka Bapa Suci Yohanes
Paulus II menghendaki agar sejak saat ditetapkannya, Minggu Paskah II secara
resmi dirayakan sebagai Minggu Kerahiman Ilahi oleh segenap Gereja semesta. Hal
ini dimaklumkan beliau pada tanggal 30 April 2000, tepat pada hari kanonisasi
St Faustina Kowalska. Lebih lanjut, Paus Yohanes Paulus II memberikan tugas
kepada para imam, sebagaimana tercantum dalam Dekrit Penitensiary Apostolik 29
Juni 2002, untuk memberikan penjelasan kepada umat Katolik mengenai Minggu
Kerahiman Ilahi ini.
PENGHORMATAN LUKISAN KERAHIMAN ILAHI
Lukisan Yesus, Allah
yang Maharahim, hendaknya mendapat tempat terhormat yang istimewa pada Pesta Kerahiman
Ilahi, sebagai suatu sarana pengingat yang kelihatan atas segala yang telah
Yesus lakukan bagi kita melalui Sengsara, Wafat dan Kebangkitan-Nya .… dan
juga, sebagai sarana pengingat akan apa yang Ia kehendaki dari kita sebagai
balasannya, yaitu percaya penuh kepada-Nya dan berbelas kasih kepada sesama.
“Aku menghendaki lukisan ini diberkati secara khidmad pada
hari Minggu pertama sesudah Paskah, dan Aku menghendaki lukisan ini dihormati
secara umum agar setiap jiwa dapat tahu mengenainya (341).”
INDULGENSI KHUSUS PADA MINGGU KERAHIMAN ILAHI
Tuhan kita berjanji
untuk menganugerahkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman pada Pesta
Kerahiman Ilahi, seperti dicatat sebanyak tiga kali dalam Buku Catatan Harian
St Faustina; setiap kali dengan cara yang sedikit berbeda:
“Aku akan menganugerahkan pengampunan penuh kepada jiwa-jiwa
yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman
Ilahi (1109).”
“Jiwa yang menghampiri Sumber Hidup pada hari ini akan
dianugerahi pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (300).”
“Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni
Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699).”
Sebagai kelanjutan dari
dimaklumkannya hari Minggu pertama sesudah Paskah sebagai Minggu Kerahiman
Ilahi, Imam Agung di Roma, terdorong semangat yang berkobar untuk menggairahkan
semaksimal mungkin praktek Devosi Kerahiman Ilahi dalam diri umat Kristiani dengan
harapan mendatangkan buah-buah rohani yang berguna bagi kaum beriman, maka pada
tanggal 13 Juni 2002 beliau memaklumkan bahwa Gereja memberikan indulgensi,
baik indulgensi penuh maupun sebagian, kepada mereka yang mempraktekkan Devosi
Kerahiman Ilahi dengan syarat-syarat seperti yang ditetapkan Gereja.
RAHMAT-RAHMAT LUAR BIASA
Satu hal tampak jelas:
melalui janji di atas, Tuhan kita menekankan nilai tak terhingga Sakramen Tobat
dan Komuni Kudus sebagai mukjizat-mukjizat belas kasih-Nya. Tuhan ingin kita
menyadari bahwa karena Ekaristi adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya
Sendiri, maka Ekaristi adalah “Sumber Hidup” (300). Ekaristi adalah Yesus, Ia
Sendiri, Allah yang Hidup, yang rindu mencurahkan DiriNya sebagai Belas kasih
ke dalam hati kita.
Dalam
penampakan-penampakan-Nya kepada St Faustina, Tuhan kita menunjukkan dengan
jelas apa yang Ia tawarkan kepada kita dalam Komuni Kudus dan betapa amat
melukai hati-Nya apabila kita acuh tak acuh terhadap kehadiran-Nya:
“Sukacita-Ku yang besar adalah mempersatukan DiriKu dengan
jiwa-jiwa. Apabila Aku datang ke dalam hati manusia dalam Komuni Kudus,
tangan-tangan-Ku penuh dengan segala macam rahmat yang ingin Aku limpahkan atas
jiwa. Namun, jiwa-jiwa bahkan tak mengindahkan Aku; mereka mengacuhkan DiriKu
dan menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Oh, betapa sedih Aku sebab jiwa-jiwa
tak mengenali Kasih! Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati
(1385)….”
“Sungguh amat menyakitkan hati-Ku apabila jiwa-jiwa religius
menerima Sakramen Cinta Kasih hanya karena kebiasaan belaka, seolah mereka tak
mengenali santapan ini. Aku tak mendapati baik iman maupun kasih dalam hati
mereka. Aku datang ke dalam jiwa-jiwa demikian dengan keengganan besar. Akan
lebih baik seandainya mereka tak menerima Aku (1258)….”
“Betapa menyakitkan Aku bahwa jiwa-jiwa begitu jarang
mempersatukan dirinya dengan-Ku dalam Komuni Kudus. Aku menanti jiwa-jiwa, dan
mereka acuh tak acuh terhadap-Ku. Aku ingin mencurahkan rahmat-rahmat-Ku atas
mereka, tetapi mereka tak hendak menerimanya. Mereka memperlakukan-Ku bagaikan
suatu benda mati, padahal Hati-Ku penuh cinta dan belas kasih. Agar engkau
dapat memahami setidak-tidaknya sedikit rasa sakit-Ku, bayangkanlah seorang ibu
yang paling lembut hati, yang amat mengasihi anak-anaknya, namun anak-anaknya
itu menolak kasihnya. Bayangkan betapa pilu hatinya. Tak seorang pun akan mampu
menghibur hatinya. Begitulah, gambaran akan kasih-Ku (1447).”
Jadi, janji Tuhan kita
akan pengampunan penuh merupakan suatu peringatan sekaligus panggilan. Suatu
peringatan bahwa Ia nyata hadir dan nyata hidup dalam Ekaristi, berlimpah kasih
bagi kita, menanti kita datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan. Suatu
panggilan bagi kita semua untuk dibasuh bersih dalam Kasih-Nya melalui Sakramen
Tobat dan Komuni Kudus - tak peduli betapa berat dosa-dosa kita - dan kita
memulai hidup baru kembali. Yesus menawarkan kepada kita suatu permulaan yang
baru, suatu lembaran yang bersih.
Agar dapat sungguh
memahami janji ini, kita perlu melihatnya dalam konteks janji-janji lain yang
Tuhan Yesus tawarkan kepada kita dalam Pesta Kerahiman. Ia tidak hanya
menawarkan satu rahmat saja, melainkan rahmat-rahmat yang tak terhingga:
“Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling
lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas
jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. Jiwa yang menerima Sakramen
Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa
dan penghukuman. Pada hari itu seluruh pintu-pintu rahmat Ilahi dari mana
rahmat-rahmat mengalir akan dibuka (699).”
Dalam “Penilaian Resmi”
Sensor Teologis Kedua atas catatan-catatan St Faustina, kita dapati penjelasan
terperinci mengenai limpahan rahmat istimewa ini:
“Agar Pesta Kerahiman
Ilahi dapat sungguh menjadi suatu pengungsian bagi segenap jiwa-jiwa, kemurahan
hati Yesus yang terdalam dibuka lebar pada hari ini guna mencurahkan ke atas
jiwa-jiwa, tanpa menahan-nahan sedikit pun, segala macam dan segala tingkatan
rahmat - bahkan yang belum pernah dikenal sekalipun. Kemurahan hati ini
merupakan … motivasi untuk memohon kepada Kerahiman Ilahi, dengan kepercayaan
penuh serta tanpa batas, segala karunia rahmat yang ingin Tuhan curahkan pada
hari Minggu ini….”
Apakah yang harus kita
lakukan agar memperoleh rahmat-rahmat yang ingin Tuhan curahkan atas kita?
Lagi, “Penilaian Resmi” Sensor Teologis Kedua menyajikan jawabnya:
“Karena kepercayaan
penuh merupakan sarana menghampiri Belas Kasih Ilahi, patut kita simpulkan
bahwa makna mendalam dari harapan dan janji-janji sehubungan dengan Pesta
Kerahiman Ilahi adalah sebagai berikut: Pada hari Pesta-Nya, Yesus ingin
menganugerahkan kepada kita semua - teristimewa orang-orang berdosa - suatu
limpahan rahmat yang luar biasa. Dan karenanya, pada hari ini Ia menanti kita
datang menghampiri Kerahiman-Nya dengan kepercayaan semaksimal mungkin.”
BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN PANTAS?
Salah satu cara yang
terpenting, tentu saja, dengan menyambut Komuni Kudus pada hari Minggu
Kerahiman Ilahi dan menerima Sakramen Tobat yang bahkan dapat dilakukan sebelum
Pekan Suci; sepanjang Masa Prapaskah merupakan persiapan untuk menyambut Minggu
Kerahiman Ilahi!
Tetapi, kita tidak hanya
sekedar dipanggil untuk mohon belas kasih Tuhan dengan penuh kepercayaan,
melainkan kita juga dipanggil untuk berbelas kasih kepada sesama. Perkataan
Tuhan kita kepada St Faustina mengenai tuntutan untuk berbelas kasih kepada
sesama sangat tegas dan jelas:
“Ya, hari Minggu pertama sesudah Paskah adalah Pesta
Kerahiman Ilahi, namun demikian haruslah ada perbuatan-perbuatan belas kasih….
Aku menuntut dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena
kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di
setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha
mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya” (742).
Novena Kerahiman Ilahi
Pada hari Jumat Agung
1937, Yesus meminta St Faustina mendoakan suatu novena khusus menjelang Pesta
Kerahiman Ilahi; novena dimulai pada hari Jumat Agung hingga Sabtu sebelum
Minggu Paskah II. Yesus Sendiri yang mendiktekan intensi-intensi novena untuk
tiap-tiap hari. Dengan novena ini, St Faustina diminta untuk membawa kepada
Hati Yesus Yang Mahakudus sekelompok jiwa-jiwa yang berbeda setiap hari dan
membenamkan mereka ke dalam samudera belas kasih-Nya, mohon pada Allah Bapa -
dengan mengandalkan jasa-jasa Sengsara Yesus - rahmat-rahmat bagi mereka.
Tidak seperti Novena
Koronka, yang dengan jelas Tuhan kehendaki agar setiap orang mendaraskannya,
Novena Kerahiman tampaknya diperuntukkan terutama bagi kepentingan pribadi St
Faustina. Hal ini dapat dilihat dari perintah Tuhan, di mana Tuhan menyebutkan
kata “kamu” dalam bentuk tunggal.
Namun demikian, karena
St Faustina diperintahkan untuk menuliskannya, pastilah Tuhan bermaksud agar
novena didoakan oleh yang lain juga. Begitu diterbitkan, novena segera menjadi
sangat populer; orang banyak mendoakan novena, bukan hanya sebagai persiapan
merayakan Minggu Kerahiman Ilahi, melainkan mereka mendoakannya di waktu-waktu
lain juga.
Dengan mendoakan Novena
kepada Kerahiman Ilahi, kita sungguh menjadikan intensi-intensi Tuhan Yesus
sebagai intensi kita sendiri - sungguh suatu perwujudan nyata yang indah dari
hak dan kewajiban istimewa Gereja, sebagai Mempelai Kristus, menjadi pendoa di
sisi Kristus yang bertahta di atas singgasana belas kasih.
Novena kepada Kerahiman
Ilahi dapat dilihat pada booklet “Devosi kepada Kerahiman Ilahi” oleh Stefan
Leks; penerbit Kanisius 1993.
Sumber: 1. “The Divine
Mercy Message and Devotion” by Fr Seraphim Michalenko, MIC and Vinny Flynn;
published by the Archdiocesan Divine Mercy Devotion, Singapore; 2. Marians of
the Immaculate Conception; www.marian.org/divinemercy; 3.The Divine Mercy; www.thedivinemercy.org;
4. “Yesus Engkaulah Andalanku - Devosi kepada Kerahiman Ilahi” oleh Stefan
Leks; penerbit Kanisius 1993; 5. “Rasul Kerahiman Ilahi - Devosi kepada
Kerahiman Ilahi” oleh P. Ceslaus Osiecki, SVD, "Kemah Tabor", Pos
Mataloko 86461 - Flores; 6. tambahan dari berbagai sumber
Diperkenankan mengutip /
menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh
YESAYA: www.indocell.net/yesaya”