Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, April 30, 2017

AKU TAK AKAN GOYAH !



Daud adalah seorang gembala kawanan domba. Sehari-hari hidupnya berada di padang gurun guna menjaga kawanan ternak, milik keluarganya. Sebagai gembala ia tahu kapan ia harus membuka kandang domba dan menghantarnya ke padang rumput yang hijau, kapan ia membimbing domba-domba mendapatkan sumber air yang tenang. Ia juga tahu bagaimana ia membela domba-dombanya dari serangan singa, harimau dan serigala. Pengetahuannya sebagai gembala begitu mantap dan ia melakukan pekerjaan itu dengan baik.. Imannya akan Allah tampaknya tak tergoyahkan. Ia selalu mengatakan kepada dirinya sendiri: Aku tak akan goyah, sebab Allah bersertaku. Karena imannya akan Allah demikian hidup, juga pengalaman memimpin dan menjaga kawanan ternak sedemikian kaya, maka Allah mengangkat dia menjadi raja Israel menggantikan Saul. Daud dalam kepepimpinannya sebagai gembala dan raja memang tak pernah gentar terhadap lawan-lawannya.

Dalam pewartaannya hari ini Kisah Para Rasul menceritakan kesaksian Petrus tentang siapa itu Yesus Kristus, apa tujuan kedatangan-Nya ke dunia ini dan mengapa Ia disalibkan. Ia juga bersaksi bahwa Yesus yang sudah disalibkan itu telah bangkit dari antara orang mati sebab tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut, sebab dalam diri-Nya ada kekuatan dan kuasa mujizat yang sangat besar, yang dikerjakan Allah atas hidup dan karya-Nya. Saksi kebangkitan itu adalah dia sendiri serta para murid yang lain dan beberapa wanita, termasuk kesaksian raja Daud, nenek moyang mereka yang pernah berkata: “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (bdk Kis 2:22-33) . Allah sendiri telah berjanji kepada Daud bahwa salah seorang dari keturunannya akan duduk di atas tahtanya dan memerintah umat-Nya. karenanya Daud selalu berkata kepada diri-Nya sendiri bahwa Aku tak akan goyah !

Kesaksian Petrus dalam Kisah Para Rasul di atas diteguhkan oleh kesaksian dua murid yang berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan ke Emaus. Selagi keduanya berdiskusi tentang apa yang terjadi selama sepekan terakhir ini di Yerusalem, Yesus datang berjalan bersama dengan mereka, tetapi tak satu pun dari antara mereka yang mengenal Dia. Dalam perjalanan itu Yesus bertanya tentang thema diskusi mereka. Lalu keduanya berterus terang mengungkapkan kerinduan umat Israel atas Yesus. Setelah mendengar itu Yesus mencela kedegilan hati mereka karena tidak sanggup melihat apa tujuan kedatangan Yesus ke dunia dan mengapa Ia disalibkan. Mereka mendengar penjelasan itu dengan saksama tanpa mengenal siapa Dia. Setelah pemecahan roti, mereka mengenal-Nya tetapi Yesus langsung hilang. Kesaksian dua murid ini meneguhkan hati para murid yang lain bahwa Yesus sungguh-sungguh telah bangkit (bdk Luk 24:13-35).

Dalam suratnya kemudian Petrus menjelaskan bahwa Yesus wafat di salib untuk menebus dosa manusia sebab Allah tidak mau menebus kita dengan barang fana, juga bukan dengan perak dan emas melainkan dengan darah-Nya sendiri, darah yang tak bernoda dan tak bercacat supaya kita semua beroleh keselamatan abadi (1 Petr 1:17-21). Dengan penjelasan-penjelasan ini kita tahu sekarang: siapa itu Yesus, apa maksud kedatangan-Nya, mengapa Ia disalibkan dan mengapa Ia bangkit dari antara orang mati.

Jika kita semua percaya akan kebenaran ini maka seperti Daud kita dapat berkata kepada dunia ini: Aku tak akan goyah sebab Allah bersertaku ! Di sini saya juga ingin bersaksi bahwa: Jika Yesus itu hidup dan telah memberi seluruh hidup-Nya untuk menebus kita, maka untuk apa kita takut? Kita tidak boleh kalah terhadap pelbagai ancaman yang menyerang kita. Allah kita adalah Allah yang hidup, yang selalu menjaga kawanan-Nya dengan kasih yang tak berkesudahan !

Sabtu, April 29, 2017

YESUS MENYEPI KE GUNUNG (Peringatan St. Katarina)

Menyepi, bermeditasi dan berdoa di tempat yang sepi memberi jaminan perjumpaan yang akrab dengan Tuhan. St. Theresia Lisieux, kesempatan yang paling muda untuk berjumpa dengan Tuhan di saat kita berada dalam keheningan. Hutan dan gunung memberi jaminan keheningan itu. Tidak heran kalau kita melihat dalam perjalanan sejarah Gereja, biara-biara kontemplatip justru mencari tempat-tempat seperti ini. Suara burung-burung yang mencecit dan bersiul, serta tiupan angin sepoi-sepoi, sejuknya alam sekitar menambah gairah kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Suasana seperti ini sungguh membantu kita untuk masuk dalam kontemplasi. Mencari tempat sepi dalam retret tahunan para imam dan biarawan/wati atau umat awam merupakan kesempatan yang amat menyenangkan atau menguntungkan bagi mereka bila ingin mengalami perjumpaan yang dalam dengan Tuhan. Di tempat-tempat seperti ini mereka mencari kekuatan baru dari Tuhan.



Sesudah hiruk pikuk memberi pengajaran dan memberi makanan  bagi lima ribu orang, Yesus menyepi ke gunung untuk bermeditasi dan berdoa. Tak tahan menunggu lama, para murid pun menyeberang ke Kapernaum. Sesudah mereka mendayung dua tiga mil jauhnya barulah Yesus datang berjalan di atas air (Yoh 6:12-21). Ia melakukan semua itu dengan mudah karena kuasa Allah yang dimiliki-Nya. Kuasa doa-Nya telah membuat segala-galanya mungkin bagi-Nya. Tak ada yang mustahil. Tak usah ragu pada-Nya, bukan karena Allah itu biasa tetapi karena Allah itu mahakuasa atau mahabisa.



St. Katarina dari Siena, tanpa pendidikan yang memadai bisa menerima karunia Allah dan dia diangkat untuk menjadi pembimbing dan pelindung bagi Gereja yang suram. Ia masuk ordo ketiga St. Dominikus. Di dalam biara itu ia tetap melaksanakan doa, meditasi di samping melakukan karya amal dan kerasulan yang lain. Ia menjadi pusat perhatian semua anggota biara karena kerohanian dan kepribadiannya yang menarik. Lalu pada masa Gereja mengalami kesuraman dan kelesuan rohani akibat keteladanan hidup para imam dan pimpinan Gereja yang jauh dari semangat Injil. Di saat yang sangat buruk itu, dalam suatu penglihatan Yesus menyuruh Katarina untuk membuat surat kepada Paus Gregorius XI, para raja dan para uskup agar memperbaiki kehidupan Gereja dari dalam. Katarina dapat meyakinkan Paus bahwa istana Paus yang ada di Avignon, Perancis, harus dikembalikan ke Roma. Isi suratnya sungguh menggugah hati para pemimpin itu dan mereka mulai melakukan perbaikan. Doa Katarina yang disertai puasa yang keras telah membuatnya berhasil melaksanakan perintah Tuhannya.



Para murid Yesus dalam Gereja perdana semakin sibuk dalam urusan pengajaran dan doa. Sementara itu pertumbuhan jumlah umat semakin bertambah, keluhan-keluhan akibat kelalaian mereka untuk melakukan pekerjaan sosial – pembagian makanan dan barang-barang kepada para janda. Lalu atas keputusan bersama mereka mengangkat 7 orang daikon untuk melakukan pekerjaan itu, sedangkan mereka tetap mengajar dan berdoa (Kis 6:1-7). Kesibukan jasmani tidak bisa berjalan sekaligus dengan kesibukan rohani. Pembagian waktu dalam pelayanan harus dilakukan sedemikian rupa agar baik pelayanan rohani maupun pelayanan jasmani (sosial) lainnya dapat berjalan seimbang. Hidup ini tidak hanya cukup dengan mencari kesibukan jasmani, tetapi juga harus memberi waktu untuk memuji dan memuliakan nama-Nya dalam keheningan pribadi maupun bersama.      










Jumat, April 28, 2017

LIMA MENJADI LIMA RIBU DAN SISA 12 BAKUL

Ketika masih remaja kelas 2 SD hingga SMA saya gemar membaca Kitab Suci. Bacaannya kadang saya pilih cerita-cerita yang menarik. Cerita-cerita yang menarik itu selalu saya ulangi beberapa kali dan dalam hati selalu memendam rasa rindu, andaikan saya juga bisa melakukan mujizat seperti yang Yesus lakukan, pasti menyenangkan. Bagi saya kerinduan itu terpenuhi ketika menjadi imam yatitu memberi makanan surgawi kepada umat dalam ekaristi.

Perikop injil hari ini termasuk salah satu cerita yang selalu saya ulang-ulang untuk membacanya. Ceritanya menarik, Yesus diikuti oleh sekitar 5000 orang, tidak terhitung perempuan dan anak-anak, mereka semua sudah lapar karena sepanjang hari mereka mendengarkan pengajaran-Nya, lalu Yesus meminta para murid supaya menyediakan memberi mereka makan. Para murid protes karena tidak mungkin mendapatkan makanan bagi orang sebanyak itu. Tetapi kebetulan ada seorang anak yang membawa 5 roti dan 2 ikan. Anak itu memberinya kepada Yesus lalu diberikan kepada para murid untuk membagi-baginya kepada 5000 orang, tidak terhitung perempuan dan anak-anak. Setelah mereka selesai makan, sisanya dikumpulkan menjadi 12 bakul penuh. Lima menjadi 5000 lebih dan sisa 12 bakul. Sungguh sebuah mujizat yang luar bisa mengagumkan! (Yoh 6:1-15)


Ada tiga penjelasan rohani-biblis menyangkut peristiwa ini:


Pertama, semua orang membawa bekal namun saking egoisnya mereka tidak mau mengeluarkannya dari kantong masing-masing karena berpikir bagaimana membaginya kepada orang lain. Tetapi ketika melihat seorang anak memberinya kepada Yesus dan para murid-Nya, mereka pun mengeluarkan bekalnya masing-masing, mengumpulkannya bersama-sama pada satu tempat dalam kelompok 50 orang, lalu membaginya secara merata. Memberi dan membagi sama rata adalah sebuah pelajaran untuk bersikap sosial terhadap sesama. Pemberian anak itu menggerakkan hati semua orang lain untuk siap memberi. Ini mujizat dari kebaikan hati.


Kedua,  memang hanya anak itu yang mempunyai 5 roti dan 2 ekor ikan. Ia rela memberinya kepada Yesus. Yesus melakukan mujizat perbanyakan roti dan ikan lalu membaginya kepada orang sebanyak itu. Tuhan siap melakukan mujizat apabila ada dari antara mereka yang mau memberi dari miliknya. Yesus dan para murid memang tidak membawa bekal. Ia tidak dapat memberi mereka makan kalau tidak ada persiapan. Ketika persiapan makanan itu ada maka Ia menunjukkan kuasa-Nya untuk mempergandakannya. Anak itu mendapat rejeki tambahan dari pergandaan dari 5 (lima) menjadi 12 (dua belas). Setiap pemberian yang baik kepada-Nya, dibalas-Nya dengan berlimpah-limpah. Ia pernah bersabda: berbahagialah yang murah hatinya, sebab mereka akan memperoleh kemurahan.


Ketiga, Allah hadir di tengah umat-Nya bukan hanya mau memperhatikan hal-hal rohaniah tetapi juga memperhatikan kesejahteraan lahiriah manusia. Rohani dan jasmani harus bertumbuh seimbang sehingga dapat kita dapat memuji dan mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.


Pengajaran dan mujizat Yesus dilanjutkan para murid-Nya dalam karya mereka. Ketika mereka ditangkap karena perbuatan baik ini, Gamaliel salah seorang Farisi menasihati majelis agama agar hati-hati dalam bertindak terhadap para murid Yesus. Ia membuat perbandingan dengan para pemberontak sebelumnya. Ketika para pemimpinnya ditangkap dan dibunuh mereka bubar, sedangkan murid-murid Yesus ini bukannya bubar tetapi sebaliknya semakin berani dan juga melakukan mujizat. Saran Gamaliel didengar dan para rasul dilepas dan terus mewartakan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat (Kis 5:34-42).  

Pengorbanan para murid pada zaman Gereja Perdana sampai mereka masing-masing mati sebagai saksi Kristus, tidak sia-sia. Jumlah jemaat Kristiani hingga dewasa ini bertumbuh menjadi 1,5 milliar. Bukankah ini dapat ditafsir sebagai mujizat perbanyakan roti: dari 12 menjadi 3000 orang pada pembaptisan pertama dan pada zaman ini menjadi milliar pengikut-Nya yang tersebar di pelbagai Negara di bumi ini. 






Kamis, April 27, 2017

KUASA ROH KUDUS & KEBERANIAN UNTUK BERSAKSI !

Pada zaman ini tampaknya banyak orang enggan untuk bersaksi tentang kebenaran, karena pelbagai alasan keamanan. Tugas kenabian dalam kekristenan menjadi lemah karena orang takut ditangkap, dianiaya dan dibunuh. Akibatnya kejahatan semakin dipelihara dan merajalela, kebenaran semakin digerus – diabaikan, orang tidak takut akan dosa dan juga tidak takut pada Tuhan. Suara hati manusia semakin tumpul dan semangat pragmatis dalam hidup semakin berkembang. Berdosa atau tidak, yang penting hidup ini menyenangkan.

Para pemimpin Yahudi, pada zaman para rasul marah karena Petrus berterus terang menyampaikan kebenaran yang dia tahu dari pengajaran Yesus dan juga dari kesaksian Roh Kudus yang mereka terima pada hari Pentakosta. Para rasul membenarkan tindakan Yesus dalam hidup-Nya dan mengeritik para pemimpin yang menolak-Nya. Ketika imam besar, dengan keras melarang para rasul untuk berbicara tentang nama Yesus, Petrus menjawab: “kami harus lebih taat kepada Tuhan dari pada kepada manusia” (bdk Kis 5:27-33) Hidup ini bertujuan mengejar keselamatan dan setiap orang yang percaya akan Allah harus mencapai keselamatan itu dengan hidup benar dan kudus. Segala bentuk dosa yang dilakukan manusia adalah hambatan untuk menuju keselamatan itu, karena itu perbuatan dosa harus ditentang bukannya dipelihara atau dibiarkan tanpa ada yang memperbaikinya. Para rasul berani mengatakan semua itu karena mereka telah menerima hikmat dan karunia-karunia Roh Kudus pada hari Pentakosta.

Kebenaran tentang kedatangan Yesus Kristus dan karya-karya-Nya telah digarisbawahi oleh kesaksian Yohanes Pembaptis. Ia mengatakan: “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar” (bdk Yoh 3:31-36). Dalam perikop sebelumnya Yohanes mengaku bahwa Yesus itu Mesias sehingga ia bersaksi, membuka tali kasut-Nya pun ia tidak layak. Yohanes tahu bahwa ia mendahului kedatangan Yesus untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya. Yohanes memberi kesaksian ini karena ia telah melihat Roh Kudus turun atas Yesus pada saat Yesus dipermandikan olehnya di sungai Yordan. Yohanes bersaksi seperti itu karena kuasa Roh Kudus yang menyertainya.

Para rasul bersaksi karena Roh Kudus, Yohanes Pembaptis juga bersaksi karena Roh Kudus, demikian pun para kudus dalam Gereja memberi kesaksian tentang Yesus atas dasar kebenaran yang mereka pelajari dan karena kuasa Roh Kudus. Aliran kuasa Roh Kudus yang menyertai mereka semua tak bisa dibendung jalannya. Kebenaran yang berasal dari Allah hendaknya diberitakan ke segenap penjuru dunia. Nama Yesus pembawa kebenaran itu harus ditinggikan dan dimuliakan. Petrus sebagai kepala Gereja pertama, bertanggung jawab atas pengajarannya, karena ia sendiri adalah saksi mata dari semua karya Yesus, saksi mata dari penderitaan dan kebangkitan-Nya, saksi mata karena perjumpaan sesudah kebangkitan dan saksi mata dari kenaikan-Nya ke surga dan pengalaman menerima Roh Kudus. Semua pengalaman ini tak mungkin dibendungnya. Akhirnya Petrus juga menjadi martir karena ia tak pernah berhenti untuk menceritakan kesaksiannya tentang Yesus.    








Rabu, April 26, 2017

MALAIKAT DATANG MEMBANTU !

Misi pewartaan oleh para rasul di awal berdirinya Gereja merupakan misi yang sangat penting, sebab oleh pewartaan itu semua orang yang mendengarnya menjadi percaya dan dibaptis. Oleh pewartaan yang disertai dengan banyak mujizat ini pertumbuhan jemaat Gereja perdana sangat signifikan. Pertumbuhan ini membuat para pembesar Yahudi kuatir bahwa orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus ini akan menguasai Yerusalem. Karena itu mereka berusaha membungkam para rasul dengan banyak ancaman, menangkap dan memasukkan mereka ke dalam penjara. Tindakan jahat para pembesar ini membuat tentara surga turun tangan langsung.

Cerita Kisah Para Rasul hari ini dengan jelas menyebut bahwa ketika para rasul berada dalam penjara kota, seorang malaikat Tuhan datang menolong mereka membuka pintu-pintu penjara dan membawa mereka pergi dengan pesan: “Pergilah, berdirilah di Bait Allah, dan bertitakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak” (bdk Kis 5:7-26) Para rasul mentaati perintah itu dan mengajar di Bait Allah tanpa rasa takut! Ya, campur tangan Tuhan terhadap karya-karya baik manusia selalu terjadi, apalagi bila karya itu berhubungan dengan karya keselamatan-Nya. Dalam hal itu Dia selalu ada dan selalu siap menolong.  

Tuhan Yesus dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, seorang Farisi, mengatakan secara jelas bahwa kedatangan-Nya ke dunia ini membawa misi KESELAMATAN, sebuah MISI KASIH, supaya semua orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal, baik selagi masih hidup maupun sesudah mati. Tuhan Yesus telah melakukan misi ini secara sempurna (Yoh 3:16-21). Misi keselamatan dari Tuhan adalah misi yang sangat penting dan harus diteruskan hingga akhir zaman. Ia telah mempersiapkan para murid-Nya dengan baik dan pada hari Pentakosta Ia memperlengkapi mereka dengan kuasa dari surga, kuasa Roh Kudus.

Oleh kuasa Ilahi ini para murid mendapat jaminan bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan untuk keselamatan umat Allah akan dibantu secara penuh dari surga. Salah satu bantuan itu terjadi di saat malaikat datang membebaskan mereka dari penjara. Pengalaman seperti ini selalu terjadi dalam diri para kudus dan semua orang yang berkendak baik. Salah satu contoh yang saya ingat adalah Mgr. Savelberg, pendiri Serikat Sorrores Minores Sancti Josephi (SMSJ) yang kini disebut Serikat Dina Santu Yusuf (DSY). Ketika ia mendirikan tarekat ini banyak sekali cobaan dan tantangan yang dialaminya. Namun karena ia yakin ini adalah rencana Tuhan maka ia mengatakan dalam motto hidupnya: “Allah sudah menolong, Allah sedang menolong dan Allah akan senantiasa menolong”. Dia maju terus dan melakukannya.

Mungkin Anda dan saya saat ini bekerja untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan umat Allah, atau bekerja untuk menyelamatkan keluarga, komunitas dan bangsa. Semua pekerjaan  baik ini tidak akan terlepas dari pelbagai pencobaan dan godaan. Tetapi kalau kita yakin akan janji pertolongan Allah melalui Roh Kudus dan para malaikat-Nya, lakukan itu dengan tekun sampai tuntas. Allah pasti menolong dan akan selalu menolong !  




Selasa, April 25, 2017

ALLAH MENENTANG ORANG CONGKAK !

Kesombongan telah dipertontonkan kuasa jahat sejak manusia pertama, Adam dan Hawa diciptakan. Iblis berhasil membujuk Hawa dan Adam untuk melawan perintah Tuhan, demi kekuasaan yang diinginkan Iblis – Lucifer, malaikat cahaya. Iblis didepak ke dalam neraka, Adam dan Hawa diusir dari kedamaian Firdaus.

Ada banyak ayat dalam Kitab Suci yang mengatakan tentang kebenaran yang sama bahwa Allah menentang orang congkak. Ada banyak peristiwa dalam sejarah hidup manusia, dari masa ke masa, yang menggambarkan bagaimana orang-orang congkak itu binasa karena kecongkakan mereka. Namun gambaran-gambaran kebinasaan itu tampaknya tak pernah membuat manusia takut sebab di zaman ini semakin banyak lahir manusia-manusia congkak. Hal ini dapat kita dengar dari perkataan mereka yang sering meremehkan orang lain, dari tindakannya yang selalu merendahkan dan melukai sesamanya, sebab mereka merasa diri paling pintar, paling hebat dalam kekayaan, paling benar dan baik dalam agamanya, dll. Dalam sejarah manusia, orang congkak bisa menindas dan  membunuh orang lain sekehendak hati mereka.

St. Petrus dalam bacaan pertama hari ini dengan terus terang mengatakan: “Allah menantang semua orang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (1 Petr 5:6b-14).

Iblis, dalam diri mereka yang congkak dan suka meremehkan orang lain telah berkeliaran sekitar kita, pada masa kini sudah sungguh-sungguh nyata di negeri ini. Mereka telah mengadakan permufakatan jahat. Petrus menyarankan kita agar kita tetap rendah hati, menyerahkan segala kekuatiran kita dalam doa yang tekun kepada-Nya sambil berpuasa, serta melawannya dengan iman yang teguh. Biarkan Tuhan sendiri mengadili hidup ini sesuai dengan rancangan-Nya yang mulia. Rancangan Tuhan adalah rancangan keselamatan, entah rancangan itu datang dalam bentuk penderitaan atau dalam bentuk sukacita, semua itu bertujuan untuk keselamatan. Jangan takut !

Tugas kita untuk mewartakan kabar gembira sesuai dengan pesan Tuhan sendiri sebelum kenaikan-Nya ke surga tetap menjadi prioritas kita. Yang percaya akan diselamatkan, yang tidak percaya akan ada hukumannya. Jaminan keselamatan kita sebagai pewarta dan saksi-Nya tetap tersedia sesuai dengan janji-Nya, para rasul telah merasakan atau mengalami semua janji itu (Mrk 16:15-20). Dunia dan hidup ini bukan milik orang congkak tetapi milik Allah. Allah sendiri dengan mata-Nya yang penuh kasih akan mengadili kita dengan kasih. Barangsiapa yang tidak memiliki kasih karena kecongkakannya, mereka akan kehilangan kasih Allah, sebaliknya barangsiapa yang memiliki kasih karena kerendahan hatinya, mereka akan menerima kasih berlimpah.

St. Markus yang pestanya kita rayakan hari telah hidup dalam kasih dan telah mencatat segala peristiwa Yesus secara detail tetapi singkat. Dia yang menulis Injil paling pertama.   






Senin, April 24, 2017

DOA MOHON TANDA DAN MUJIZAT !

Dalam sebuah acara Kebangunan Rohani Katolik yang diadakan oleh seorang imam di sebuah tempat pertemuan umum, imam bersangkutan mengajak semua orang yang hadir, kurang lebih 1000-an orang, supaya mengulurkan tangannya ke arah seseorang  yang sedang duduk di kursi rodanya karena lumpuh. Orang lumpuh tersebut sudah menderita lebih dari 10 tahun. Imam itu meminta agar semua yang hadir berdoa dalam roh dengan intensi untuk kesembuhan si lumpuh itu. Sesudah 15 menit mereka berdoa si lumpuh itu bangkit dari kursi rodanya dan mulai berjalan, awalnya perlahan-lahan tetapi kemudian ia berjalan seperti sediakala di saat ia sehat. Si lumpuh itu menangis dan bersyukur atas mujizat itu. Semua yang menyaksikan peristiwa itu langsung bersyukur dan menyanyi dalam roh (singing in the spirit).

Pada saat Petrus dan Yohanes dilepaskan oleh tua-tua Israel, mereka menceritakan segala sesuatu kepada seluruh anggota jemaat yang selalu mendoakan mereka. Mendengar kesaksian kedua murid ini mereka serempak berdoa lagi dalam roh dan kebenaran, memohon kepada Tuhan agar Ia mengulurkan tangan-Nya untuk tetap mengadakan tanda-tanda dan mujizat-Nya. Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus. Sesudah itu para rasul semakin berani mewartakan nama Tuhan ke mana-mana, tanda-tanda serta mujizat selalu terjadi. Hal ini membuat mereka semakin teguh dalam iman akan Tuhan (bdk Kis 4:23-31).

Pada zaman ini di mana-mana kita mendengar kesaksian tentang tanda dan mujizat yang dikerjakan Tuhan melalui orang-orang tertentu atau melalui banyak orang dalam pertemuan-pertemuan rohani. Memang, Tuhan kita hidup. Dia selalu hadir untuk melakukan semua pekerjaan baik sesuai dengan kerinduan umat-Nya dan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Gereja hidup dan bertumbuh oleh karya Roh Kudus, Roh Allah melalui tanda dan mujizat, baik yang tak kelihatan maupun yang kelihatan. Karena itu, DOA merupakan sarana yang sangat penting bagi hidup beriman, sebab melalui doa, Tuhan akan terus menerus menyertai Gereja dengan berkat dan karunia-karuniaNya.

Ketika Nikodemus menjumpai Yesus, ia mengagumi karya-Nya dan berkata: “jikalau Allah tidak menyertai-Mu, mustahil semua tanda dan mujizat ini dapat terjadi”. Yesus pun memberi penjelasan panjang lebar tentang semua itu dengan kesimpulan: bahwa seseorang harus dilahirkan kembali dalam roh supaya tanda dan mujizat itu dapat terjadi (bdk Yoh 3:1-8). Dilahirkan kembali dalam roh, itulah pengalaman rohani yang sungguh menggugah hati banyak orang pada zaman ini. Dalam hidup dan karyanya mereka sungguh mengalami bagaimana Tuhan melakukan mujizat dan tanda, sehingga sering terjadi banyak orang meninggalkan pekerjaan utamanya dan beralih menjadi pewarta yang rela diutus kemana-mana untuk mewartakan nama Tuhan. Misalnya di Eropa muncul sebuah komunitas baru yang disebut You-Cath atau di Indonesia muncul KTM muda. Mereka ini siap diutus menjadi volunteer, pergi ke tempat-tempat baru atau juga yang terpencil guna mengadakan evangelisasi atau juga re-evangelisasi.

Berdoa memohon Tuhan mengadakan tanda dan mujizat bukan hanya doa dari jemaat perdana, tetapi di zaman penuh godaan dan kejahatan masa kini, kiranya doa ini menjadi doa kita yang paling mendesak, memohon Tuhan melakukan tanda dan mujizat itu, dan dengan demikian semakin banyak orang boleh mengalami sentuhan kasih Allah yang dapat menobatkan orang bila mereka berdosa, menyembuhkan jika mereka sakit, meneguhkan bila mereka goyah, membebaskan bila merasa terpenjara oleh masalah-masalah hidup dst.    






Minggu, April 23, 2017

MINGGU KERAHIMAN ILAHI (dikutip dari Yesaya Indocell)

Buku Catatan Harian St Faustina memuat setidak-tidaknya empatbelas bagian di mana Tuhan kita meminta suatu “Pesta Kerahiman Ilahi” ditetapkan secara resmi dalam Gereja.



“Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)”



Tergerak oleh permenungan akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, maka Bapa Suci Yohanes Paulus II menghendaki agar sejak saat ditetapkannya, Minggu Paskah II secara resmi dirayakan sebagai Minggu Kerahiman Ilahi oleh segenap Gereja semesta. Hal ini dimaklumkan beliau pada tanggal 30 April 2000, tepat pada hari kanonisasi St Faustina Kowalska. Lebih lanjut, Paus Yohanes Paulus II memberikan tugas kepada para imam, sebagaimana tercantum dalam Dekrit Penitensiary Apostolik 29 Juni 2002, untuk memberikan penjelasan kepada umat Katolik mengenai Minggu Kerahiman Ilahi ini.   



http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/4810a0a0.png PENGHORMATAN LUKISAN KERAHIMAN ILAHI



Lukisan Yesus, Allah yang Maharahim, hendaknya mendapat tempat terhormat yang istimewa pada Pesta Kerahiman Ilahi, sebagai suatu sarana pengingat yang kelihatan atas segala yang telah Yesus lakukan bagi kita melalui Sengsara, Wafat dan Kebangkitan-Nya .… dan juga, sebagai sarana pengingat akan apa yang Ia kehendaki dari kita sebagai balasannya, yaitu percaya penuh kepada-Nya dan berbelas kasih kepada sesama.



“Aku menghendaki lukisan ini diberkati secara khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah, dan Aku menghendaki lukisan ini dihormati secara umum agar setiap jiwa dapat tahu mengenainya (341).”



http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/4810a0a0.png INDULGENSI KHUSUS PADA MINGGU KERAHIMAN ILAHI



Tuhan kita berjanji untuk menganugerahkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman pada Pesta Kerahiman Ilahi, seperti dicatat sebanyak tiga kali dalam Buku Catatan Harian St Faustina; setiap kali dengan cara yang sedikit berbeda:



“Aku akan menganugerahkan pengampunan penuh kepada jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman Ilahi (1109).”



“Jiwa yang menghampiri Sumber Hidup pada hari ini akan dianugerahi pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (300).”



“Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699).”



Sebagai kelanjutan dari dimaklumkannya hari Minggu pertama sesudah Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi, Imam Agung di Roma, terdorong semangat yang berkobar untuk menggairahkan semaksimal mungkin praktek Devosi Kerahiman Ilahi dalam diri umat Kristiani dengan harapan mendatangkan buah-buah rohani yang berguna bagi kaum beriman, maka pada tanggal 13 Juni 2002 beliau memaklumkan bahwa Gereja memberikan indulgensi, baik indulgensi penuh maupun sebagian, kepada mereka yang mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi dengan syarat-syarat seperti yang ditetapkan Gereja.



http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/4810a0a0.png RAHMAT-RAHMAT LUAR BIASA



Satu hal tampak jelas: melalui janji di atas, Tuhan kita menekankan nilai tak terhingga Sakramen Tobat dan Komuni Kudus sebagai mukjizat-mukjizat belas kasih-Nya. Tuhan ingin kita menyadari bahwa karena Ekaristi adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya Sendiri, maka Ekaristi adalah “Sumber Hidup” (300). Ekaristi adalah Yesus, Ia Sendiri, Allah yang Hidup, yang rindu mencurahkan DiriNya sebagai Belas kasih ke dalam hati kita.



Dalam penampakan-penampakan-Nya kepada St Faustina, Tuhan kita menunjukkan dengan jelas apa yang Ia tawarkan kepada kita dalam Komuni Kudus dan betapa amat melukai hati-Nya apabila kita acuh tak acuh terhadap kehadiran-Nya:



“Sukacita-Ku yang besar adalah mempersatukan DiriKu dengan jiwa-jiwa. Apabila Aku datang ke dalam hati manusia dalam Komuni Kudus, tangan-tangan-Ku penuh dengan segala macam rahmat yang ingin Aku limpahkan atas jiwa. Namun, jiwa-jiwa bahkan tak mengindahkan Aku; mereka mengacuhkan DiriKu dan menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Oh, betapa sedih Aku sebab jiwa-jiwa tak mengenali Kasih! Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati (1385)….”



“Sungguh amat menyakitkan hati-Ku apabila jiwa-jiwa religius menerima Sakramen Cinta Kasih hanya karena kebiasaan belaka, seolah mereka tak mengenali santapan ini. Aku tak mendapati baik iman maupun kasih dalam hati mereka. Aku datang ke dalam jiwa-jiwa demikian dengan keengganan besar. Akan lebih baik seandainya mereka tak menerima Aku (1258)….”



“Betapa menyakitkan Aku bahwa jiwa-jiwa begitu jarang mempersatukan dirinya dengan-Ku dalam Komuni Kudus. Aku menanti jiwa-jiwa, dan mereka acuh tak acuh terhadap-Ku. Aku ingin mencurahkan rahmat-rahmat-Ku atas mereka, tetapi mereka tak hendak menerimanya. Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati, padahal Hati-Ku penuh cinta dan belas kasih. Agar engkau dapat memahami setidak-tidaknya sedikit rasa sakit-Ku, bayangkanlah seorang ibu yang paling lembut hati, yang amat mengasihi anak-anaknya, namun anak-anaknya itu menolak kasihnya. Bayangkan betapa pilu hatinya. Tak seorang pun akan mampu menghibur hatinya. Begitulah, gambaran akan kasih-Ku (1447).”



Jadi, janji Tuhan kita akan pengampunan penuh merupakan suatu peringatan sekaligus panggilan. Suatu peringatan bahwa Ia nyata hadir dan nyata hidup dalam Ekaristi, berlimpah kasih bagi kita, menanti kita datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan. Suatu panggilan bagi kita semua untuk dibasuh bersih dalam Kasih-Nya melalui Sakramen Tobat dan Komuni Kudus - tak peduli betapa berat dosa-dosa kita - dan kita memulai hidup baru kembali. Yesus menawarkan kepada kita suatu permulaan yang baru, suatu lembaran yang bersih.



Agar dapat sungguh memahami janji ini, kita perlu melihatnya dalam konteks janji-janji lain yang Tuhan Yesus tawarkan kepada kita dalam Pesta Kerahiman. Ia tidak hanya menawarkan satu rahmat saja, melainkan rahmat-rahmat yang tak terhingga:



“Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman. Pada hari itu seluruh pintu-pintu rahmat Ilahi dari mana rahmat-rahmat mengalir akan dibuka (699).”



Dalam “Penilaian Resmi” Sensor Teologis Kedua atas catatan-catatan St Faustina, kita dapati penjelasan terperinci mengenai limpahan rahmat istimewa ini:



“Agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat sungguh menjadi suatu pengungsian bagi segenap jiwa-jiwa, kemurahan hati Yesus yang terdalam dibuka lebar pada hari ini guna mencurahkan ke atas jiwa-jiwa, tanpa menahan-nahan sedikit pun, segala macam dan segala tingkatan rahmat - bahkan yang belum pernah dikenal sekalipun. Kemurahan hati ini merupakan … motivasi untuk memohon kepada Kerahiman Ilahi, dengan kepercayaan penuh serta tanpa batas, segala karunia rahmat yang ingin Tuhan curahkan pada hari Minggu ini….”



Apakah yang harus kita lakukan agar memperoleh rahmat-rahmat yang ingin Tuhan curahkan atas kita? Lagi, “Penilaian Resmi” Sensor Teologis Kedua menyajikan jawabnya:



“Karena kepercayaan penuh merupakan sarana menghampiri Belas Kasih Ilahi, patut kita simpulkan bahwa makna mendalam dari harapan dan janji-janji sehubungan dengan Pesta Kerahiman Ilahi adalah sebagai berikut: Pada hari Pesta-Nya, Yesus ingin menganugerahkan kepada kita semua - teristimewa orang-orang berdosa - suatu limpahan rahmat yang luar biasa. Dan karenanya, pada hari ini Ia menanti kita datang menghampiri Kerahiman-Nya dengan kepercayaan semaksimal mungkin.”



http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/4810a0a0.png BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN PANTAS?



Salah satu cara yang terpenting, tentu saja, dengan menyambut Komuni Kudus pada hari Minggu Kerahiman Ilahi dan menerima Sakramen Tobat yang bahkan dapat dilakukan sebelum Pekan Suci; sepanjang Masa Prapaskah merupakan persiapan untuk menyambut Minggu Kerahiman Ilahi!



Tetapi, kita tidak hanya sekedar dipanggil untuk mohon belas kasih Tuhan dengan penuh kepercayaan, melainkan kita juga dipanggil untuk berbelas kasih kepada sesama. Perkataan Tuhan kita kepada St Faustina mengenai tuntutan untuk berbelas kasih kepada sesama sangat tegas dan jelas:



“Ya, hari Minggu pertama sesudah Paskah adalah Pesta Kerahiman Ilahi, namun demikian haruslah ada perbuatan-perbuatan belas kasih…. Aku menuntut dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya” (742).



Novena Kerahiman Ilahi



Pada hari Jumat Agung 1937, Yesus meminta St Faustina mendoakan suatu novena khusus menjelang Pesta Kerahiman Ilahi; novena dimulai pada hari Jumat Agung hingga Sabtu sebelum Minggu Paskah II. Yesus Sendiri yang mendiktekan intensi-intensi novena untuk tiap-tiap hari. Dengan novena ini, St Faustina diminta untuk membawa kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sekelompok jiwa-jiwa yang berbeda setiap hari dan membenamkan mereka ke dalam samudera belas kasih-Nya, mohon pada Allah Bapa - dengan mengandalkan jasa-jasa Sengsara Yesus - rahmat-rahmat bagi mereka.



Tidak seperti Novena Koronka, yang dengan jelas Tuhan kehendaki agar setiap orang mendaraskannya, Novena Kerahiman tampaknya diperuntukkan terutama bagi kepentingan pribadi St Faustina. Hal ini dapat dilihat dari perintah Tuhan, di mana Tuhan menyebutkan kata “kamu” dalam bentuk tunggal.



Namun demikian, karena St Faustina diperintahkan untuk menuliskannya, pastilah Tuhan bermaksud agar novena didoakan oleh yang lain juga. Begitu diterbitkan, novena segera menjadi sangat populer; orang banyak mendoakan novena, bukan hanya sebagai persiapan merayakan Minggu Kerahiman Ilahi, melainkan mereka mendoakannya di waktu-waktu lain juga.



Dengan mendoakan Novena kepada Kerahiman Ilahi, kita sungguh menjadikan intensi-intensi Tuhan Yesus sebagai intensi kita sendiri - sungguh suatu perwujudan nyata yang indah dari hak dan kewajiban istimewa Gereja, sebagai Mempelai Kristus, menjadi pendoa di sisi Kristus yang bertahta di atas singgasana belas kasih.



Novena kepada Kerahiman Ilahi dapat dilihat pada booklet “Devosi kepada Kerahiman Ilahi” oleh Stefan Leks; penerbit Kanisius 1993.



Sumber: 1. “The Divine Mercy Message and Devotion” by Fr Seraphim Michalenko, MIC and Vinny Flynn; published by the Archdiocesan Divine Mercy Devotion, Singapore; 2. Marians of the Immaculate Conception; www.marian.org/divinemercy; 3.The Divine Mercy; www.thedivinemercy.org; 4. “Yesus Engkaulah Andalanku - Devosi kepada Kerahiman Ilahi” oleh Stefan Leks; penerbit Kanisius 1993; 5. “Rasul Kerahiman Ilahi - Devosi kepada Kerahiman Ilahi” oleh P. Ceslaus Osiecki, SVD, "Kemah Tabor", Pos Mataloko 86461 - Flores; 6. tambahan dari berbagai sumber



Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”


KELOMPOK BASIS GEREJANI !



Pembentukan Kelompok Basis Gereja atau nama lainnya Kelompok Umat Basis yang kini berkembang dalam Gereja Katolik adalah adopsi dari semangat hidup menggereja dari mereka yang hidup pada zaman Gereja perdana. Pembagian umat ke dalam kelompok diatur menurut jumlah kepala keluarga. Satu kelompok terdiri dari 15 – 20 kepala keluarga. Visi misi kelompok basis gerejani ini boleh dibilang sama dengan visi misi jemaat Gereja perdana: satu dalam doa dan sabda untuk saling membantu dalam suka dan duka !

Visi misi Kelompok Basis Gerejani dibuat demikian karena cita-cita yang mau dicapai dalam persekutuan itu adalah cara hidup umat Allah Gereja Perdana yang selalu: rela berbagi kepada mereka yang berkekurangan, rajin berdoa (pribadi/bersama), rajin mengikuti perayaan ekaristi/kebaktian, tekun membaca Kitab Suci dan rajin mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan (bdk Kis 2:41-47). Visi misi ini menjadi ideal karena:

1.      Kita adalah anggota dari Gereja Kristus yang sama: katolik, kudus dan apostolik (bersatu kita teguh bercerai kita runtuh).
2.      Sebagai anggota Gereja yang sama, perlu kokoh dalam iman, harap dan kasih kepada Tuhan.  
3.      Kita perlu saling mendoakan, membantu satu sama lain dalam suka dan duka.
4.      Supaya kita bisa mengenal satu sama lain dan siap melayani dalam semangat rela berkorban.

Cara hidup seperti di atas adalah cara hidup baru dari persekutuan umat Allah yang dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus. Suatu cara hidup tanpa kekuatiran dan kecemasan akan kekurangan, akan permusuhan, benci dan dendam tetapi yang mempersatukan kita dalam semangat kerja sama. Kata Petrus: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.” (bdk 1 Petr 1:3-9)

Dasar visi misi Kelompok Basis Gerejani di atas bertolak dari iman yang teguh akan karya Yesus Kristus, sejak kedatangan-Nya ke dunia ini hingga Ia kembali ke rumah Bapa-Nya. Keyakinan itu Tuhan dan Juru Selamat. Tanpa keyakinan ini Gereja Perdana mustahil dapat dibentuk. Tanpa keyakinan itu juga Kelompok Basis Gerejani tidak akan hidup, bertumbuh dan berkembang secara baik. Kendala yang dirasakan sekarang dalam kebersamaan Kelompok Basis Gerejani adalah Kristus hanya dilihat sebagai tokoh yang biasa, bukan Kristus yang hidup, yang bisa menjadi Andalan untuk menyediakan kekayaan rohani dan jasmani. Semua ini disebabkan oleh iman yang suam-suam kuku, tanpa nyawa rohani yang dihasilkan oleh doa, sabda, ekaristi serta semangat untuk berbagi. Maka Kelompok Basis Gerejani yang ada saat ini hanyalah sebuah nama bukan sebuah persekutuan yang menghasilkan banyak buah kehidupan yang menggerakkan seluruh potensi kehidupan dalam Gereja.

Kelompok Basis Gerejani kini perlu pembaharuan oleh kuasa Roh Kudus, roh yang membuatnya bangkit, hidup dan begerak seperti Kristus yang bangkit dari antara orang mati !   







 

Adhitz Ads