Berada
di tempat yang rendah dikelilingi gunung atau bukit yang tinggi, tinggal di lembah
dan ngarai yang dalam, dilihat dari segi pemandangannya rasanya kurang
menyenangkan. Pandangan kita kemana-mana amat terbatas, mudah diterjang banjir.
Namun kalau tidak ada lagi tempat lain yang lebih baik dari pada itu, maka
setiap orang yang berdiam di situ harus menerima kenyataan bahwa keadaan itu
adalah yang terbaik. Dalam penerimaan itu ada semacam sikap pasrah. Mendapat kedudukan
rendah, miskin, tak punya apa-apa dalam masyarakat sering diremehkan orang. Namun
orang-orang seperti ini biasanya rendah hati….
Sedangkan
berada di tempat yang tinggi, di bukit atau di gunung pasti menyenangkan karena
pemandangan yang bagus dan bisa melihat ke segala arah. Memiliki kedudukan yang
tinggi sebagai pejabat selalu menjadi
incaran para politikus dunia karena jabatan itu memberi mereka kekuasaan,
fasilitas dan bisa menjadi terkenal, dihormati dan disanjung. Namun semakin
tinggi kedudukan seseorang semakin rawan dengan kritikan, semakin banyak musuh,
dan semakin rentan dengan godaan-godaan. Jika mereka tidak waspada dan menjadi
sombong dengan kekuasaan itu maka pintu menuju kejatuhan akan terbuka lebar.
Hari
ini Tuhan Yesus mengatakan kepada para murid-Nya: “barangsiapa meninggikan
dirinya akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan dirinya akan ditinggikan”
(Luk 14:1.7-11). Sabda ini menjadi “warning – peringatan keras” untuk setiap
anak manusia yang suka menyombongkan diri dan suka mencari-cari kekuasaan dan
bermain-main dengan kekuasaan. Sebab, berada di tempat yang tinggi,
berkedudukan tinggi, menjadi godaan besar bagi orang-orang yang suka
menyombongkan diri. Bila lupa daratan dan termakan godaan maka maka kata “direndahkan”
akan bakal terjadi dalam hidup mereka.
Meskipun
Tuhan tidak pernah menolak setiap orang yang jatuh dalam dalam dosa, juga tidak
pernah menolak orang-orang pilihan-Nya demi kasih-Nya yang amat besar, namun
menjaga hubungan baik dengan Tuhan dan sesama dalam semangat kerendahan hati selalu
menjadi keutamaan yang dianjurkan oleh para bapa rohani termasuk St. Paulus
dalam bacaan pertama hari ini. Secara tak langsung Paulus mengatakan: jangan
menganggap dirimu pandai! (bdk Rom 11:25-29) Hemat saya pernyataan ini punya
konotasi “jangan sombong”. Bahaya kesombongan adalah meremehkan sesama dan
dengan meremehkan sesama seseorang secara tak langsung meremehkan Tuhannya.
Orang
Israel, sebelum dan pada zaman Yesus sering meremehkan sesamanya, akhirnya
mereka jatuh dalam dosa ketidaktaatan terhadap perintah Allah. Dosa ini yang
menjerumuskan mereka ke dalam penderitaan.