Sejak
zaman para rasul, usai menerima pencurahan kuasa Roh Kudus, para pewarta yang
diutus kemana-mana bersaksi dengan kuasa Roh Kudus. Hati mereka berkobar-kobar
untuk bercerita tentang pengalaman hidup mereka ketika melihat, merasakan dan
mengalami kehadiran Yesus dalam hidup mereka masing-masing. Dipimpin oleh kuasa
Roh Kudus mereka tidak takut kepada siapa pun, juga tidak takut akan
bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan hidup mereka. Menderita karena
Kerajaan Allah adalah sebuah pahala demi keselamatan hidup mereka sendiri dan
keselamatan orang lain. Pandangan penuh iman dan harapan ini tidak pernah
menggoyahkan hati dan pikiran mereka untuk berhenti bersaksi. Inilah pekerjaan
Roh Kudus yang mengurapi mereka. Hasilnya dapat kita lihat melalui perkembangan
dan pertumbuhan Gereja sepanjang masa sejak awal hingga saat ini.
Tuhan
Yesus melakukan mujizat pada hari ini dengan kuasa Roh Allah yang ada pada-Nya.
Ia tahu bahwa hari itu hari Sabat. Hukum Musa melarang setiap orang Yahudi
bekerja pada hari Sabat. Mendoakan dan menyelamatkan orang sakit pada hari
Sabat itu termasuk “bekerja”. Orang-orang Farisi adalah orang-orang yang paling
konservatif menjalankan hukum Sabat sebab mereka lebih taat pada hukum itu dari
pada hukum cinta kasih. Sebelum menolong orang sakit yang datang kepada-Nya
Yesus menanyakan pendapat mereka: “manakah lebih baik, membiarkan orang itu
tetap sakit ataukah harus menolong guna membebaskan dia dari penderitaannya?. Jika
lembumu masuk ke dalam sumur pada hari Sabat, apakah kamu membiarkannya”?
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bisa mereka jawab, karena pandangan Yesus lebih
benar dari pada pikiran picik mereka. Lalu Yesus menyembuhkan orang yang busung
air itu.
Yesus
penuh Roh Kudus. Ia tahu mana yang benar mana yang salah. Menolong orang yang
menderita atau menyembuhkan orang sakit adalah prioritas kita dalam hidup ini. Setiap
saat kita harus melayani mereka, apakah itu hari Sabat, hari raya ataukah hari
biasa. Dalam prakteknya kita lihat sendiri, rumah-rumah sakit dan klinik-klinik
dibuka 24 jam setiap hari. Para dokter dan perawat serta bidan-bidan secara
bergilir bekerja melayani orang-orang sakit di situ. Keselamatan hidup manusia
adalah prioritas, siapapun mereka, sebab kita semua adalah citra Allah.
Dalam
keyakinan akan keselamatan itu St, Paulus dengan penuh iman mengatakan: “Aku rela terkutuk demi saudara-saudaraku. Aku
mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut
bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati”
(bdk Rom 9:1-5). Mengapa Paulus berkata demikian? Ia sedih karena kaum Yahudi
dan juga bukan Yahudi lebih taat pada hukum lama dari pada hukum baru yang ia
wartakan. Ia tahu ia sudah mengorbankan hidupnya demi ajaran baru ini, demi
Yesus Kristus, Mesias yang sudah dijanjikan dalam perjanjian lama. Sejak pertobatannya
ia tak pernah ragu dengan keyakinan barunya. Roh Kudus telah memeterai kebenaran
itu dalam pikirannya dan Roh Kudus juga yang berbicara dalam dia. Roh Allah juga
yang mengobarkan hati setiap murid Tuhan untuk mengatakan semua kebenaran. Dengan
demikian keyakinan kita akan Allah yag mengutus Yesus Kristus tak pernah
menjadi sia-sia !