Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Jumat, September 30, 2016

ST. HIERONIMUS, BAPA DARI KITAB SUCI !



Memberi gelar kepada St. Hieronimus sebagai bapa dari Kitab Suci, bukan tanpa alasan. Dalam hubungan dengan Kitab Suci, saya boleh mengatakan: dialah orang kudus terhebat dalam urusan dengan Kitab Suci. Mengapa? Salah satu alasan mengapa bulan September kita jadikan sebagai Bulan Kitab Suci Nasional, tidak lain karena pesta St. Hieronimus setiap tahun jatuh pada tanggal 30 September. Mengapa kegiatan ini dihubungkan dengan Pesta St. Hieronimus? Jawabannya, karena ia punya jasa yang sangat besar dalam hal Kitab Suci itu. Apa dan bagaimana jasanya?

Hieronimus  anak dari seorang kaya raya tetapi sangat kristiani karena mendidik anak-anaknya seturut kebiasaan-kebiasaan kristiani dan kerja keras. Pada usia 12 tahun Hieronimus sudah dikirim ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Ia minta dibaptis Paus Liberius setelah ia bertobat dari kehidupan yang kurang tertib. Rahmat permandian itu membuat dia berubah menjadi tekun berdoa, berziarah ke makam para martir dan para rasul. Hal ini membuat hidup rohaninya semakin berkembang. Setelah ke sana kemari mencari keheningan doa dan puasa di bawah bimbingan Uskup Valerianus dan para rabbi, ia belajar bahasa Ibrani dan Yunani. Dengan bekal-bekal itu ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam.

Kemudian ia dikirim ke Roma menjadi sekretaris Paus Damasus. Karena kepandaiannya berbahasa Yunani dan Latin ia ditugaskan paus ini untuk menerjemahkan seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Supaya lebih fokus dengan tugas berat itu ia pindah ke Betlehem.
Ia tinggal di Betlehem selama 30 tahun fokus dengan pekerjaan yang sama. Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke daam bahasa Latin sedangkan Perjanjian Baru dari Yunani ke Latin.  Terjemahan itu tuntas dan menyenangkan banyak orang yang membacanya, karena itu terjemahannya disebut Vulgata yang artinya populer, yang kita pakai hingga saat ini sebagai yang resmi dan syah dalam Gereja Katolik. Karena alasan ini maka ia disebut Kitab Suci yang hidup.

Selain itu ia dikenal sebagai pembela iman katolik yang gigih melawan bidaah pelagianisme yang meyakini bahwa dosa asal tidak merusak hakikat manusia sebagai ciptaan Allah. Maka selamat tidaknya manusia bukan karena tindakan Tuhan tetapi harus dikendalikan oleh dirinya sendiri. Yesus Kristus hanyalah orang baik yang hidupnya bisa diteladani bukan yang menyelamatkan kita. Kendatipun semua ini berat namun Hieronimus tetap menulis dan mengajar hingga wafatnya. Kemudian karena jasanya ini ia digelar kudus sekaligus pujanggga Gereja.

Ketika Ayub berada dalam derita yang mengerikan ia mendengar suara Tuhan yang menyampaikan banyak pertanyaan tentang banyak hal dalam hubungan dengan kehidupannya. Ayub tak sanggup menjawab, ia diam dan tidak berani melawan Tuhannya. Dalam keheningan ia menjalani semua derita itu sambil berusaha memahami apa maksud Tuhan bagi dirinya atas semua peristiwa buruk itu (Ayb 38:1.12-21;39:36-38). Seperti St. Hieronimus ia mencari keheningan padang gurun untuk bisa memahami sabda Tuhan yang dia geluti dalam tugas terjemahan itu.

Tuhan tidak mendatangkan pencobaan tetapi membiarkan pencobaan, jika berjalan dalam kehendaknya sendiri, agar manusia belajar memahami segala bentuk penyelanggaraan Allah dalam suka dan duka. Hari ini dalam Injil Yesus mengingatkan kita agar tidak menolak Dia seperti mereka yang berdiam di Betsaida, Khorazim dan Kapernaum. Dalam hidup ini Allah telah menunjukkan jalan-Nya melalui karya-karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Yesus adalah SABDA yang telah menjelma maenjadi manusia (Luk 10:13-16). St. Hieronimus telah memahami YESUS dan karyaNya secara sempurna dalam tugasnya menerjemahkan Alkitab, sehingga ia sendiri digelar sebagai Bapa dari Kitab Suci. Melalui sabda-Nya kita sanggup memahami Allah dan segala rencana-Nya bagi hidup kita. Membaca Kitab Suci dan merenungkannya setiap hari adalah cara untuk memahami karya kasih Tuhan dalam hidup ini. Semoga dengan cara ini juga kita disemangati untuk mewartakan YESUS ke segenap penjuru dunia.  

Kamis, September 29, 2016

KERAJAANNYA TAK AKAN BINASA ! (pesta Tiga Malaikat Agung)



Daniel, seorang pemuda Israel yang dipilih menjadi nabi. Ia mempunyai banyak karunia yang diterimanya dari Tuhan, sehingga ia dipakai Tuhan untuk menyelamatkan banyak orang Israel di saat pembuangan di Babilon. Misalnya: ia bisa menafsir mimpi raja sampai ia ditawarkan kedudukan tinggi dalam kerajaan Nebukadnezar, tetapi ia menolaknya. Daniel tetap bertahan dalam keyakinannya akan kuasa Allah yang mahatinggi, yang tak mungkin ditaklukan oleh kuasa manapun di bumi ini.

Dalam bacaan pertama hari ini Daniel melalui karunia penglihatan ia melihat tentang megahnya kuasa yang mahatinggi itu. “Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab” (Dan 7:-10). Penglihatan ini mengajarkan kita akan adanya kuasa Allah yang mahatinggi, yang kita katakan surga. Kuasa yang mahatinggi itu dijaga dan disembah oleh para malaikat-Nya, termasuk tiga malaikat agung yang pestanya kita rayakan hari ini. Daniel mengajarkan kita akan adanya surga, di mana kekuasaan Allah hadir untuk memerintah surga dan bumi beserta segenap ciptaan-Nya. Kerajaan itu bukan fiktif meskipun tidak bisa dilihat dengan mata biasa selain mata iman dan mereka yang memiliki karunia penglihatan. Allah ada dan bertahta dalam kerajaan-Nya. Cerita tentang surga bukan rekayasa para nabi dan dongeng dari para kudus. Ke surga itulah tujuan akhir perjalanan kita di bumi ini.

Guna menghantar kita menuju surga itulah Tuhan berinkarnasi menjadi manusia, Ia datang menunjukkan kepada kita jalan ke sana dan Dia sendirilah jalan itu. Dalam Injil hari ini Natanael menyatakan kekaguman-Nya atas Yesus ketika ia berjumpa dengan-Nya. Sebelumnya kepada Filipus saudaranya Natanael mencibir tentang kampung Nazareth, apalagi tentang Mesias yang berasal dari kampung itu. Tetapi ketika ia bertemu dengan Yesus, akhirnya ia mengaku bahwa Dia benar-benar berasal dari Allah. Lalu Yesus mengatakan kepadanya: “Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.....sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (bdk Yoh 1:47-51)`

Secara tidak langsung Yesus memberitahu Natanael bahwa, sesungguhnya Dia berasal dari surga sebab tidak lama lagi Natanael akan melihat kerajaan-Nya. Dalam kerjaan itu ia akan melihat para malaikat turun naik menghadap tahta-Nya untuk menyembah dan memuliakan nama-Nya yang kudus, sebab kerajaan itu akan diserahkan kepada-Nya sesudah Dia menyelesaikan perutusan-Nya di bumi ini. Kerajaan-Nya itu kekal adanya dan tak akan pernah bisa ditaklukan oleh kuasa mana pun di dunia ini maupun di bawah bumi.

Jika kita mempersatukan diri dengan Kerajaan-Nya, hidup dalam Dia, rela dipimpin oleh-Nya, serta mengandalkan-Nya setiap saat, maka kita tak perlu mencari perlindungan pada kekuatan dan kuasa yang lain. Memiliki Yesus sama dengan memiliki segala kuasa dari kerajaan-Nya yang tak akan binasa !











Rabu, September 28, 2016

SIAPA DAPAT MELAWAN ALLAH ?




Ada banyak contoh dalam hidup kita yang mengisahkan tentang saudara-saudari yang dengan sengaja melawan – menghojat Tuhan dan karya-karyaNya di bumi ini dan dalam kehidupan mereka.
Misalnya: seorang penyanyi terkenal di Amerika, saat interview dengan “American Magazine”, ia berkata: “Kekristenan akan berakhir dan hilang. Aku tidak perlu menjelaskannya. Yesus sih OK, namun pengajaran-Nya terlalu sederhana. Hari ini kami jauh lebbih tenar daripada-Nya”. Setelah mengatakan itu, ia tewas ditembak penggemarnya sendiri.

Seorang Presiden di Amerika Selatan, saat kampanye, ia berkata: “Bila saya mendapat 500.000 suara dari anggota partai, maka tidak ada yang dapat mendepak saya dari posisi presiden, bahkan TUHAN SENDIRI PUN TIDAK”. Ia dapat lebih dari 500.000 suara, tetapi sehari sebelum peresmian jabatannya, ia sakit dan mati.

Masih ada banyak contoh lain bagaimana nasib orang-orang yang dengan tahu dan mau menghujat peran Tuhan dalam hidup mereka. Pertanyaannya, apakah Tuhan marah pada mereka itu sehingga mereka mengalami nasib seperti itu? Tidak, sebab Allah itu mahabaik. Hemat saya mereka sendiri yang memutuskan hubungan kebaikan itu sehingga membiarkan kejahatan dan kematian yang tragis masuk dalam hidup mereka sendiri.

Sahabat Ayub dalam bacaan pertama hari ini mengakui kebesaran Allah. Ia mengatakan: “Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat? Dialah yang memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya; yang menggeserkan bumi dari tempatnya, sehingga tiangnya bergoyang-goyang; yang memberi perintah kepada matahari, sehingga tidak terbit, dan mengurung bintang-bintang dengan meterai.....” (bdk Ayb 9:1-12.14-16). Allah itu Pencipta segala sesuatu,  Pemberi serta Pengambil kehidupan. Segala makhluk takhluk di bawah kaki-Nya. Menyombongkan diri di hadapan Allah adalah kesia-siaan yang menyusahkan hidup makhluk itu sendiri. Pernyataan teman Ayub di atas sesungguhnya ingin menuduh Ayub bahwa Ayub itu sombong, sehingga ia harus menderita seperti, tetapi sesungguhnya tidak. Ayub tidak sombong.

Tuhan memang tampaknya sederhana. Kehadiran-Nya dalam diri Yesus Kristus berbeda  jauh dari penampilan para raja duniawi (yang gemerlap, meriah, heboh). Bahkan Ia mengatakan: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." (bdk Luk 9:57-62) Tuhan lebih miskin daripada serigala dan burung, tidak mempunyai siapa-siapa, sebab Ia telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya di surga dan menyatu dengan kemiskinan manusia yang paling miskin, menyatu dengan Ayub yang tidak mempunyai apa-apa lagi. Yesus tidak membutuhkan gaya duniawi yang gemerlap, Ia membutuhkan kembalinya jiwa-jiwa malang, yang sakit, yang menderita, yang berdosa agar boleh merasakan kembali kasih Allah, kasih yang melampaui segala kegemerlapan dunia yang sementara ini.

Semua bahasa manusia yang meremehkan kebaikan dan kemuliaan Allah adalah bahasa yang merugikan manusia itu sendiri. Ayub dalam penderitaannya sangat menjaga bahasa dan hubungannya dengan Tuhan. Ia tidak mau menghujat Tuhan meskipun ia harus menderita seperti itu. Ia tahu Tuhan melampaui semuanya. Ia tetap memelihara imannya akan Tuhan. Ia tahu dan percaya, saat ia kaya, ia milik Tuhan dan kini ia miskin ia akan tetap jadi milik Tuhan. Sekaya-kayanya manusia ia tak akan bisa melawan Tuhannya, sebaliknya semiskin-miskinnya manusia ia tidak dapat mempersalahkan Tuhan karena kemiskinannya! Dalam Yesus, Tuhan sangat kaya dan dalam Yesus juga, Tuhan sangat miskin.


Selasa, September 27, 2016

MENGAPA OH MENGAPA ?

Di saat kita berada suasana sukacita mungkin tak ada pertanyaan berupa keluhan: mengapa oh mengapa? Tetapi di saat kita mengalami kesulitan, tantangan dan penderitaan, pertanyaan: mengapa oh mengapa?, mungkin tak pernah lepas dari pikiran dan hal ini sering membuat kita tidak bisa tidur, pusing, stress dan bisa jatuh sakit. Apalagi kalau penderitaan itu terjadi pada saat kita merasa diri “tak punya salah, baik dan benar”, sebab masih banyak di antara kita yang berpendapat bahwa “penderitaan itu disebabkan oleh dosa”. Pandangan ini justru masih sangat kuat berakar dalam keyakinan banyak orang di dunia ini.  Misalnya, dalam suatu kesempatan, seorang ibu berteriak dan menangis histeris, ketika anak laki-laki satu-satunya mendapat kecelakaan sepeda motor dan mati secara memgenaskan. Ia berteriak dan bertanya: apa salah kami Tuhan?...... mengapa nasib kami begini?....sambil mempersalahkan Tuhan....

Ayub orang saleh, baik dan taat pada perintah Allah. Tiba-tiba dalam sekejap mata hidupnya berubah total. Menurut cerita Kitab Ayub kemarin, dalam tempo hanya sehari ia kehilangan segala-galanya. Reaksi pertama ia mengatakan: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"(Ayb 1:21). Namun dalam bacaan hari ini reaksinya agak lain dan penuh dengan pertanyaan, mengapa? Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan? Mengapa pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu? Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat bersama-sama raja-raja dan penasihat-penasihat di bumi, yang mendirikan kembali reruntuhan bagi dirinya, atau bersama-sama pembesar-pembesar yang mempunyai emas, yang memenuhi rumahnya dengan perak. Atau mengapa aku tidak seperti anak gugur yang disembunyikan, seperti bayi yang tidak melihat terang? (Ayb 3:11-16). Batin Ayub sangat terluka, ia merasa ada sesuatu yang tidak adil telah terjadi atas dirinya, namun ia tidak mempersalahkan Tuhan, ia hanya bisa mengeluh dan mengeluh dengan bertanya, mengapa? Ia sedih dan terluka, tetapi hanya sampai pada tingkatan bertanya: mengapa? Tak ada jawaban dari Tuhan.

Tuhan Yesus berkeliling dari kampung ke kampung. Dalam perjalanan menuju Yerusalem ia ingin mampir di sebuah desa orang Samaria, tetapi mereka menolak Dia. Para rasul marah dan ingin balas dendam, namun Yesus menegur mereka dan berkata: “Anak manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkannya” (bdk Luk 9:51-56). Jawaban Yesus ini mungkin menjadi jawaban umum dari pertanyaan Ayub, mengapa? Apapun tantangan dan penderitaan yang dialami manusia pasti bukan datang dari Tuhan, bukan pencobaan yang dikerjakan Tuhan. Tuhan hanya bekerja untuk menyelamatkan, bukan untuk mencoba atau menguji. Karena itu tak ada gunanya kita bertanya, mengapa kepada Tuhan? Tak ada alasan bagi Tuhan untuk mencobai manusia. Pada Tuhan hanya ada KASIH DAN KESELAMATAN ! Tuhan tak pernah merancang bencana dan penderitaan, tetapi hanya keselamatan.

Jika ada godaan kebimbangan terhadap rancangan Tuhan yang selalu mahabaik, mulai hari ini kita bertobat dan berkata: Tuhan hanya mengasihi manusia dan hanya mau menyelamatkannya!







Senin, September 26, 2016

AYUB, JATUH TERTIMPA TANGGA !



Betapa banyak orang di jagat raya ini yang mengalami duka demi duka, seolah-olah sambung menyambung tiada hentinya. Entah itu terjadi pada orang beriman maupun pada orang yang tidak beriman, pada orang baik maupun pada orang jahat. Mala petaka itu datang kadang-kadang tidak pandang muka, terjadinya tak terduga. Misalnya: baru-baru ini 5 anak laki-laki SMK dari salah satu sekolah di Labuan Bajo, Komodo, Manggarai Barat, Flores, Indonesia sedang duduk di pinggir sebuah jembatan sambil makan mie. Tiba-tiba saja sebuah dumptruck tanpa muatan meluncur begitu cepat dari arah selatan menyambar ke 5 anak ini. Kelimanya mati di tempat dan ada jenasah yang terlempar ke dalam sungai. Siswa-siswa ini adalah anak-anak dari satu keluarga besar yang masih berhubungan keturunan darah keluarga satu sama lain. Keluarga-keluarga ini sungguh seperti jatuh dan tertimpa tangga. Tragis dan mengenaskan. Dari olah TKP (tempat kejadian perkara) mereka tidak bersalah sedikit pun sebab mereka berada di luar jalan. Tetapi mengapa bisa terjadi peristiwa seperti itu? Apakah Tuhan menghukum mereka atau keluarganya? Secara akal sehat tak bisa dijelaskan. Semuanya misteri. Memang, banyak kejadian serupa di dunia ini yang tak bisa dijelaskan. Sungguh-sungguh misteri!

Kitab Suci menjelaskan kepada kita kejadian-kejadian serupa dengan mengambil tokoh Ayub, seperti yang kita baca dalam pertama ekaristi hari ini. Ayub dan keluarganya paling kaya dan saleh dari antara keluarga lainnya. Meski demikian setan mengincar dia untuk dicobai. Menurut ceritanya, Tuhan mengizinkan setan mencobanya. Apa yang terjadi? Dalam tempo singkat segala kekayaannya hilang, anak-anaknya tewas karena dibunuh para musuhnya. Ia jatuh miskin dalam sekejap mata. Ayub sungguh jatuh seperti tertimpa tangga. Ia bukan saja kehilangan harta tetapi juga anak-anaknya (bdk Ayb 1:6-22). Tujuan pencobaan oleh setan supaya Ayub murtad, menjauh dari Tuhan dan tidak diselamatkan. Dari peristiwa ini kebenaran apa yang perlu kita pelajari?

1.       Allah tidak mencoba manusia. Allah tahu kelemahan manusia dan Allah tidak perlu mencoba anak-anaknya. Semua tulisan perjanjian lama mengatakan Allah mencoba manusia, demikianpun pikiran semua orang beriman. Tetapi sesungghnya itu hanya tafsiran para penulis Kitab Suci yang tidak mengerti tentang penyelenggaraan Ilahi.
2.       Allah mengizinkan setan untuk mencobai manusia, agar dari penderitaan itu manusia belajar tentang keterbatasannya, kerapuhannya dan tidak sombong lalu meremehkan peran Tuhan dalam hidupnya. Ayub memang tidak sombong tetapi dengan pencobaan ini dia belajar untuk semakin mengandalkan Tuhan dan semakin meneguhkan imannya.
3.       Setan tidak sanggup meruntuhkan iman Ayub (manusia) yang mengandalkan Tuhan dan yang setia pada Tuhan apa pun masalahnya.
4.       Melalui penderitaan manusia hendaknya manusia belajar percaya kepada Tuhan dan mengerti tentang misteri penderitaan Yesus Kristus untuk keselamatan manusia
5.       Melalui penderitaan manusia belajar mengambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk menebus dosa dunia, dosanya sendiri dan sesama manusia.

Para murid, didorong oleh pikiran duniawi, bertengkar satu sama lain tentang kedudukan yang bakal diterima dari Tuhan Yesus jika Yesus membentuk kerajaan baru, menggantikan kekuasaan yang ada. Pikiran ini tentu lahir dari pandangan umum bahwa kalau mereka memiliki kedudukan tinggi, kekayaan dan kekuasaan, mereka akan hidup jaya, tanpa susah dan derita, sebagaimana yang mereka lihat pada pemerintahan yang ada saat itu. Mumpung mereka mengenal dan menjadi murid orang yang hebat seperti Yesus maka, dalam pikiran manusia, segala kuasa di bumi ini akan diserahkan kepada orang-orang dekat-Nya.

Jawaban Yesus terhadap situasi itu tentu mengejutkan. Yesus menempatkan seorang anak di tengah-tengah mereka lalu mengatakan: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Menjadi hebat dan besar di antara orang lain bukan dengan mencari jabatan tinggi melainkan dengan bersikap rendah hati dan siap melayani. Menjadi besar bukan dengan bersaing dengan memperebutkan kekuasaan itu, seperti pada pemerintahan duniawi tetapi mau hidup berdampingan dengan sikap saling berbagi dan melayani (bdk Luk 9:46-50).  

Jika semangat kerendahan hati dan melayani menjadi pedoman utama dalam hidup maka meskipun pencobaan itu datang dan kita tertimpa tangga seperti Ayub, hemat saya kita tak akan pernah goyah lagi. Tuhan sudah mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang. Tak tergoyahkan !  














Adhitz Ads