Memberi gelar kepada St.
Hieronimus sebagai bapa dari Kitab Suci, bukan tanpa alasan. Dalam hubungan
dengan Kitab Suci, saya boleh mengatakan: dialah orang kudus terhebat dalam
urusan dengan Kitab Suci. Mengapa? Salah satu alasan mengapa bulan September kita
jadikan sebagai Bulan Kitab Suci Nasional, tidak lain karena pesta St. Hieronimus
setiap tahun jatuh pada tanggal 30 September. Mengapa kegiatan ini dihubungkan
dengan Pesta St. Hieronimus? Jawabannya, karena ia punya jasa yang sangat besar
dalam hal Kitab Suci itu. Apa dan bagaimana jasanya?
Hieronimus anak dari seorang kaya raya tetapi sangat
kristiani karena mendidik anak-anaknya seturut kebiasaan-kebiasaan kristiani
dan kerja keras. Pada usia 12 tahun Hieronimus sudah dikirim ke Roma untuk
belajar ilmu hukum dan filsafat. Ia minta dibaptis Paus Liberius setelah ia bertobat
dari kehidupan yang kurang tertib. Rahmat permandian itu membuat dia berubah
menjadi tekun berdoa, berziarah ke makam para martir dan para rasul. Hal ini
membuat hidup rohaninya semakin berkembang. Setelah ke sana kemari mencari
keheningan doa dan puasa di bawah bimbingan Uskup Valerianus dan para rabbi, ia
belajar bahasa Ibrani dan Yunani. Dengan bekal-bekal itu ia dianggap layak
untuk ditahbiskan menjadi imam.
Kemudian ia dikirim ke Roma
menjadi sekretaris Paus Damasus. Karena kepandaiannya berbahasa Yunani dan
Latin ia ditugaskan paus ini untuk menerjemahkan seluruh isi Alkitab dari
bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin. Supaya lebih fokus dengan tugas
berat itu ia pindah ke Betlehem.
Ia tinggal di Betlehem selama
30 tahun fokus dengan pekerjaan yang sama. Perjanjian Lama diterjemahkannya
dari bahasa Ibrani dan Aramik ke daam bahasa Latin sedangkan Perjanjian Baru
dari Yunani ke Latin. Terjemahan itu
tuntas dan menyenangkan banyak orang yang membacanya, karena itu terjemahannya
disebut Vulgata yang artinya populer, yang kita pakai hingga saat ini sebagai
yang resmi dan syah dalam Gereja Katolik. Karena alasan ini maka ia disebut
Kitab Suci yang hidup.
Selain itu ia dikenal sebagai
pembela iman katolik yang gigih melawan bidaah pelagianisme yang meyakini bahwa
dosa asal tidak merusak hakikat manusia sebagai ciptaan Allah. Maka selamat
tidaknya manusia bukan karena tindakan Tuhan tetapi harus dikendalikan oleh
dirinya sendiri. Yesus Kristus hanyalah orang baik yang hidupnya bisa
diteladani bukan yang menyelamatkan kita. Kendatipun semua ini berat namun
Hieronimus tetap menulis dan mengajar hingga wafatnya. Kemudian karena jasanya
ini ia digelar kudus sekaligus pujanggga Gereja.
Ketika Ayub berada dalam
derita yang mengerikan ia mendengar suara Tuhan yang menyampaikan banyak
pertanyaan tentang banyak hal dalam hubungan dengan kehidupannya. Ayub tak
sanggup menjawab, ia diam dan tidak berani melawan Tuhannya. Dalam keheningan
ia menjalani semua derita itu sambil berusaha memahami apa maksud Tuhan bagi dirinya
atas semua peristiwa buruk itu (Ayb 38:1.12-21;39:36-38). Seperti St.
Hieronimus ia mencari keheningan padang gurun untuk bisa memahami sabda Tuhan
yang dia geluti dalam tugas terjemahan itu.
Tuhan tidak mendatangkan
pencobaan tetapi membiarkan pencobaan, jika berjalan dalam kehendaknya sendiri,
agar manusia belajar memahami segala bentuk penyelanggaraan Allah dalam suka
dan duka. Hari ini dalam Injil Yesus mengingatkan kita agar tidak menolak Dia
seperti mereka yang berdiam di Betsaida, Khorazim dan Kapernaum. Dalam hidup
ini Allah telah menunjukkan jalan-Nya melalui karya-karya keselamatan yang
dikerjakan oleh Yesus Kristus. Yesus adalah SABDA yang telah menjelma maenjadi
manusia (Luk 10:13-16). St. Hieronimus telah memahami YESUS dan karyaNya secara
sempurna dalam tugasnya menerjemahkan Alkitab, sehingga ia sendiri digelar
sebagai Bapa dari Kitab Suci. Melalui sabda-Nya kita sanggup memahami Allah dan
segala rencana-Nya bagi hidup kita. Membaca Kitab Suci dan merenungkannya
setiap hari adalah cara untuk memahami karya kasih Tuhan dalam hidup ini. Semoga
dengan cara ini juga kita disemangati untuk mewartakan YESUS ke segenap penjuru
dunia.