Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Senin, Oktober 30, 2017

WAKTU TUHAN PENUH RAHMAT !

Kalau kita ingat akan perkataan Tuhan Yesus di saat mengutus para murid-Nya, Aku menyertai kamu sampai akhir dunia, maka kita boleh yakin bahwa tak sedetik pun dari waktu yang ada setiap hari berjalan tanpa Tuhan. Dengan kata lain, waktu adalah milik Tuhan, selalu berjalan bersama Tuhan, sebab Tuhan selalu hadir, bergerak dan berjalan bersama umat-Nya. Karena itu setiap saat kita boleh meminta bantuan-Nya untuk menyelesaikan pekerjaan kita, menyembuhkan kita bila kita sakit, menunjuk jalan kita bila tersesat, melindungi dan menguatkan kita bila cemas dan takut, dst. Kita dapat meminta, mengetuk, mencari Dia karena Dia mahabaik dan selalu siap menolong anak-anak-Nya.

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menolong seorang yang sudah 18 tahun dirasuk roh jahat. Ia sakit hingga punggungnya menjadi bungkuk dan tak dapat berdiri tegak. Ketika Yesus melihat-Nya datang, Ia segera menolong orang itu dan sembuh dari penyakitnya. Kepala rumah ibadat marah dan mengeritik tindakan Yesus karena melakukan mujizat itu pada hari Sabat. Tuhan Yesus gusar dan mencapnya sebagai orang yang munafik. Kepala rumah ibadat itu pergi dengan malu hati (Luk 13:10-17).

Bagi si sakit itu, bertemu dengan Yesus di dalam kenisah itu adalah kesempatan sangat berahmat. Ia sudah menderita selama18 tahun. Ketika melihat Yesus, imannya bangkit dan ia datang mendekat. Tentu ia sudah mendengar banyak cerita tentang Yesus dengan kuasa-kuasa-Nya. Ia tidak peduli pada hari larangan hari Sabat, ia hanya rindu disembuhkan dari penderitaan itu. Ketika ia memanfaatkannya, ia mendapatkan apa yang dia rindukan. Ia sembuh.

Zaman Yesus adalah zaman hadirnya Kerajaan Allah dengan kuasa-Nya yang terlihat mata. Yesus adalah penjelmaan Allah. Allah telah menjadi manusia. Kehadiran-Nya dipimpin oleh Roh Allah karena itu segala sesuatu dikerjakan Yesus dalam kuasa Allah. Ketika kita dibaptis, kita tidak lagi hidup di bawah roh perbudakan melainkan Roh yang menjadikan kita anak Allah (Rom 8:12-17). Dalam keyakinan ini kita percaya waktu yang mengalir dalam hidup ini adalah waktu yang selalu ada dan mengalir bersama Tuhan. Waktu bersama Tuhan adalah waktu yang penuh rahmat. Maka manfaatkan setiap waktu yang mengalir itu untuk mendapatkan rahmat Tuhan dalam tindakan iman yang nyata, dalam pengharapan yang selalu teguh dan dalam kasih yang tak pernah berubah bagi Dia dan sesama.








Minggu, Oktober 29, 2017

KASIH DALAM PERBUATAN !

Penindasan dan ketidakadilan bukan hanya terjadi pada masa lalu ketika hak asasi manusia masih kurang diperhatikan. Pada masa kini, pada zaman yang sedemikian modern ini juga kejahatan penindasan dan ketidakadilan masih saja terjadi, dan kebanyakan menimpa orang-orang kecil, orang-orang sederhana, termasuk para janda, anak-anak yatim piatu, kaum difable. Penindasan dan ketidakadilan biasa dilakukan oleh kaum berduit, penguasa, atau juga sesama orang kecil karena merasa diri memiliki hubungan dengan para elite di atas. Demi egonya mereka tidak peduli dengan hukum cinta kepada Tuhan dan sesama. Penindasan paling besar kini dilakukan oleh kaum radikal dengan menindas ideologi orang lain dan menghalangi kebebasan sesama untuk hidup nyaman dan damai.

Bacaan pertama hari ini dengan keras mengatakan akibat-akibat buruk dari tindakan penindasan dan ketidakadilan terhadap orang-orang kecil terutama terhadap para janda. Musa mengatakan “janganlah kautindas orang asing, janda, anak yatim, dan orang miskin dengan membungakan uang berlipat-lipat hingga kemudian engkau bertindak sebagai penagih. Waspadalah Aku akan membalas engkau dengan keadaan yang lebih buruk. Doa mereka akan Kudengar” (Kel 22:21-27)

Musa mengatakan hal ini dengan keras karena pada zaman itu, manusia hidup bagaikan dalam sebuah rimba. Orang-orang kuat merasa diri seperti binatang buas yang selalu berkeinginan untuk membinasakan binatang-binatang yang lemah. Orang Latin bilang manusia seperti ini menjadi seperti: “homo homini lupus est” – manusia menjadi serigala untuk sesamanya. Sebagai utusan Tuhan atas bangsa terpilih, Musa ingin merubah mental itu dengan hukum cinta kasih, yang dikutip Yesus dalam Injil hari ini. Manusia itu sama derajatnya di hadapan Allah, ia adalah citra Allah yang harus dihormati tanpa memandang perbedaan-perbedaan atas dasar jenis kelamin, tua muda, besar kecil, kaya miskin, sehat atau sakit, agama dan tidak beragama, antara suku yang satu dengan suku bangsa yang lain, antara mayoritas dengan minoritas.

Prinsip dari hukum cinta kasih sesunggunya bukan hanya dalam kata-kata tetapi terutama dalam perbuatan nyata dengan membantu mereka yang miskin dan menderita seperti yang disebut di atas dengan cara apa saja yang bisa dilakukan. Dalam Injil hari ini ketika seorang ahli Taurat mencobai Yesus dengan pertanyaan tentang hukum mana yang terbesar, Yesus hanya mengulangi apa yang sudah dikatakan Musa dalam Perjanjian Lama: “cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hati……dan cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (bdk Mat 22:34-40). Musa dan Tuhan Yesus tidak menyebut bagaimana implementasi dari hukum itu, akan tetapi kita percaya tanpa aksi nyata hukum itu tak akan berguna.

Paulus memuji orang Tesalonika karena mereka telah membuat aksi nyata. Untuk mencintai Tuhan mereka telah meninggalkan berhala-berhalanya, dan untuk mencintai sesama, mereka memberi sumbangan materi kepada orang-orang di Makedonia dan Akhaya (1 Tes 1:5c-10)

Kesimpulan dari warta hari ini:

a)      Kita berusaha menghormati dan mencintai Allah dengan segenap hati
b)      Mengormati dan mengasihi sesama manusia sepeti diri sendiri
c)      Bebaskan diri dari berlaku tidak adil dan menindas sesama, siapa pun mereka.





      


 

Sabtu, Oktober 28, 2017

YESUS BATU PENJURU ! (pesta rasul Simon dan Yudas)

Salah satu keutamaan yang dipakai St. Paulus untuk menggambarkan kekuatan dan kuasa Yesus yang utama adalah batu penjuru. Batu penjuru itu adalah sebuah batu besar yang ditempatkan pada fondasi di sudut utama suatu bangunan baru. Batu ini menghubungkan bagian ujung tembok dengan tembok sebelahnya sehingga keduanya menyatu. Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru penggunaan kata ini sebagian besar dalam pengertian metaforis atau kiasan.

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus hari ini Paulus mengatakan: “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2:19-20). Sebagai anggota Gereja Kristus, iman yang kita terima dan hayati ini adalah iman yang diwariskan para rasul dan para nabi. Merekalah yang menerima kebenaran ini melalui wahyu Ilahi yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Dengan menjadi anggota Gereja Kristus, semua orang yang percaya bukan lagi disebut orang asing atau pendatang melainkan anggota keluarga Allah, yang dikuduskan oleh darah Kristus yang tertumpah di kayu salib. Karenanya Dia disebut sebagai pokok utama, batu penjuru, fondasi kokoh yang menghubungkan kita dengan Allah, Bapa-Nya.

Oleh kuasa yang diterima dari Bapa-Nya, Ia telah memilih para rasul untuk menjadi kader-kader utama yang kemudian akan meneruskan karya-Nya. Kader-kader ini mengikuti Yesus kemana saja Ia pergi. Mereka belajar pada Yesus dari apa yang mereka dengar dalam pengajaran-Nya dan dari apa yang mereka lihat dalam aneka mujizat yang dikerjakan-Nya. Injil hari ini juga menceritakan bahwa Yesus menyembuhkan semua orang sakit yang datang kepada-Nya. Dia sungguh menjadi tumpuan utama untuk melenyapkan semua penyakit dari orang-orang sakit (Luk 6:12-19). Peran-Nya sebagai batu penjuru di sini bukan lagi dilihat secara simbolis atau sebagai kiasan belaka, tetapi tampak nyata. Ia membebaskan semua penderitaan yang dialami oleh orang-orang sakit itu. Semua orang sakit yang datang kepada-Nya disembuhkan. Luar biasa.

Dengan peristiwa memilih para rasul dan melakukan mujzat-mujizat itu Yesus mewartakan bahwa Ia datang dari Allah. Dia adalah Mesias yang sudah dinubuatkan para nabi dalam Perjanjian Lama dan kini menjadi batu penyelamat bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Iman kita bukan bertumpuh pada manusia biasa tetapi bertumpuh pada Allah yang telah menjelma menjadi manusia!



      


Jumat, Oktober 27, 2017

DAMAI DAHULU !

Sifat dan sikap yang paling baik yang perlu dihayati dan dipupuk oleh setiap insan di dunia ini adalah suka “berdamai”. Damai dalam keyakinan kita terarah pada 4 unsur berikut, yakni: damai dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan alam lingkungan. Mengapa? Jawabannya, dalam hidup ini kita selalu berhubungan dengan ke empat unsur bersangkutan. Jika dengan salah satunya hubungan kita kurang beres, maka hati dan pikiran kita akan terganggu. Kita tidak akan menikmati kenyamanan dalam hidup.

Hari ini Tuhan Yesus menasihati kita (Luk 12:54-59) agar sebelum kita menghadap penguasa yang menyelesaikan perkara hidup kita, sebaiknya kita berdamai lebih dahulu agar kita tidak mendapat hukuman bila saja perkara itu diadili oleh penguasa yang mungkin akan membuat keputusan yang merugikan kita atau pihak lawan. Kalau kita yang dijebloskan ke dalam penjara, kita akan mendapat kerugian. Kalau lawan yang masuk penjara, dia akan menderita kerugian juga dan hubungan kita dengan orang bersangkutan tidak bisa diperbaiki. Kita ingin agar dalam dunia ini kita bisa bekerja sama, menikmati kebahagiaan bersama-sama, bernyanyi bersama dalam sukacita, menderita bersama dalam kesusahan. Kalah dan menang karena persaingan selalu menimbulkan permusuhan yang tak akan berguna bagi hidup kita. Hidup di dunia ini hanya dinikmati sekali saja dalam waktu yang amat terbatas. Hidup dalam damai saja yang dapat memberi kita kebahagiaan.

Namun untuk mewujudkan cita-cita Tuhan Yesus di atas tidaklah mudah. Santu Paulus menyadari hal ini. Dalam usaha untuk memelihara karunia-karunia Allah hidupnya masih bergulat dengan kelemahan-kelemahan. Dia menulis: “dalam diriku masih ada dosa yang bercokol. Dalam batin aku suka akan hukum Allah, tetapi anggota tubuhku masih berjuang melawan hukum akal budi. Aku ini manusia celaka” (Rom 7:18-25a). Paulus sangat rendah hati mengatakan hal ini namun ia juga percaya dengan penuh harap bahwa Kristus akan menyelesaikan kelemahan ini pada waktunya. Karena itu ia tetap berjuang melawan segala kelemahannya dalam iman akan Yesus Kristus yang sudah menang atas dosa dan maut. Ia mau tetap berdamai dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan lingkungan alam. Dia sudah merasakan semua anugerah ini hingga ia tiba di Roma. Di sana ia tidak berpikir lagi tentang hidupnya yang menderita, bahkan ia berkata: mati adalah keuntungan bagiku karena aku telah bekerja untuk memberitakan injil-Nya. Di samping mengajar, ia menulis banyak surat yang istimewa dan telah menjadi bagian yang indah dari Perjanjian Baru.

Damai dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan lingkungan alam adalah jalan menuju sukacita abadi yang akan memenangkan setiap pergulatan hidup di dunia ini !  

      


 

Selasa, Oktober 24, 2017

LANTARAN SATU ORANG !

Di sebuah desa ada dua orang pemuda yang rumahnya bertetangga. Satunya bernama Kim dan lainnya Ing. Meskipun keduanya bersahabat baik, namun memiliki sifat yang sangat berbeda seperti langit dan bumi. Kim berasal dari keluarga yang saleh sehingga ia memiliki sifat yang rendah hati, suka menolong, rajin mengikuti kegiatan-kegiatan social, baik sosial keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Teman-temannya, orangtua maupun anak-anak amat suka bergaul dengannya. Ia hanya tamat SMK dan memiliki pekerjaan sebagai pegawai resepsionist di sebuah hostel kecil. Karena sifat-sifatnya yang baik itu Kim menjadi sahabat banyak orang.

Sebaliknya Ing teman dekat Kim adalah seorang pemuda yang amat sombong, suka pamer kehebatan dan kekayaan orangtuanya. Ia sering berjudi dan bermabukan serta merancang kegiatan yang sifatnya merusak ketentraman umum di desanya. Meski demikian Kim berusaha meredamnya dengan banyak nasihat. Kadang-kadang ia mau mendengar nasihat itu tetapi seringkali ia tidak peduli dan melakukan kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya sendiri serta orang lain yang ikut-ikutan dengannya. Ing sungguh menjadi batu sandungan dan bahan gosip dari orang sedesanya. Lantaran sifatnya yang buruk itu maka orangtua serta kakak dan adiknya ikut dibenci oleh anggota masyarakat yang lain. Dalam peribahasa, Ing ini ibarat nila setitik yang membuat rusak susu sebelanga.

Dalam bacaan pertama hari ini (Rom 5:12.15b.17-19.20b-21) St. Paulus mengingatkan kita akan pelanggaran yang dilakukan satu orang menyebabkan semua orang jatuh ke dalam dosa. Yang dimaksudkan Paulus di sini tentulah Hawa. Akan tetapi Paulus tidak fokus pada perbuatan dosa Hawa, lebih lanjut ia mengatakan “jauh lebih besar lagi kasih karunia dan anugerah Allah yang dilimpahkan-Nya atas semua orang lantaran satu orang yakni Yesus Kristus”…sebab oleh karena ketaatan-Nya semua orang menjadi orang benar dan memungkinkan semua orang bisa mencapai hidup kekal. Oleh karena itu dalam kesaksiannya di mana-mana St. Paulus selalu menyampaikan syukur dan terima kasih-Nya kepada Tuhan atas kasih karunia yang diterimanya saat ia bertobat. Sebab sejak saat itu hidupnya justru berguna bagi karya pewartaan kabar gembira bagi bangsa-bangsa lain. Perbuatan dosa itu adalah sesuatu yang buruk dan merugikan banyak orang tetapi jika orang kembali bertobat maka kasih karunia Allah akan bekerja secara berlimpah atas hidup orang bersangkutan dan ia bisa menjadi saksi yang sangat berguna bagi Gereja dan umat Allah seluruhnya.

Namun Tuhan Yesus mengingatkan kita melalui Injil hari ini dengan mengatakan: “alangkah lebih baik dan indah, jika kita hidup sebagai seorang hamba yang selalu siap sedia untuk melayani tuannya kapan saja, baik atau tidak baik waktunya” (bdk Luk 12:35-38). Ia sendiri telah taat dan siap melayani kehendak Allah, Bapa-Nya. Ketaatan-Nya itu telah mendatangkan keselamatan bagi semua orang dan kita semua boleh menikmati kasih karunia. Karena itu harapan Tuhan atas para pengikut-Nya adalah menjadi hamba yang taat dan setia melayani Tuhan dan sesamanya. Akhirnya dalam kesimpulannya Tuhan Yesus berkata, alangkah bahagianya, jika seorang hamba didapatinya sedang berjaga dan siap melayani tuannya.       

      
















Minggu, Oktober 22, 2017

ADA ATURAN, ADA KEWAJIBAN !

Segala macam aturan yang tertulis maupun yang tidak mewajibkan semua anggota masyarakat di manapun di dunia ini untuk mentaatinya. Aturan atau hukum ditulis atau tidak memiliki manfaat untuk mengatur tata tertib hidup manusia di segala bidang. Semuanya bertujuan agar hidup kita bisa sejalan dengan kehendak Allah, Pencipta kita. Keselamatan hanya bisa dicapai jika selaras dengan kehendak Allah.

Orang Farisi ingin menjebak Yesus dengan pertanyaan tentang kewajiban membayar pajak. Mereka mau menangkap Dia saking iri hati, benci, denda dan marah. Sebab Yesus tanpa tedeng aling-aling sering mengecam kemunafikan mereka. Pertanyaan jebakan mereka hari ini: “Apakah boleh membayar pajak kepada kaisar atau tidak”? Yesus pintar dan bijaksana. Dia meminta mereka menunjukkan mata uang yang dipakai. Setelah melihatnya Dia bertanya: “Gambar dan tulisan siapakah yang tertera pada mata uang ini?”. Mereka menjawab: gambar dan tulisan kaisar! Mendengar jawaban itu, Yesus menegaskan: “Apa yang menjadi kewajiban terhadap kaisar berikan kepada kaisar, dan apa yang kewajiban kepada Allah berikan kepada Allah!”. Dengan jawaban ini Yesus tahu akan hukum Ilahi dan hukum duniawi. Jawaban-Nya sangat benar  dan dengan demikian Dia mengingatkan kita bahwa bila “ada hukum maka ada pula kewajiban”. Sebab hukum dibuat untuk mengatur tata tertib hidup, tata tertib kerja sama antar manusia dan antar masyarakat dan teristiwa antara Tuhan dengan umat manusia.

Di dunia yang penuh dengan godaan dan dosa ini tak pernah ada kehidupan tanpa aturan, dan tak pernah ada aturan yang menyusahkan hidup manusia, kecuali kalau aturan itu digunakan untuk tujuan yang salah. Aturan ada demi menjamin kesejahteraan bersama. Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia di taman Eden, namun diberikan juga aturannya agar tidak hidup sesuka hati. Negara memberi kebebasan kepada rakyatnya untuk mengejar kesejahteraan namun ada juga hukum-hukum yang mengatur kebebasan itu, agar tidak melanggar hak-hak asasi satu sama lain. Setiap orang yang mengakui Tuhan dan aturan hukum-Nya harus taat kepada Tuhan. Setiap oang yang tinggal dalam sebuah Negara harus taat kepada Negara dan juga undang-undangnya. Ada aturan, ada pula kewajiban.

Pada zaman pemerintahan raja Koresh (Yes 45:1.4-6), nabi Yesaya bernubuat tentang tugas raja untuk menjaga kemurnian iman bangsa Israel agar tidak menyeleweng kepada keyakinan lain. Hanya ada satu Allah yang disembah yaitu Allah dari nenek moyang mereka Abraham – Ishak dan Yakub. Hanya kepada-Nya saja mereka menyembah. “Akulah Allah dan tidak ada yang lain”. Koresh diurapi untuk memegang teguh kebenaran ini, sebuah kebenaran yang menjamin keselamatan seluruh bangsa, agar tidak mengulangi kembali cara hidup yang salah, sebuah cara hidup yang menjerumuskan mereka jatuh ke dalam dosa berhala, yang menyebabkan mereka menjadi orang-orang tawanan di Babylon. Allah telah memberi mereka kebebasan untuk mendiami dan mengolah tanah di negeri yang kaya akan susu dan madu, namun mereka tidak boleh melupakan Tuhan yang memberi semuanya itu lalu berpaling kepada dewa-dewi lain.

St. Paulus sangat mencintai umat-Nya di Tesalonika (1Tes 1:1-5b). Melalui suratnya hari ini ia menyampaikan terima kasih dan ungkapan cintanya kepada mereka, sebab jemaat Tesalonika telah menunjukkan iman dan kasih mereka kepada Paulus ketika ia berada di Tesalonika. Paulus bersyukur akan pekerjaan Roh Kudus yang menyemangati mereka untuk hidup dalam iman yang benar kepada Tuhan. Paulus juga tahu berkat iman mereka yang teguh itu, mereka taat pada hukum-hukum Tuhan dan bisa hidup sesuai dengan kehendak Allah. Hidup sesuai dengan kehendak Allah adalah cara hidup yang menghantar orang kepada keselamatan. Ada aturan maka harus ada kewajiban untuk taat kepada aturan itu. Aturan bukan sekedar ditulis atau diucapkan saja tetapi mewajibkan semua anggota masyarakat, mulai dari pejabat yang paling tinggi hingga rakyat yang paling rendah, untuk mentaati dan menjalankannya. Amin        


 

Selasa, Oktober 17, 2017

KEBENARAN KARENA IMAN (pesta St. Ignatius dari Antiokhia)

St. Ignatius dari Antiokhia ditangkap oleh kaisar Trayanus karena ia tidak meninggalkan imannya akan Yesus Kristus. Ketika ia dipaksa menyangkal Kristus, tanpa rasa takut di hadapan kaisar yang kejam ini ia menjawab: "Janganlah menyebut jahat orang yang membawa Tuhan dalam dirinya. Akulah Ignasius, pemimpin orang-orang yang sekarang berdiri di hadapanmu. Kami semua pengikut Kristus yang telah disalibkan bagi keselamatan umat manusia. Kristus itulah Tuhan kami dan Ia tetap tinggal dalam hati kami dan menyertai kami.“  Jawaban ini membuat kaisar marah dan menangkap Ignatius. Ia dibawa ke Roma dan di sana ia dimasukkan ke gelanggang di mana terdapat singa-singa lapar yang mencabik-cabik tubuhnya. Ignatius wafat sebagai saksi iman - martir.

Ignatius bersaksi bahwa Yesus itu Tuhan karena iman yang diwariskan rasul Yohanes kepadanya. Ia termasuk salah murid Yohanes yang terdekat. Rasul Yohanes mengimani Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat atas dasar kebenaran yang ia lihat sendiri pada Kristus dan karya-karyaNya. Kebenaran ini diimani Ignatius dan atas dasar iman itu ia berusaha menghayati cara hidup yang benar menurut kehendak Allah. Ia hidup saleh dan terus menerus mengajar umat-Nya agar tetap setia dalam imannya.

Iman akan Kristus membebaskan kita dari segala macam aturan hidup yang tidak penting dalam hukum Taurat. Ketika orang Farisi mengeritik Yesus karena tidak mencuci tangan sebelum makan, Ia mengecam mereka dan berkata: "yang paling penting dalam hidup ini adalah membersihkan hati agar senantiasa suci dan benar di hadapan Tuhan bukan hal-hal lahiriah yang kelihatan" (bdk Luk 11:37-41). Allah bersemayam dalam lubuk hati (disebut roh) kita yang terdalam, karena itu hati dan jiwa yang melingkari lubuk hati (roh) hendaknya bersih dari noda-noda dosa, sehingga Roh Allah bekerja dengan leluasa memimpin kita untuk hidup menurut rencana dan kehendak Allah.

Hidup dalam bimbingan Roh Allah itu menyelamatkan. Seluruh kebenaran-Nya akan menghidupi jiwa dan budi kita sehingga kita boleh menerima segala karisma yang disiapkan oleh-Nya. Karisma yang diberikan Tuhan menolong kita untuk mengabdi Tuhan dengan iman penuh pengharapan dan melayani sesama dengan kasih tiada batas atau sekat.

St. Ignatius dari Antiokhia telah hidup dalam kebenaran dan kebenaran itulah yang mengarahkan hidupnya untuk selalu percaya dan mengandalkan Tuhan sampai akhir hayatnya sehingga mau mati sebagai martir.

Senin, Oktober 16, 2017

MENGAPA HARUS MEMINTA TANDA LAGI ?

Kebiasaan meminta tanda pada Yang Mahatinggi bukan saja dilakukan oleh manusia zaman ini tetapi ada sejak manusia hidup dalam budaya-budaya yang diciptakannya, karena komunikasi dengan Pribadi yang tak kelihatan itu sering terjadi melalui symbol-simbol. Misalnya saja dalam upacara memberi makan kepada Kuasa yang mahatinggi, sesudah doa dan hewan persembahan disembelih, para tua adat yang memimpin acara itu harus memeriksa urat hati hewan persembahan. Melalui hati hewan itu dia bisa membaca apakah doa dan persembahannya diterima atau tidak oleh Kuasa Tertinggi itu. Jika uratnya baik, itu tanda doa dan persembahan diterima, jika uratnya jelek itu pratanda doa dan persembahan tidak diterima.

Yesus Kristus hadir di dunia ini sudah dinyatakan dengan pelbagai nubuat para nabi dan melalui banyak tanda. Ketika Dia bekerja di tengah umat Israel dan berjalan dari kampung ke kampung dan desa-desa, banyak sekali tanda atau mujizat yang dikerjakan-Nya. Bukankah semua itu adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah dan Allah sendiri? Namun karena mereka ini buta mata dan hatinya, maka mereka masih menuntut sesuatu yang lebih lagi. Tidak heran kalau Tuhan Yesus tidak memberi tanda, malah dia mengatakan: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda tetapi mereka tidak diberikan tanda selain tanda nabi Yunus”. (bdk Luk 11:29-32). Tuhan Yesus adalah tanda kehadiran Allah. Dia sesungguhnya 100% Allah dan 100% manusia. Dia sudah melakukan segala pekerjaan Allah, karena Dia adalah Allah, memiliki kuasa Allah. Dia lahir sebagai manusia melalui seorang wanita karena Allah mau menjelma menjadi manusia, yang kita sebut inkarnasi Allah. Mungkin saja para lawannya tidak suka pada-Nya sehingga mereka meminta hal-hal yang sebenarnya sudah mereka saksikan dengan mata kepalaya sendiri. Namun karena hati mereka tidak menerima Dia maka mereka tidak percaya pada apa yang mereka lihat pada Yesus. Hati yang tertutup telah menutup mata iman dan mata kepalanya.

Kesaksian Paulus tentang Yesus Kristus dalam suratnya kepada jemaat Roma (Rom 1:1-7) hari ini merujuk pada perjanjian lama yang dipelajarinya. Dia adalah ahli Taurat yang mengerti semua rencana Tuhan dengan baik, karena itu dia mengatakan: “Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”. Dengan pandangan ini jelas bahwa Paulus mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. “Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya”.

Paulus dalam pewartaannya tidak lagi meminta tanda sebab ia sudah melihat Tuhan Yesus melalui pengalaman rohani ketika menuju Damsyik. Sesudah dibaptis dalam kuasa Roh Kudus oleh Ananias di Damsyik ia menjadi semakin percaya pada Yesus. Ia tidak lagi meminta tanda bahkan sebaliknya melakukan banyak tanda dan mujizat di semua kota dan desa yang didatanginya. Gereja dari zaman ke zaman melanjutkan semua pekerjaan Tuhan Yesus melalui pengajarannya, sakramen-sakramen dan pelayanan lainnya. Di dalam pelayanan itu Tuhan sudah terus menerus menghadirkan diri dan karya-Nya yang hidup melalui banyak tanda. Maka tak perlu meminta tanda selain meminta kepada-Nya agar memperdalam iman, harapan dan kasih kepada-Nya. Amin


        


 

Minggu, Oktober 15, 2017

SEMUANYA DAPAT KUTANGGUNG DALAM DIA !

Membaca judul renungan ini teringat saya akan para martir dan para kudus yang mendapat banyak pencobaan dalam hidup mereka. Iya, seberat apa pun pencobaan yang mereka rasakan seperti dicercah, difitnah, dikasari, ditangkap, dianiaya bahkan dibunuh, semuanya mereka terima dalam kesatuan dengan Tuhan yang memberi mereka kekuatan untuk bertahan. Seperti kata raja Daud dalam mazmurnya: “Sekali pun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Tuhan besertaku”.

Keyakinan seperti ini diperlihatkan St. Paulus dalam bacaan kedua hari ini (Flp 4:12-14.19-20). “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Keyakinan ini lahir dari pengalaman iman Paulus sendiri, sebab ketika dia bertobat, dia sangat dibenci oleh saudara-saudaranya sendiri, oleh para ahli Taurat, imam-imam, orang Farisi, yang menolak ajaran baru bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Kesaksian iman dalam surat-surat yang ditulisnya atau juga yang diceritakan Kisah Rasul, Paulus sungguh-sungguh mengalami banyak penderitaan. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus ia menulis: “Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat” (2 Kor 11:23-28)

Paulus memberikan kesaksian ini dengan tujuan mengajak umatnya di Filipi, Korintus atau pun di tempat lain bahkan kita di zaman ini, bahwa bila mau mengikuti Yesus kita harus siap untuk menerima dan mengalami pelbagai pencobaan, dalam bentuk suka maupun duka. Derita hendaknya dilihat sebagai cara kita mengambil bagian dalam derita Kristus untuk menebus dosa sendiri, sesama ataupun dunia umumnya. Pencobaan melalui kesenangan hendaknya dilihat sebagai bentuk godaan yang perlu diwaspadai, jika tidak maka kita akan terjerumus dalam dosa.

Bila kita bertahan hidup dalam derita dan kesukaran maka janji keselamatan-Nya akan terwujud. Tangan-Nya yang kuat akan selalu menaungi dan melindungi kita dan sesudahnya kita akan hidup dalam sukacita sebab Ia akan menghapus air mata dari wajah semua orang…..(bdk Yes 25:6-10). Pada saatnya Tuhan akan mengundang kita semua masuk dalam Kerajaan-Nya, bagaikan seorang raja yang mengundang kita masuk ke dalam perjamuan nikah anaknya. Di dalam perjamuan itu kita akan menikmati segala makanan yang tersedia bagi kita.

Sebaliknya jika kita tidak bertahan dalam penderitaan dan menolak segala kebaikan yang ditawarkan Tuhan maka kita layak menikmati keselamatan itu.


Sabtu, Oktober 14, 2017

YANG BAHAGIA, PEMELIHARA & PELAKSANA SABDA !  

Ukuran kebahagiaan setiap orang di dunia ini berbeda-beda sesuai cara pandangnya masing-masing. Ada orang yang merasa bahagia kalau memiliki berlimpah-limpah kekayaan materinya; ada orang yang merasa bahagia kalau sudah memiliki dua anak orang dan bersama anak-anak itu mereka hidup sehat, memiliki gaji yang cukup untuk membiayai segala kebutuhan hidup harian dan pendidikan anak; ada yang merasa bahagia kalau mereka sudah membantu sesamanya yang berkekurangan; tetapi ada juga yang merasa bahagia dalam kemiskinan tetapi hati penuh kegembiraan dan seterusnya bisa ditambah litaninya.

Seorang ibu dalam cerita Lukas dalam injilnya hari ini merasa bahagia ketika menyaksikan Yesus yang sedang  mendengar pengajaran-Nya. Dia berkata: “berbahagialah ibu yang telah mengandung dan menyusui engkau”. Dilihat dari konteks cerita Lukas, ukuran kebahagiaan ibu ini terletak pada kebanggaannya memiliki anak seperti Yesus yang pintar bicara, memiliki kuasa untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan, yang bisa membuat kaum Farisi dan ahli Taurat tidak berkutik serta melakukan banyak mujizat sehingga menjadi terkenal di mana-mana. Ukuran kebahagiaan itu diperbaiki Yesus dengan mengatakan: “yang berbahagia ialah mereka yang mendengar sabda Allah dan memeliharanya” (Luk 11:27-28).

Sabda Tuhan itu cahaya kehidupan yang menuntun setiap orang kepada kebenaran, kebaikan dan keselamatan. Sabda Tuhan itu sesungguhnya adalah Yesus sendiri yang telah menjelma menjadi manusia. Dia datang untuk menuntun setiap orang supaya bertobat dan mengikuti kehendak Allah. Karena Ia meminta semua orang bukan hanya menjadi pemdengar tetapi juga menjadi pelaksana firman Allah. Mereka yang mau mendengar dan memelihara sabda Allah itu adalah orang-orang yang paling berbahagia.

Sebaliknya dalam perjanjian lama seperti yang ditulis dalam Kitab nabi Yoel (Yl 3:12-21), nabi itu berseru dan mengajak umat pilihan agar bertobat sebab sudah terlalu banyak kejahatan yang mereka lakukan dalam hidup ini. Ia mengumpamakannya dengan seruan sebagai berikut: “Matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya. TUHAN mengaum dari Sion, dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya, dan langit dan bumi bergoncang. Tetapi TUHAN adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel”.
Sabda Tuhan itu bagaikan cahaya yang memancar menerangi bumi supaya semua orang yang tinggal di dunia ini tidak tinggal dalam kegelapan, tetapi dalam terang, kebenaran sehingga boleh menikmati keselamatan yang disediakan Tuhan bagi hidup kita. Jika sabda itu dipelihara baik-baik dalam hati, dihayati dan dilaksanakan dengan setia dan penuh kasih maka kita boleh menikmati kebahagiaan selama-lamanya.

Yakobus dan Elisabeth adalah pasangan suami istri yang dikaruniai 10 orang anak. Pada masa mereka mengabdi sebagai pegawai negeri sipil, pembayaran gaji tidak lancar. Mereka mencari kerja sampingan sebagai petani agar bisa membiayai pendidikan anak-anak. Andalan mereka adalah devosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario. Karena itu setiap malam mereka selalu berdoa bersama dan membaca firman Tuhan. Pak Yakobus selalu menekankan pentingnya hidup doa dan taat pada sabda Tuhan kepada anak-anaknya. Alhasil, anak-anaknya dapat menikmati pendidikan yang baik, Sebelum pasutri Yakob – Elisabeth ini meninggal, mereka boleh menikmati kebahagiaan dalam kekurangan. karena Tuhan telah memberkati hidup keduanya sehingga kesepuluh anak mereka menjadi “orang”. Karena itu jadilah pemelihara dan pelaksana sabda.  






Selasa, Oktober 10, 2017

TOBAT, PILIHAN HIDUP TERBAIK !

Salah satu penyebab utama manusia menderita adalah dosa. Karena itu Tuhan mengajak manusia  yang berdosa agar  bertobat supaya dibebaskan dari penderitaan itu. Untuk itu Tuhan mengutus para nabi dan orang bijak lainnya guna menyadarkan umat-Nya agar bertobat dan mengaku dosa mereka. Pada zaman Perjanjian Baru hingga masa kini, tugas itu diserahkan kepada para rasul, paus, uskup dan para imam, sebab mereka ini diberi wewenang khusus untuk mengampuni dosa-dosa seluruh umat Allah. Semua orang bersaksi, bila mereka sudah mengaku dosa (bertobat) terjadi banyak kesembuhan rohani dan jasmani; perasaan yang paling menyenangkan sesudah pengakuan dosa adalah hidup kita dibaharui, kita menjadi tenang dan penuh semangat untuk berdoa dan bekerja lagi.

Masih banyakkah orang mengaku dosa? Kenyataan ini amat menyedihkan sebab pada zaman ini banyak orang tidak mau mengaku dosa lagi karena:

·         merasa diri tidak bersalah,
·         tidak mengimani sakramen pengakuan dosa sebagai wujud terbaik dari kerahiman Allah,
·         merasa tak punya waktu untuk mengaku dosa,
·         tidak sadar bahwa dosa telah mendatangkan banyak kesusahan dalam hidup mereka,
·         tidak sadar bahwa dosa itu penghambat utama hubungan baik dengan Tuhan dan sesama.
·         mereka tidak tahu bahwa dengan pertobatan “rahmat kerahiman Allah” mengalir bagaikan sungai yang tak pernah kering.

Ketika Yunus menyampaikan pesan pertobatan di kota Niniwe (Yun 3:1-10), masyarakat seluruh kota itu segera mengenakan kain kabung, berdoa sambil berpuasa mulai dari rajanya hingga rakyat jelata, bahkan binatang-binatang peliharaan mereka pun ikut berpuasa. Dengan melihat kenyataan ini hati Tuhan tergerak oleh belaskasihan dan membebaskan umat Niniwe dari hukuman yang dirancangkan-Nya. Tuhan memang bukan hakim yang lalim tetapi pengasih dan penyayang. Setiap orang yang menyesali dosanya, diampuni-Nya dan hidup mereka dibaharui-Nya. Demikianlah yang terjadi pada umat Niniwe. Dengan pertobatan itu mereka kembali menikmati hidup di dalam Tuhan, yaitu hidup penuh damai dan sukacita.

Menikmati hidup baru dalam Tuhan, penuh damai dan sukacita, dirasakan juga oleh kakak beradik, Marta dan Maria, ketika Tuhan Yesus dan  para murid-Nya mengunjungi mereka (Luk 10:38-42). Namun cara mereka menikmati sukacita itu berbeda. Marta sibuk menyiapkan akomodasi di dapur untuk makan minum,sedangkan Maria duduk di kaki Yesus untuk mendengarkan cerita-cerita-Nya bersama para murid. Yang paling bahagia di antara keduanya adalah Maria karena tidak ingin beranjak dari tempatnya hingga lupa membantu Marta di dapur. Sedangkan Marta merasa kesibukan mempersiapkan makan minum itu membuatnya cepat merasa lelah. Karena itu dia mengeluh tentang saudarinya Maria, tetapi Yesus menjawab: “Maria telah memilih bagian yang terbaik”.

Sesungguhnya, Tuhan selalu ada bersama kita, sebab Ia sudah berkata: “Aku menyertai kamu sampai akhir dunia”. Ia ada di dalam diri kita melalui Roh-Nya yang kudus. Keyakinan ini disampaikan St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus: Tubuhmu adalah kenisah Roh Kudus. Namun jika kita berdosa, hidup dalam dosa seperti umat Niniwe, maka kesadaran kita akan peran Tuhan dalam hidup semakin hari menjadi semakin lemah. Kelemahan dan kelalaian inilah yang akan menjerumuskan kita ke dalam mala petaka. Tuhan tidak mau kita mendapat mala petaka. Ia menghendaki agar selalu hidup dalam rahmat-Nya, hidup dalam pertobatan!   








Senin, Oktober 09, 2017

INGIN MENGHINDAR ?

Manusia diberi karunia untuk menerima tanggung jawab yang diberikan kepada mereka sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Ketika mereka menerimanya mereka akan melaksanakan tugas itu dengan sungguh-sungguh agar sukses dan menyenangkan. Ada juga sesama yang memiliki potensi yang luar biasa – hebat, tetapi ketika diberi tanggung jawab sesuai dengan potensi itu, mereka menghindar atau menolaknya dengan pelbagai alasan, seperti tidak sanggup bekerja sama, tidak biasa, takut tak beralasan, dst.

Yunus termasuk dalam orang yang menghindar dari tugas yang diberikan kepadanya oleh Tuhan. Padahal ia adalah seorang nabi yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan Allah kepada penduduk Ninive agar mereka bertobat dari dosanya. Ia melarikan diri ke Tarsis dengan menumpang sebuah kapal agar menjauhkan diri dari Tuhan (Yun 1:1-17; 2:10). Akan tetapi Tuhan mahatahu dan melihat pergerakan Yunus. Ia terjerat dalam sebuah pencobaan menghadapi bahaya gelombang yang dahsyat dan dibuang ke laut. Dari situ ia belajar bahwa jika Tuhan menghendaki seorang anak manusia untuk mengerjakan sesuah tugas yang penting, maka ia tidak boleh menghindar, tetapi harus melakukannya, sebab setiap perutusan yang berasal dari Tuhan tak akan pernah berjalan tanpa bimbingan-Nya. Ia akan menyertai setiap utusan-Nya dengan kuasa Roh Kudus, agar para utusan itu memiliki keberanian untuk menjalankannya dengan baik dan sukses.

Perumpamaan yang diceritakan Lukas dalam Injilnya hari ini (bab10 ayat 25-37), Yesus menyebut imam dan orang Lewi yang menghindar dari tanggung jawab dan tidak mau menolong orang yang dirampok dan tampaknya sudah mati. Imam dan orang Lewi itu rupanya lebih takut pada hukum Taurat untuk tidak memegang jenasah orang mati kalau mereka hendak melayani tugas di bait Allah. Perumpamaan ini diceritakan Yesus selain untuk memberi penjelasan kepada ahli kitab tentang apa sesungguhnya cinta kasih itu sekaligus mengeritik ahli kitab itu atas sikap mereka yang seringkali tidak tahu mempraktekan hukum cinta kasih. Orang Samaria yang dicap sebagai orang kafir dan tidak punya hukum Taurat justru lebih paham tentang arti cinta dari pada para ahli kitab,  sebab mereka hanya pandai berbicara tentang cinta tetapi gagal dalam prakteknya. Jika gagal maka hidup kekal tidak mungkin bisa dicapai.

Tugas yang diberikan Tuhan kepada kita tidak lain bertujuan untuk menyelamatkan. Ia ingin menyelamatkan kita agar tidak mati dalam dosa. Itu berarti Tuhan mencintai kita, memberi kita kesempatan untuk bertobat. Setiap tugas yang diberikan kepada kita adalah pelayanan untuk mencintai. Jika demikian maka setiap orang yang menerima tugas itu, tidak boleh menghindar, tetapi harus menjalankannya dengan penuh cinta juga. Jika kita menghindar berarti kita gagal mewujudkan cinta Tuhan kepada sesama. Jika menghindar maka pengalaman Yunus dalam Perjanjian Lama itu hendaknya disimak sebagai pelajaran.    


Minggu, Oktober 08, 2017

PIKIRKAN dan KERJAKAN SEMUA YANG BENAR !

Setiap anak manusia yang lahir dan hidup di bumi ini diberi tugas oleh Sang Penciptanya menjadi penggarap-penggarap di kebun anggurnya. Medan garapannya sesuai dengan profesi masing-masing: di laut, di darat dan di udara. Sang Pencipta menghendaki agar para penggarap itu sukses mengerjakan garapannya itu hingga mencapai hasil 100 kali lipat dan sebagian hasilnya harus dikembalikan kepada pemilik kebun anggur sebagai tanda terima kasih. Namun sayangnya harapan dari pemilik kebun anggur itu tidak terwujud karena para penggarap itu mengingkari janji mereka bahkan membunuh ahli warisnya.

Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan di atas kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi sesungguhnya bertujuan untuk mengeritik sikap dan cara hidup mereka yang menolak para utusan Allah dan juga Yesus Kristus sendiri, Mesias, yang kini hadir bersama di hadapan mereka. Penolakan itu berpuncak pada peristiwa penyaliban Yesus di Golgotha. Ketika Yesus bertanya, bagaimana kira-kira sikap pemilik kebun anggur itu kepada penggarap-penggarap itu. Tanpa berpikir panjang mereka menjawab: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan ia sewakan kepada penggarap-penggarap lain”. Lalu Yesus menegaskan: “Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (bdk Mat 21:33-43). Apa arti perumpamaan ini buat kita di zaman ini?

Sesuai rencana-Nya, Allah menghendaki kita menjadi penggarap-penggarap yang baik, sukses dalam pekerjaan dan pelayanan kita masing-masing serta tahu berterima kasih kepada-Nya. Namun ketika rencana ini gagal akibat sikap hidup kita yang jahat maka Ia akan mengambil kembali milik-Nya dan diserahkan kepada penggarap lain yang betul-betul bisa bekerja sama dengan-Nya. Sikap yang jahat terhadap Tuhan adalah penolakan terhadap rencana keselamatan dan kebaikan-Nya. Jika demikian jangan pernah berharap hidup kita akan diberkati atau diselamatkan.

Pada zaman perjanjian lama sebagaimana diibaratkan oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini adalah gambaran dari apa yang sudah dialami oleh bangsa Israel dan yang akan mereka lakukan lagi pada zaman Yesus. Tuhan mengharapkan kebun anggur Israel menghasilkan buah anggur yang baik ternyata hasilnya anggur asam. Dalam nubuat Yesaya tampaknya seolah-olah Allah marah dan mengatakan: “Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya” (bdk Yes 5:1-7). Kejahatan mengakibatkan keruntuhan, maka jangan pernah berharap datangnya rahmat bila kita bercokol dalam kejahatan.

Menyadari hal ini St, Paulus dalam bacaan kedua menasihati umat Filipi dengan menulis: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu” (bdk Fil 4:6-9). Tuhan suka pada semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Untuk sampai ke tingkat ini manusia harus bertobat dan bukan menjadi penggarap yang terus menerus ingkar janji!




Sabtu, Oktober 07, 2017

PENGASUHMU YAKNI ALLAH KEKAL ! (Maria, Ratu Rosari)

Dalam artikel tentang doa pribadi dari Konstitusi Ordo Santa Ursula ditulis ketetapan sebagai berikut: “doa pribadi kita merupakan hak istimewa untuk berjumpa dengan Tuhan yang bersemayam di lubuk hati kita” (artikel 59). Itu berarti setiap anggota ordo ini wajib menjalankan kegiatan doa pribadi, bahkan ditegaskan dalam artikel 60: “Komunitas mengusahakan supaya hak setiap suster untuk berdoa dihormati”. Mengapa ada ketetapan dan penegasan demikian? Hal itu tidak lain supaya para pengikut St. Angela ini sungguh-sungguh hidup dalam Allah dan Allah hidup dalam diri mereka. Dengan kata lain, ini adalah sebuah kesaksian hidup yang perlu mereka wartakan kepada semua orang bahwa orang beriman tidak boleh melupakan Allah-nya. Sebab kita yakin Allah itu Pencipta, Penyelenggara, Pemelihara, Pengasuh hidup manusia.

Dalam bacaan pertama hari ini (Bar 4:5-12.27-29) nabi Barukh memperingatkan umat Israel agar tidak mengulangi kembali kejahatan mereka meninggalkan Allah, sebab keyakinan akan Allah sebagai Pencipta dan Pengasuh hidup manusia telah menjadi warisan utama sejak Abraham, Ishaak dan Yakub. Semua kesusahan dan kepahitan terjadi karena mereka mengabaikan semua tuntunan Allah melalui hukum-hukum-Nya. karena mereka lebih percaya kepada dirinya sendiri dan pengaruh bangsa-bangsa asing. Barukh meminta mereka agar kembali kepada Tuhan dan mendengarkan Dia. Singkatnya mereka harus bertobat dan kembali memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Tuhan adalah Pengasuh yang kekal.

Injil menceritakan pengalaman 72 murid tentang karya perutusan mereka. Syering mereka tampaknya penuh sukacita. Namun Tuhan Yesus mengingatkan mereka agar jangan terlalu bersukacita karena kemenangan mereka dalam karya-karya itu tetapi sebaiknya bersukacita sebab nama mereka tercatat sebagai rekan kerja Allah dalam Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus pun ikut bersyukur atas apa yang terjadi atas para murid-Nya. Kuasa Roh Kudus telah menyertai mereka (Luk 10:17-24). Pengalaman kehadiran Allah ini kemudian membuat hati para murid itu berkobar-kobar untuk melanjutkan karya keselamatan Tuhan setelah mereka semua menerima Roh Kudus.

Hari ini Gereja mengajak kita untuk memperingati pesta Bunda Maria, Ratu Rosari. Devosi Rosario bukan sekedar devosi untuk Bunda Maria, tetapi devosi yang mendekatkan kita pada Puteranya Yesus Kristus, sebab seluruh renungan dalam tiap peristiwa Rosario adalah renungan tentang asal usul dan karya Yesus selama berada di dunia ini. Maria mengambil bagian penuh dalam karya Puteranya karena dia adalah ibu Yesus, yang mengandung, melahirkan dan memelihara, mendoakan karya Yesus serta menyertai Yesus hingga wafat di kayu salib. Doa Rosario bukan mengutamakan Maria tetapi dengan doa itu Maria akan selalu mendampingi kita agar kita bisa berjumpa dengan Puteranya dan akhirnya kita bisa berjalan bersama Yesus menuju sukacita abadi.

Selain itu kita tahu bahwa dengan berdoa Rosario pengaruh setan dan kroni-kroninya dipatahkan, sebab Bunda Maria telah diberi kuasa untuk menginjak ular, lambang setan. Itu berarti dengan berdoa Rosario, Bunda Maria akan melindungi kita dengan mantol keibuannya agar kita tidak jatuh ke dalam godaan setan; dan ia akan mengingatkan kita juga bahwa kuasa Puteranya jauh lebih kuat dari kuasa setan. Jangan takut. Allah adalah Pengasuhmu !     


Jumat, Oktober 06, 2017

MENOLAK KALIAN = MENOLAK AKU !

Setiap utusan Tuhan, mulai dari para pewarta injil, baik awam maupun religius, para imam, para rasul, uskup dan paus dalam Gereja Katolik diyakini sebagai orang-orang yang dipilih secara khusus untuk bekerja di kebun anggur Tuhan. Mereka dipanggil secara istimewa bukan untuk tinggal di tempat tetapi diutus pergi ke mana saja ke seluruh dunia guna melanjutkan karya keselamatan Tuhan untuk semua orang. Namun sejak awal berdirinya Gereja oleh para rasul tugas perutusan ini bukanlah pekerjaan yang enteng karena tidak semua orang, suku atau bangsa menerima kedatangan dan misi pelayanan mereka.

Tuhan Yesus tahu akan tantangan itu, sebab Ia sendiri juga telah mengalami penolakan yang sama bahkan di kampung asalnya sendiri. Namun untuk membesarkan hati para murid-Nya Ia memberi mereka nasihat bahwa kalau mereka ditolak, itu sama dengan menolak Dia yang mengutus mereka. Karena itu para murid atau semua utusan Tuhan tak perlu berkecil hati ketika menghadapi penolakan (Luk 10:13-16). Jika ditolak karena membawa kabar gembira dan kebenaran-Nya. pengalaman itu menjadi kesempatan yang indah bagi para murid untuk mengambil bagian dalam pengalaman Tuhan sendiri yang juga pernah mengalami penolakan dari bangsa-Nya sendiri.

Menolak atau meninggalkan Tuhan pernah dilakukan oleh bangsa Israel, terutama dosa ketidaktaatan pada kehendak Allah. Dalam bacaan pertama, nabi Barukh mengakui hal ini dengan mengatakan: “Memang kami telah berdosa kepada Tuhan. Kami tidak taat kepada-Nya dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, untuk mengikuti segala ketetapan Tuhan yang telah ditaruh-Nya di hadapan kami. Semenjak hari Tuhan membawa nenek moyang kami keluar dari negeri Mesir hingga dengan hari ini kami tidak taat kepada Tuhan, Allah kami. Sebaliknya Tuhan telah kami alpakan karena tidak mendengarkan suara-Nya” (Bar 1:17-19). Sejarah Israel telah membuktikan bahwa mereka sering tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan, yang telah membebaskan mereka dari penindasan di Mesir dan membawa mereka ke tanah terjanji. Mereka menolak bahkan meninggalkan Tuhan lalu percaya kepada dewa-dewi asing. Sikap dasar ini tampaknya sudah menjadi habitus dan terwaris secara turun temurun. Menolak utusan Tuhan sama dengan menolak Tuhan. Para utusan ini menjalankan tugas perutusan bukan atas kemauan sendiri tetapi atas kehendak dan perintah Tuhan sendiri.

Pada zaman ini penolakan dan penghujatan terhadap Tuhan Yesus Kristus semakin menjadi-jadi, termasuk menolak semua pengikutnya sebab sudah terus menerus mendapat cap sebagai “orang kafir”. Hemat saya tak perlu kita berkecil hati terhadap penolakan-penolakan itu, karena Tuhan yang kita percaya tetap Tuhan yang telah mengorbankan hidup-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Barangsiapa percaya dia akan selamat. Barangsiapa tidak percaya hukuman telah tersedia baginya.   

Kamis, Oktober 05, 2017

HUKUM TUHAN, LEBIH INDAH DARI EMAS !  

Minggu lalu di sebuah restoran kecil di pantai Bajo, iseng-iseng saya bertanya kepada seorang bapak yang mentraktir kami: “Pak, saya dengar kini banyak orang merasa gelisah dengan aturan pajak yang ketat oleh pemerintah. Bagaimana menurut bapak? Bapak itu menjawab, “hemat saya peraturan ini sangat bagus bagi kami yang sudah biasa membuat laporan yang jujur dari hasil usaha kami. Pekerjaan kami lancar dan laporan pembayaran pajak kami baik dan tak ada kesulitan”. Yang merasa gelisah adalah mereka yang selama ini sering membuat laporan palsu demi keuntungan yang besar dan akibatnya negeri ini tidak bisa maju, yang kaya bertambah kaya dan yang miskin tetap saja miskin sebab kita selalu kekurangan uang untuk membangun infrastruktur dsb. Negara maju karena uang pajaknya”. Bagi bapak ini hukum Negara tentang kejujuran membayar pajak adalah sesuatu yang baik demi kesejahteraan bersama.

Jawaban bapak ini mengingatkan kita akan gambaran sukacita yang diungkapkan pemazmur dalam mazmur antar bacaan hari ini tentang bagaimana nikmatnya hukum Tuhan. “Hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah (bdk Mzm 19: 8-11). Kegembiraan pemazmur ini dirasakan juga oleh umat Israel pada zaman pemerintahan kepala daerah, Nehemia, dan imam Ezra. Ketika Ezra membaca Taurat Tuhan dari pagi hingga tengah hari, semua bangsa yang mengerti tentang arti hukum-hukum itu, mendengarnya dengan penuh perhatian dan mereka merasakan betapa hikmatnya Taurat Musa itu bahkan membuat mereka sedih mendengarnya. Setelah pembacaan itu Ezra mengumumkan kepada seluruh jemaat Israel bahwa hari itu hari Tuhan dan mereka harus bersukacita karenanya dan berpesta ria. Hukum Tuhan adalah sesuatu yang indah. Hukum mengatur kehidupan manusia agar tertib, aman dan damai. Orang-orang yang taat pada hukum adalah orang-orang yang mencintai Tuhan dan sesamanya; mereka termasuk orang-orang yang berkualitas dalam hidup ini.

Ketika mengutus 70 murid, Tuhan Yesus menetapkan beberapa ketentuan: pertama, mereka pergi berdua-dua; kedua, berdoa kepada Tuhan agar Ia mengirim pekerja-pekerja sebab tuaian banyak tetapi pekerjanya sedikit; ketiga, jangan bawa bekal, pundi-pundi dan kasut; keempat, jangan beri salam kepada siapapun supaya fokus pada pelayanan; kelima, jika masuk rumah orang perhatikan tata sopan santun dan menikmati apa saja yang disiapkan tuan rumah; keenam, jangan pindah-pindah rumah; ketujuh, sembuhkanlah orang-orang sakit; kedelapan, jika tidak diterima maka kebaskan saja debu dari kaki sebagai tanda peringatan bagi mereka bahwa sikap menolak itu salah (Luk 10:1-12).

Tampaknya aturan yang diberikan Tuhan Yesus ini sangat detail. Tujuannya tidak lain agar para murid itu fokus pada pekerjaan mereka yang utama yakni pekerjaan mewartakan kabar gembira. Pekerjaan ini penting karena umat Israel saat itu berada dalam situasi yang sulit akibat penjajahan. Mereka diutus untuk memberi penghiburan, kekuatan dan kesembuhan rohani dan jasmani. Aturan-aturan yang ditetapkan Yesus itu penting, bila ditaati maka nikmatnya akan terasa seperti madu di sarang lebih atau lebih indah dari pada emas. Mengutip Santa Angela dalam wasiatnya ia mengataka: “Kalau kamu taat pada hukum Tuhan dan perintah pemimpinmu maka hikmatnya akan jauh lebih besar dari pada rasa sakit yang kamu alami”!

Bila saja kita semua taat pada perintah Allah dan hukum-hukum positip di setiap negeri, maka kita akan menikmati kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari manisnya madu di sarang lebah atau indahnya lebih dari pada emas murni !










Rabu, Oktober 04, 2017

TANGAN ALLAHKU MELINDUNGI AKU ! (pesta St. Fransiskus Asisi)

Tahun 1981 saya menjalani Tahun Orientasi Pastoral di paroki Lengko Ajang, Keuskupan Ruteng. Sebelum berangkat dari Kumba, Ruteng, sepanjang malam hujan bulan Januari turun hampir tak pernah berhenti. Kala itu mobil menuju paroki itu belum ada karena jalan raya masih rintisan saja. Pilihan satu-satunya berjalan kaki. Saat sebelum berangkat, saya masuk kamar tidur berdoa Rosario memohon Bunda Maria menyertai saya dan Om saya dalam perjalanan hari itu. Pada waktu keluar dari rumah hujan serentak berhenti dan ajaib terjadi sepanjang hari itu, hujan terus menerus mengikuti kami dari belakang.

Tiba di Wae Togong (sungai besar belum ada jembatan) banjir sudah sejak semalam mengalir deras. Tiba-tiba dari seberang sungai dua orang berteriak dan mengatakan kepada kami supaya menunggu dua jam hingga air sedikit surut. Namun tidak sampai setengah jam mereka berteriak lagi, sekarang kami menyeberang menolong Anda berdua. Mereka menyeberang dengan gagah berani melawan arus deras di antara bebatuan. Melihat keberanian kedua orang tersebut nyali saya semakin teguh dan mau menyeberangi sungai tanpa rasa takut. Kami selamat hingga ke seberang. Keduanya sangat bersukacita karena orang yang mereka tolong ini adalah seorang calon imam yang akan menjalankan orientasi pastoral di paroki itu. Keduanya tinggal di salah satu stasi dari paroki Lengko Ajang.

Perjalanan hari itu mengingatkan saya akan mujizat yang dikerjakan Tuhan melalui devosi Rosario. Tuhan Yesus mendengarkan doa bunda Maria, ibunya. Sejak hari itu saya semakin percaya Tuhan menginginkan saya menjadi saksi-Nya. Orientasi pastoral setahun menjadi aturan umum Seminari Tinggi Ritapiret saat itu. Meski demikian pengalaman rohani setahun di paroki tersebut telah membulatkan panggilan saya untuk menjadi imam. Karena sejak hari pertama hingga 360 hari sesudahnya Tuhan mengerjakan banyak mujizatnya dalam orentasi pastoral saya. Tuhan sungguh memberkati dan melindungi.

Nehemia adalah pelayan raja Artahsasta, di Persia. Ia adalah seorang Israel yang taat pada hukum Taurat. Dalam hatinya ia selalu berdoa agar bisa kembali ke Yerusalem untuk memperbaiki makam nenek moyangnya yang telah rusak akibat reruntuhan batu dan tembok. Doanya terkabul dan raja mengizinkan dia pulang dengan surat kuasa dari raja agar memperlancar perjalanannya. Nehemia lalu bersaksi: Tangan Allahku yang murah melindungi aku! (Neh 2:1-8). Nehemia orang benar dan doa orang benar didengarkan Allah.

Dalam Injil hari ini ada tiga orang yang bertemu dengan Yesus. Yang pertama meminta untuk mengikuti-Nya, namun jawaban Yesus membuat dia terdiam. Dua orang lain diminta Yesus untuk mengikutinya, namun keduanya memberi alasan berhalangan karena urusan keluarga dan pekerjaan. Maka keduanya tak layak menjadi pekerja untuk Kerajaan Allah (Luk 9:57-62). Yang pertama mengajukan keinginannya untuk mendapatkan rahmat dari Tuhan, namun syarat yang berat menghalangi untuk maju. Kedua orang lain terakhir diminta Tuhan untuk berpartisipasi dalam pelayanan-Nya, namun hati mereka berat karena masih terpaut pada kesibukan duniawinya.

Allah mendengarkan doa dan memberi rahmat perlindungan kepada orang-orang yang setia dan mengandalkan Dia dalam hidup mereka. Ia adalah Allah yang mahasetia. Ia siap mendengar dan menolong siapa saja, yang juga setia dalam iman kepada-Nya. Para kudus, yang namanya tertulis dalam Kitab Suci dan para kudus dengan riwayatnya masing-masing telah bersaksi kepada kita tentang “pengalaman perjumpaan mereka dengan Allah”. Pengalaman itulah yang mereka ceritakan kepada kita dan kini termuat dalam Kitab Kehidupan ini. St. Fransiskus Asisi mengalami Tuhan melalui panggilan yang unik. Dia meninggalkan segalanya dan melayani Tuhan seumur hidup. Pengalaman yang sama akan kita jumpai dalam hidup ini, bila kita setia mengimani Dia. Amin


Selasa, Oktober 03, 2017

IMAN, FOKUS PADA YESUS !

“Romo, saya ini bingung sekali, dalam sebulan ini ketika saya sakit datang banyak saudara yang menawarkan jasanya untuk mendoakan saya. Yang satu datang mengatakan: Anda sakit karena tetangga sebelah iri hari padamu, sebab Anda masih muda tetapi hidupmu sudah lebih dari cukup. Mereka tikam bekas telapak kakimu sehingga engkau selalu merasa sakit dari bagian telapak kaki, Anda harus membalasnya dengan cara ini”.

“Saudara yang satu dari kampung sebelah juga datang dan mengatakan saya sakit karena tidak beri makan nenek moyang yang sudah mati. Karena itu Anda harus cari ayam warna bulunya tiga, potong dan persembahkan hati dan lain-lainnya untuk mereka, maka Anda akan sehat. Saya lakukan tetap saja sakit”.

“Minggu lalu datang lagi seorang pendoa yang mengatakan saya sakit karena salah letak kamar, Anda harus pindah kamar dan ubah pintunya harus menghadap ke barat. Di bagian timur ada jalan setan”. Menutup ceritanya, pak Mikhael, demikian namanya dipanggil, “Romo saya pusing sekali dengan nasihat-nasihat itu, tetap saja sakit saya tidak sembuh-sembuh. Saya minta doa Romo saja sekarang. Tolong Romo beri saya urapan minyak suci, kalau saya mati saya sudah siap diri”. Seminggu kemudian pak Mikhael  datang lagi, dengan senyum gembira ia menyampaikan terima kasihnya karena sesudah menerima minyak suci, ia merasa ada sesuatu hambatan di dadanya yang selama ini menyebabkan dia susah bernafas dan kini sudah sembuh sama sekali.

Tuhan Yesus dalam Injil hari ini (Luk 9:51-56) Yesus mengutus beberapa orang mendahului Dia ke Yerusalem, sebab Ia ingin memfokuskan diri-Nya pada tugas terkahir dari keberadaan-Nya di dunia ini, menuju Yerusalem. Bagi-Nya kota ini harus menjadi pusat dari peradaban iman akan Allah; di kota ini Salomo mendirikan kenisah yang besar; di kota ini raja-raja memusatkan kekuasaan dan pemerintahan mereka; di kota ini pula Ia ingin membangun peradaban baru, peradaban kristiani di mana semua orang memandang Dia yang rela menderita dan ditinggikan di kayu salib, memandang Dia yang bangkit dari antara orang mati dan memandang Dia yang memenuhi janji-Nya mengutus Roh Kudus. Dengan demikian Dia ingin mengajak dan mengingatkan semua yang percaya untuk memusatkan perhatian mereka pada hidup dan karya-Nya, sebab namaNya telah dimeterai melebihi segala nama dan Dia juga telah diangkat mejadi Raja atas segala raja. Kepada-Nya semua orang berbakti dan menyembah. Melalui Dia dan oleh Dia semua orang diselamatkan. Maka iman kita pun harus berfokus pada-Nya, sebab Dia-lah satu-satunya pengantara kepada Bapa di surga.

Apa yang terjadi sejak sebelum Kristus dan terutama sesudah Yesus Kristus naik ke surga hingga kini kota Yerusalem menjadi fokus perhatian orang-orang yang percaya kepada-Nya. Nubuat nabi Zakharia tergenapi: “Banyak bangsa dan suku-suku bangsa yang kuat akan datang mencari TUHAN semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati TUHAN." (bdk Za 8:20-23).

Banyak orang mencari Tuhan untuk kesembuhan, penghiburan dan kekuatan, ketahanan dll, tetapi sayangnya tidak fokus pada Sumber Kebenaran, tidak pada dan dalam Tuhan. Mereka mencari yang bukan Tuhan, mencari dan menemukan yang sia-sia. Hari ini kita diajak pulang kepada-Nya, Sumber Kebenaran !





  








Senin, Oktober 02, 2017

MALAIKAT PELINDUNG ! (pesta malaikat pelindung)

Pedro semasa berusia 4 tahun sering bermain-main ke hutan di dekat rumahnya. Saking senangnya ia masuk semakin jauh ke dalam hutan menikmati suara burung-burung yang bersiul riang gembira. Ia lupa bahwa hari sudah rembang petang dan makin lama makin gelap. Ketika ia hendak pulang ke rumahnya ia tidak bisa melihat apa-apa lagi karena hari sudah sangat gelap. Ia ketakutan dan berteriak meminta bantuan tetapi suaranya tidak kedengaran ke mana-mana ditelan dedaunan dan bunyi burung malam yang semakin riuh. Ketika ketakutan semakin mencekam perasaannya, ia teringat akan cerita ayah tentang para malaikat pelindung. Segera saja saat itu ia pun berlutut dan berdoa: Tuhan Yesus kirimkan kepada saya malaikat pelindungmu dan bantulah saya, karena saya telah tersesat.

Doa seorang anak yang polos tetapi penuh iman itu segera terjawab. Tiba-tiba tampaklah kepadanya sesosok manusia berbadan tinggi ramping, bercahaya dan memiliki sayap. Orang itu memimpin Peter hingga ke dekat rumahnya, ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Sementara itu di kampungnya telah berkumpul seluruh warga sambil memukul gong dan menabuh gendrang untuk mencari Peter. Orangtua beserta kakak-kakaknya telah menangis karena gelisah memikirkan Peter. Akhirnya mereka bersyukur Peter bisa pulang pukul 22.00. Sambil meminta maaf atas kenakalannya, ia mengisahkan kembali bagaimana ia tersesat dan berdoa mohon bantuan kepada Tuhan agar mengirimkan malaikat pelindung itu. Sesudah itu ia bersaksi kepada teman-temannya bahwa malaikat pelindung dan penolong itu ada,
Cerita tentang malaikat punya dasar biblis. Bacaan pertama Kitab Keluaran 23:20-23a hari ini mengatakan tentang adanya malaikat. “Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan”. Lalu Penulis Kitab Keluaran memberi nasihat kepada kita agar kita menjaga diri dengan menjaga hubungan baik dengan mendengar nasihatnya. Hal ini penting sebab keselamatan hidup kita ada dalam tanggung jawabnya, musuh jiwa raga kita akan digempurnya. Tetapi jika hubungan ini tidak dijaga maka pelanggaran kita tak akan dia ampuni.

Di sela-sela pengajaran-Nya para murid bertanya tentang siapa yang terbesar dalam kerajaan Allah. Pertanyaan ambisius ini dijawab Tuhan Yesus dengan meminta mereka agar memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Lalu dengan penuh wibawa Yesus berkata, “jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak masuk Kerajaan Surga, tetapi jika kamu rendah hati seperti anak kecil ini, kamulah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Jangan remehkan mereka sebab malaikat-malaikat mereka selalu memandang Bapa-Ku di surga” (Mat 18:1-5.10). Pengajaran Yesus meneguhkan apa yang telah ditulis dalam Perjanjian Lama tentang eksistensi para malaikat surga yang ditugaskan Allah untuk menjaga setiap insan manusia agar hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Jika kita melihat dan menilai fenomena hidup manusia di zaman ini, banyak orang tidak peduli pada kehadiran para malaikat pelindung itu, sebab tampaknya dosa telah merajalela dan mengobrak-abrik semangat ketaatan kita pada kehendak Tuhan dan hidup menurut kehendak sendiri. Masa bodoh, tidak mau tahu, tidak mau mendengar nasihat menjadi sumber kejatuhan manusia zaman ini. Sabda Yesus dalam Injil hari ini mengingatkan kita: “Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk Kerajaan Surga”  












Minggu, Oktober 01, 2017

LAIN DI BIBIR, LAIN DI HATI !

Judul renungan di atas menandakan bahwa di dunia ini terdapat begitu banyak kejadian tentang orang-orang yang gemar berjanji tetapi tidak melaksanakannya. Akibatnya sebanyak itu pula, sama saudara kita yang disakiti karena merasa tertipu atau dikhianati. Dalam hubungan dengan ini St. Yakobus dalam suratnya pernah menulis tentang: dosa karena lidah. “Lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lidah itu  seperti api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka” (Yak 3:5-6)

Injil hari ini mengisahkan dua orang anak yang masing-masing melambangkan dua sikap manusia yang berbeda. Yang pertama menjawab YA tetapi tidak melakukannya. Yang kedua menjawab TIDAK tetapi melakukannya. Yang dinilai benar dari keduanya adalah yang kedua. Sebab meskipun ia menolak permintaan ayahnya tetapi kemudian ia menyesali penolakan itu lalu segera melaksanakan perintah ayahnya. Sedangkan yang pertama tidak sama sekali. Anak yang pertama inilah yang menyakiti hati ayahnya (Mat 21:28-32). Tindakan anak pertama ini sungguh menggambarkan anak-anak manusia yang gemar berjanji, berkata YA tetapi tidak melaksanakannya. Mereka inilah yang dicap: Lain di bibir, lain di hati. Tindakan tidak selaras ucapan. Menyakitkan! Anak-anak manusia seperti ini sering tidak menyadari bahwa tindakan seperti itu menodai seluruh hidupnya. Seumur hidup orang tidak percaya.

Dalam perjanjian lama nabi Yehezkiel mengecam keras orang-orang yang menganggap dirinya benar tetapi kemudian jatuh ke dalam dosa dan tetap hidup dalam dosanya. Mereka ini identik dengan sikap anak pertama dari cerita Yesus dalam injil hari ini. Sebaliknya Yehezkiel memuji orang-orang yang telah hidup dalam dosa namun bertobat dan memperbaiki hidupnya lalu kemudian hidup dalam kebenaran (Yeh 18:25-28). Kenyataan ini diumpamakan Yesus dalam Injil seperti anak kedua. Anak pertama berbibir manis tetapi ber-hati degil, anak kedua berbibir pahit tetapi berhati manis.

St. Paulus juga sadar bahwa sikap anak pertama dalam Injil sama sekali tidak dapat dibenarkan. Maka melalui suratnya dengan tegas ia menghimbau jemaat Filipi (Fil 2:1-11) agar sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan diri sendiri atau pujian yang sia-sia. Karena Yesus Kristus telah merendahkan dirinya sedemikian rupa hingga mati di kayu salib untuk membela nasib hidup kita yang ternoda oleh dosa. Tuhan meminta dari kita para pengikut-Nya agar menjaga keselarasan dalam cara hidup, dalam kata dan perbuatan. INTEGRITAS itu berada pada level tertinggi dari cara hidup kita dan itu menjadi jaminan yang menghantar kita menuju hidup kekal.    

Adhitz Ads