Dalam
buku berjudul “Dekat dengan Yohanes Paulus II” karya Wlodzimiers Redzioch,
salah seorang Kardinal yang diwawancarai bernama Mgr. Emery Kabongo dari Zaire.
Beliau adalah salah seorang sekretaris pribadi kedua dari Paus Yohanes Paulus
II. Ketika beliau ditanya: Gereja memaklumkan para beato dan para santo untuk
menunjukkan kepada kaum beriman model-model hidup Kristani….dan bagaimana
pendapatnya tentang Paus Yohanes Paulus II? Mgr Emery menjawab: Yohanes Paulus
II adalah sebuah model bagaimana menghayati Kerahiman. Beliau menghadapi semua
masalah bahkan yang paling pelik sekalipun, dengan semangat Kerahiman Ilahi. Apa
pendasaran beliau untuk memberi kesaksian seperti itu tentang Paus ini?
Ia
melihat Paus Yohanes Paulus II seperti perumpamaan Yesus yang berbicara tentang
raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya…….tetapi tidak dihadiri
seorangpun. Kemudian raja itu mengutus hamba-hambanya mengundang semua orang
yang ada di jalan-jalan untuk mengikuti perjamuan tersebut…Bapa di surga telah
mempersiapkan bagi kita sejak awal sebuah perjamuan karena Bapa menginginkan
keselamatan kita. Yohanes Paulus II adalah seperti hamba dari raja yang pergi
ke jalan-jalan dunia untuk mengundang orang ke perjamuan Allah (Luk 14:15-24).
Allah
memanggil semua karena kasih. Kasih-Nya tanpa pandang bulu. Siapa saja
dipanggil Allah untuk diselamatkan. Namun sayangnya mereka yang dipanggil itu
ada yang tidak mengenakan pakaian pesta. Tidak mengenakan pesta berarti orang
yang diundang itu tidak memiliki kasih sehingga ia dibuang keluar. Kerajaan Allah
itu kerajaan kasih. Yang masuk ke sana adalah orang yang hidup dalam kasih dan
telah mempraktekkan kasih. Ada tiga kebajikan Ilahi yang kita miliki dan
pelihara untuk mencapai hidup kekal yaitu: iman, harap dan kasih. Namun yang
paling besar dari antaranya adalah kasih. Kasih itu mencapai kesempurnaannya
ketika kita masuk dalam Kerajaan Kasih-Nya.
Meskipun
dalam hidup kristiani ini, kita berbeda dalam banyak hal termasuk perbedaan
dalam karunia-karunia namun kita dipanggil untuk menjadi satu tubuh di mana
Kristus menjadi Kepalanya. Dasar dan tujuan kita dipanggil dan dipersatukan
menjadi satu tubuh tidak lain agar kita dapat mewujudkan tiga kebajikan Ilahi
dalam kebersamaan yang membuat kita semakin kaya di dalamnya: kaya dalam iman, harap dan kasih.
Allah memanggil kita karena kasih. Ia ingin mempersatukan kita dalam kasih-Nya
yang sempurna setelah kita hidup dalam iman akan Dia dengan penuh pengharapan.
Santu
Paulus mendorong jemaat Roma (12:5-16a) agar memelihara karunia-karunia yang
berbeda dalam persatuan kasih dengan Kristus sebagai Kepalanya. Karunia-karunia
itu berasal dari Allah, terarah kepada Allah agar dipersatukan dengan Allah
sendiri dalam persatuan yang sempurna, hidup dalam perjamuan kasih bersama-Nya.