Ukuran
kebahagiaan setiap orang di dunia ini berbeda-beda sesuai cara pandangnya
masing-masing. Ada orang yang merasa bahagia kalau memiliki berlimpah-limpah
kekayaan materinya; ada orang yang merasa bahagia kalau sudah memiliki dua anak
orang dan bersama anak-anak itu mereka hidup sehat, memiliki gaji yang cukup
untuk membiayai segala kebutuhan hidup harian dan pendidikan anak; ada yang
merasa bahagia kalau mereka sudah membantu sesamanya yang berkekurangan; tetapi
ada juga yang merasa bahagia dalam kemiskinan tetapi hati penuh kegembiraan dan
seterusnya bisa ditambah litaninya.
Seorang
ibu dalam cerita Lukas dalam injilnya hari ini merasa bahagia ketika
menyaksikan Yesus yang sedang mendengar
pengajaran-Nya. Dia berkata: “berbahagialah ibu yang telah mengandung dan
menyusui engkau”. Dilihat dari konteks cerita Lukas, ukuran kebahagiaan ibu ini
terletak pada kebanggaannya memiliki anak seperti Yesus yang pintar bicara, memiliki
kuasa untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan, yang bisa membuat kaum
Farisi dan ahli Taurat tidak berkutik serta melakukan banyak mujizat sehingga
menjadi terkenal di mana-mana. Ukuran kebahagiaan itu diperbaiki Yesus dengan
mengatakan: “yang berbahagia ialah mereka yang mendengar sabda Allah dan
memeliharanya” (Luk 11:27-28).
Sabda
Tuhan itu cahaya kehidupan yang menuntun setiap orang kepada kebenaran,
kebaikan dan keselamatan. Sabda Tuhan itu sesungguhnya adalah Yesus sendiri
yang telah menjelma menjadi manusia. Dia datang untuk menuntun setiap orang
supaya bertobat dan mengikuti kehendak Allah. Karena Ia meminta semua orang
bukan hanya menjadi pemdengar tetapi juga menjadi pelaksana firman Allah.
Mereka yang mau mendengar dan memelihara sabda Allah itu adalah orang-orang
yang paling berbahagia.
Sebaliknya
dalam perjanjian lama seperti yang ditulis dalam Kitab nabi Yoel (Yl 3:12-21),
nabi itu berseru dan mengajak umat pilihan agar bertobat sebab sudah terlalu
banyak kejahatan yang mereka lakukan dalam hidup ini. Ia mengumpamakannya
dengan seruan sebagai berikut: “Matahari
dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya. TUHAN
mengaum dari Sion, dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya, dan langit dan
bumi bergoncang. Tetapi TUHAN adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan
benteng bagi orang Israel”.
Sabda
Tuhan itu bagaikan cahaya yang memancar menerangi bumi supaya semua orang yang
tinggal di dunia ini tidak tinggal dalam kegelapan, tetapi dalam terang,
kebenaran sehingga boleh menikmati keselamatan yang disediakan Tuhan bagi hidup
kita. Jika sabda itu dipelihara baik-baik dalam hati, dihayati dan dilaksanakan
dengan setia dan penuh kasih maka kita boleh menikmati kebahagiaan
selama-lamanya.
Yakobus
dan Elisabeth adalah pasangan suami istri yang dikaruniai 10 orang anak. Pada masa
mereka mengabdi sebagai pegawai negeri sipil, pembayaran gaji tidak lancar. Mereka
mencari kerja sampingan sebagai petani agar bisa membiayai pendidikan
anak-anak. Andalan mereka adalah devosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario.
Karena itu setiap malam mereka selalu berdoa bersama dan membaca firman Tuhan. Pak
Yakobus selalu menekankan pentingnya hidup doa dan taat pada sabda Tuhan kepada
anak-anaknya. Alhasil, anak-anaknya dapat menikmati pendidikan yang baik,
Sebelum pasutri Yakob – Elisabeth ini meninggal, mereka boleh menikmati
kebahagiaan dalam kekurangan. karena Tuhan telah memberkati hidup keduanya
sehingga kesepuluh anak mereka menjadi “orang”. Karena
itu jadilah pemelihara dan pelaksana sabda.