Sifat
dan sikap yang paling baik yang perlu dihayati dan dipupuk oleh setiap insan di
dunia ini adalah suka “berdamai”. Damai dalam keyakinan kita terarah pada 4
unsur berikut, yakni: damai dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan alam
lingkungan. Mengapa? Jawabannya, dalam hidup ini kita selalu berhubungan dengan
ke empat unsur bersangkutan. Jika dengan salah satunya hubungan kita kurang
beres, maka hati dan pikiran kita akan terganggu. Kita tidak akan menikmati
kenyamanan dalam hidup.
Hari
ini Tuhan Yesus menasihati kita (Luk 12:54-59) agar sebelum kita menghadap
penguasa yang menyelesaikan perkara hidup kita, sebaiknya kita berdamai lebih
dahulu agar kita tidak mendapat hukuman bila saja perkara itu diadili oleh
penguasa yang mungkin akan membuat keputusan yang merugikan kita atau pihak
lawan. Kalau kita yang dijebloskan ke dalam penjara, kita akan mendapat
kerugian. Kalau lawan yang masuk penjara, dia akan menderita kerugian juga dan
hubungan kita dengan orang bersangkutan tidak bisa diperbaiki. Kita ingin agar
dalam dunia ini kita bisa bekerja sama, menikmati kebahagiaan bersama-sama,
bernyanyi bersama dalam sukacita, menderita bersama dalam kesusahan. Kalah dan
menang karena persaingan selalu menimbulkan permusuhan yang tak akan berguna
bagi hidup kita. Hidup di dunia ini hanya dinikmati sekali saja dalam waktu
yang amat terbatas. Hidup dalam damai saja yang dapat memberi kita kebahagiaan.
Namun
untuk mewujudkan cita-cita Tuhan Yesus di atas tidaklah mudah. Santu Paulus
menyadari hal ini. Dalam usaha untuk memelihara karunia-karunia Allah hidupnya
masih bergulat dengan kelemahan-kelemahan. Dia menulis: “dalam diriku masih ada dosa yang bercokol. Dalam batin aku suka akan
hukum Allah, tetapi anggota tubuhku masih berjuang melawan hukum akal budi. Aku
ini manusia celaka” (Rom 7:18-25a). Paulus
sangat rendah hati mengatakan hal ini namun ia juga percaya dengan penuh harap
bahwa Kristus akan menyelesaikan kelemahan ini pada waktunya. Karena itu ia
tetap berjuang melawan segala kelemahannya dalam iman akan Yesus Kristus yang
sudah menang atas dosa dan maut. Ia mau tetap berdamai dengan Tuhan, sesama,
diri sendiri dan lingkungan alam. Dia sudah merasakan semua anugerah ini hingga
ia tiba di Roma. Di sana ia tidak berpikir lagi tentang hidupnya yang
menderita, bahkan ia berkata: mati adalah keuntungan bagiku karena aku telah
bekerja untuk memberitakan injil-Nya. Di samping mengajar, ia menulis banyak
surat yang istimewa dan telah menjadi bagian yang indah dari Perjanjian Baru.
Damai
dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan lingkungan alam adalah jalan menuju
sukacita abadi yang akan memenangkan setiap pergulatan hidup di dunia ini !