Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Jumat, Oktober 06, 2017

MENOLAK KALIAN = MENOLAK AKU !

Setiap utusan Tuhan, mulai dari para pewarta injil, baik awam maupun religius, para imam, para rasul, uskup dan paus dalam Gereja Katolik diyakini sebagai orang-orang yang dipilih secara khusus untuk bekerja di kebun anggur Tuhan. Mereka dipanggil secara istimewa bukan untuk tinggal di tempat tetapi diutus pergi ke mana saja ke seluruh dunia guna melanjutkan karya keselamatan Tuhan untuk semua orang. Namun sejak awal berdirinya Gereja oleh para rasul tugas perutusan ini bukanlah pekerjaan yang enteng karena tidak semua orang, suku atau bangsa menerima kedatangan dan misi pelayanan mereka.

Tuhan Yesus tahu akan tantangan itu, sebab Ia sendiri juga telah mengalami penolakan yang sama bahkan di kampung asalnya sendiri. Namun untuk membesarkan hati para murid-Nya Ia memberi mereka nasihat bahwa kalau mereka ditolak, itu sama dengan menolak Dia yang mengutus mereka. Karena itu para murid atau semua utusan Tuhan tak perlu berkecil hati ketika menghadapi penolakan (Luk 10:13-16). Jika ditolak karena membawa kabar gembira dan kebenaran-Nya. pengalaman itu menjadi kesempatan yang indah bagi para murid untuk mengambil bagian dalam pengalaman Tuhan sendiri yang juga pernah mengalami penolakan dari bangsa-Nya sendiri.

Menolak atau meninggalkan Tuhan pernah dilakukan oleh bangsa Israel, terutama dosa ketidaktaatan pada kehendak Allah. Dalam bacaan pertama, nabi Barukh mengakui hal ini dengan mengatakan: “Memang kami telah berdosa kepada Tuhan. Kami tidak taat kepada-Nya dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, untuk mengikuti segala ketetapan Tuhan yang telah ditaruh-Nya di hadapan kami. Semenjak hari Tuhan membawa nenek moyang kami keluar dari negeri Mesir hingga dengan hari ini kami tidak taat kepada Tuhan, Allah kami. Sebaliknya Tuhan telah kami alpakan karena tidak mendengarkan suara-Nya” (Bar 1:17-19). Sejarah Israel telah membuktikan bahwa mereka sering tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan, yang telah membebaskan mereka dari penindasan di Mesir dan membawa mereka ke tanah terjanji. Mereka menolak bahkan meninggalkan Tuhan lalu percaya kepada dewa-dewi asing. Sikap dasar ini tampaknya sudah menjadi habitus dan terwaris secara turun temurun. Menolak utusan Tuhan sama dengan menolak Tuhan. Para utusan ini menjalankan tugas perutusan bukan atas kemauan sendiri tetapi atas kehendak dan perintah Tuhan sendiri.

Pada zaman ini penolakan dan penghujatan terhadap Tuhan Yesus Kristus semakin menjadi-jadi, termasuk menolak semua pengikutnya sebab sudah terus menerus mendapat cap sebagai “orang kafir”. Hemat saya tak perlu kita berkecil hati terhadap penolakan-penolakan itu, karena Tuhan yang kita percaya tetap Tuhan yang telah mengorbankan hidup-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Barangsiapa percaya dia akan selamat. Barangsiapa tidak percaya hukuman telah tersedia baginya.   

Adhitz Ads