Kebiasaan
meminta tanda pada Yang Mahatinggi bukan saja dilakukan oleh manusia zaman ini
tetapi ada sejak manusia hidup dalam budaya-budaya yang diciptakannya, karena
komunikasi dengan Pribadi yang tak kelihatan itu sering terjadi melalui
symbol-simbol. Misalnya saja dalam upacara memberi makan kepada Kuasa yang
mahatinggi, sesudah doa dan hewan persembahan disembelih, para tua adat yang
memimpin acara itu harus memeriksa urat hati hewan persembahan. Melalui hati
hewan itu dia bisa membaca apakah doa dan persembahannya diterima atau tidak
oleh Kuasa Tertinggi itu. Jika uratnya baik, itu tanda doa dan persembahan
diterima, jika uratnya jelek itu pratanda doa dan persembahan tidak diterima.
Yesus
Kristus hadir di dunia ini sudah dinyatakan dengan pelbagai nubuat para nabi
dan melalui banyak tanda. Ketika Dia bekerja di tengah umat Israel dan berjalan
dari kampung ke kampung dan desa-desa, banyak sekali tanda atau mujizat yang
dikerjakan-Nya. Bukankah semua itu adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah dan
Allah sendiri? Namun karena mereka ini buta mata dan hatinya, maka mereka masih
menuntut sesuatu yang lebih lagi. Tidak heran kalau Tuhan Yesus tidak memberi
tanda, malah dia mengatakan: “Angkatan
ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda tetapi mereka tidak
diberikan tanda selain tanda nabi Yunus”. (bdk Luk 11:29-32). Tuhan Yesus
adalah tanda kehadiran Allah. Dia sesungguhnya 100% Allah dan 100% manusia. Dia
sudah melakukan segala pekerjaan Allah, karena Dia adalah Allah, memiliki kuasa
Allah. Dia lahir sebagai manusia melalui seorang wanita karena Allah mau
menjelma menjadi manusia, yang kita sebut inkarnasi Allah. Mungkin saja para
lawannya tidak suka pada-Nya sehingga mereka meminta hal-hal yang sebenarnya
sudah mereka saksikan dengan mata kepalaya sendiri. Namun karena hati mereka
tidak menerima Dia maka mereka tidak percaya pada apa yang mereka lihat pada
Yesus. Hati yang tertutup telah menutup mata iman dan mata kepalanya.
Kesaksian Paulus tentang Yesus Kristus dalam suratnya kepada jemaat Roma (Rom 1:1-7) hari
ini merujuk pada perjanjian lama yang dipelajarinya. Dia adalah ahli Taurat
yang mengerti semua rencana Tuhan dengan baik, karena itu dia mengatakan: “Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang
menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan
dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak
Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”. Dengan pandangan ini jelas
bahwa Paulus mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. “Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih
karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya
dan taat kepada nama-Nya”.
Paulus
dalam pewartaannya tidak lagi meminta tanda sebab ia sudah melihat Tuhan Yesus
melalui pengalaman rohani ketika menuju Damsyik. Sesudah dibaptis dalam kuasa
Roh Kudus oleh Ananias di Damsyik ia menjadi semakin percaya pada Yesus. Ia
tidak lagi meminta tanda bahkan sebaliknya melakukan banyak tanda dan mujizat
di semua kota dan desa yang didatanginya. Gereja dari zaman ke zaman
melanjutkan semua pekerjaan Tuhan Yesus melalui pengajarannya,
sakramen-sakramen dan pelayanan lainnya. Di dalam pelayanan itu Tuhan sudah
terus menerus menghadirkan diri dan karya-Nya yang hidup melalui banyak tanda. Maka
tak perlu meminta tanda selain meminta kepada-Nya agar memperdalam iman,
harapan dan kasih kepada-Nya. Amin