Tahun
1981 saya menjalani Tahun Orientasi Pastoral di paroki Lengko Ajang, Keuskupan
Ruteng. Sebelum berangkat dari Kumba, Ruteng, sepanjang malam hujan bulan
Januari turun hampir tak pernah berhenti. Kala itu mobil menuju paroki itu belum
ada karena jalan raya masih rintisan saja. Pilihan satu-satunya berjalan kaki. Saat
sebelum berangkat, saya masuk kamar tidur berdoa Rosario memohon Bunda Maria
menyertai saya dan Om saya dalam perjalanan hari itu. Pada waktu keluar dari
rumah hujan serentak berhenti dan ajaib terjadi sepanjang hari itu, hujan terus
menerus mengikuti kami dari belakang.
Tiba
di Wae Togong (sungai besar belum ada jembatan) banjir sudah sejak semalam
mengalir deras. Tiba-tiba dari seberang sungai dua orang berteriak dan
mengatakan kepada kami supaya menunggu dua jam hingga air sedikit surut. Namun tidak
sampai setengah jam mereka berteriak lagi, sekarang kami menyeberang menolong
Anda berdua. Mereka menyeberang dengan gagah berani melawan arus deras di
antara bebatuan. Melihat keberanian kedua orang tersebut nyali saya semakin
teguh dan mau menyeberangi sungai tanpa rasa takut. Kami selamat hingga ke
seberang. Keduanya sangat bersukacita karena orang yang mereka tolong ini
adalah seorang calon imam yang akan menjalankan orientasi pastoral di paroki
itu. Keduanya tinggal di salah satu stasi dari paroki Lengko Ajang.
Perjalanan
hari itu mengingatkan saya akan mujizat yang dikerjakan Tuhan melalui devosi Rosario.
Tuhan Yesus mendengarkan doa bunda Maria, ibunya. Sejak hari itu saya semakin
percaya Tuhan menginginkan saya menjadi saksi-Nya. Orientasi pastoral setahun
menjadi aturan umum Seminari Tinggi Ritapiret saat itu. Meski demikian
pengalaman rohani setahun di paroki tersebut telah membulatkan panggilan saya
untuk menjadi imam. Karena sejak hari pertama hingga 360 hari sesudahnya Tuhan
mengerjakan banyak mujizatnya dalam orentasi pastoral saya. Tuhan sungguh memberkati
dan melindungi.
Nehemia
adalah pelayan raja Artahsasta, di Persia. Ia adalah seorang Israel yang taat
pada hukum Taurat. Dalam hatinya ia selalu berdoa agar bisa kembali ke
Yerusalem untuk memperbaiki makam nenek moyangnya yang telah rusak akibat reruntuhan
batu dan tembok. Doanya terkabul dan raja mengizinkan dia pulang dengan surat
kuasa dari raja agar memperlancar perjalanannya. Nehemia lalu bersaksi: Tangan
Allahku yang murah melindungi aku! (Neh 2:1-8). Nehemia orang benar dan doa
orang benar didengarkan Allah.
Dalam
Injil hari ini ada tiga orang yang bertemu dengan Yesus. Yang pertama meminta
untuk mengikuti-Nya, namun jawaban Yesus membuat dia terdiam. Dua orang lain
diminta Yesus untuk mengikutinya, namun keduanya memberi alasan berhalangan karena
urusan keluarga dan pekerjaan. Maka keduanya tak layak menjadi pekerja untuk
Kerajaan Allah (Luk 9:57-62). Yang pertama mengajukan keinginannya untuk
mendapatkan rahmat dari Tuhan, namun syarat yang berat menghalangi untuk maju. Kedua
orang lain terakhir diminta Tuhan untuk berpartisipasi dalam pelayanan-Nya,
namun hati mereka berat karena masih terpaut pada kesibukan duniawinya.
Allah
mendengarkan doa dan memberi rahmat perlindungan kepada orang-orang yang setia
dan mengandalkan Dia dalam hidup mereka. Ia adalah Allah yang mahasetia. Ia siap
mendengar dan menolong siapa saja, yang juga setia dalam iman kepada-Nya. Para kudus,
yang namanya tertulis dalam Kitab Suci dan para kudus dengan riwayatnya
masing-masing telah bersaksi kepada kita tentang “pengalaman perjumpaan mereka
dengan Allah”. Pengalaman itulah yang mereka ceritakan kepada kita dan kini
termuat dalam Kitab Kehidupan ini. St. Fransiskus Asisi mengalami Tuhan melalui panggilan yang unik. Dia meninggalkan segalanya dan melayani Tuhan seumur hidup. Pengalaman yang sama akan kita jumpai dalam
hidup ini, bila kita setia mengimani Dia. Amin