Di
sebuah desa ada dua orang pemuda yang rumahnya bertetangga. Satunya bernama Kim
dan lainnya Ing. Meskipun keduanya bersahabat baik, namun memiliki sifat yang
sangat berbeda seperti langit dan bumi. Kim berasal dari keluarga yang saleh
sehingga ia memiliki sifat yang rendah hati, suka menolong, rajin mengikuti
kegiatan-kegiatan social, baik sosial keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Teman-temannya,
orangtua maupun anak-anak amat suka bergaul dengannya. Ia hanya tamat SMK dan
memiliki pekerjaan sebagai pegawai resepsionist di sebuah hostel kecil. Karena sifat-sifatnya
yang baik itu Kim menjadi sahabat banyak orang.
Sebaliknya
Ing teman dekat Kim adalah seorang pemuda yang amat sombong, suka pamer
kehebatan dan kekayaan orangtuanya. Ia sering berjudi dan bermabukan serta merancang
kegiatan yang sifatnya merusak ketentraman umum di desanya. Meski demikian Kim
berusaha meredamnya dengan banyak nasihat. Kadang-kadang ia mau mendengar nasihat
itu tetapi seringkali ia tidak peduli dan melakukan kegiatan-kegiatan yang
merusak dirinya sendiri serta orang lain yang ikut-ikutan dengannya. Ing sungguh
menjadi batu sandungan dan bahan gosip dari orang sedesanya. Lantaran sifatnya
yang buruk itu maka orangtua serta kakak dan adiknya ikut dibenci oleh anggota
masyarakat yang lain. Dalam peribahasa, Ing ini ibarat nila setitik yang membuat
rusak susu sebelanga.
Dalam
bacaan pertama hari ini (Rom 5:12.15b.17-19.20b-21) St. Paulus mengingatkan kita
akan pelanggaran yang dilakukan satu orang menyebabkan semua orang jatuh ke
dalam dosa. Yang dimaksudkan Paulus di sini tentulah Hawa. Akan tetapi Paulus
tidak fokus pada perbuatan dosa Hawa, lebih lanjut ia mengatakan “jauh lebih besar lagi kasih karunia dan
anugerah Allah yang dilimpahkan-Nya atas semua orang lantaran satu orang yakni
Yesus Kristus”…sebab oleh karena ketaatan-Nya semua orang menjadi orang benar
dan memungkinkan semua orang bisa mencapai hidup kekal. Oleh karena itu
dalam kesaksiannya di mana-mana St. Paulus selalu menyampaikan syukur dan
terima kasih-Nya kepada Tuhan atas kasih karunia yang diterimanya saat ia
bertobat. Sebab sejak saat itu hidupnya justru berguna bagi karya pewartaan kabar
gembira bagi bangsa-bangsa lain. Perbuatan dosa itu adalah sesuatu yang buruk
dan merugikan banyak orang tetapi jika orang kembali bertobat maka kasih
karunia Allah akan bekerja secara berlimpah atas hidup orang bersangkutan dan
ia bisa menjadi saksi yang sangat berguna bagi Gereja dan umat Allah
seluruhnya.
Namun
Tuhan Yesus mengingatkan kita melalui Injil hari ini dengan mengatakan: “alangkah lebih baik dan indah, jika kita
hidup sebagai seorang hamba yang selalu siap sedia untuk melayani tuannya kapan
saja, baik atau tidak baik waktunya” (bdk Luk 12:35-38). Ia sendiri telah
taat dan siap melayani kehendak Allah, Bapa-Nya. Ketaatan-Nya itu telah
mendatangkan keselamatan bagi semua orang dan kita semua boleh menikmati kasih
karunia. Karena itu harapan Tuhan atas para pengikut-Nya adalah menjadi hamba
yang taat dan setia melayani Tuhan dan sesamanya. Akhirnya dalam kesimpulannya
Tuhan Yesus berkata, alangkah bahagianya, jika seorang hamba didapatinya sedang
berjaga dan siap melayani tuannya.