Minggu
lalu di sebuah restoran kecil di pantai Bajo, iseng-iseng saya bertanya kepada
seorang bapak yang mentraktir kami: “Pak, saya dengar kini banyak orang merasa
gelisah dengan aturan pajak yang ketat oleh pemerintah. Bagaimana menurut
bapak? Bapak itu menjawab, “hemat saya peraturan ini sangat bagus bagi kami
yang sudah biasa membuat laporan yang jujur dari hasil usaha kami. Pekerjaan kami
lancar dan laporan pembayaran pajak kami baik dan tak ada kesulitan”. Yang merasa
gelisah adalah mereka yang selama ini sering membuat laporan palsu demi
keuntungan yang besar dan akibatnya negeri ini tidak bisa maju, yang kaya bertambah
kaya dan yang miskin tetap saja miskin sebab kita selalu kekurangan uang untuk
membangun infrastruktur dsb. Negara maju karena uang pajaknya”. Bagi bapak ini
hukum Negara tentang kejujuran membayar pajak adalah sesuatu yang baik demi kesejahteraan
bersama.
Jawaban
bapak ini mengingatkan kita akan gambaran sukacita yang diungkapkan pemazmur
dalam mazmur antar bacaan hari ini tentang bagaimana nikmatnya hukum Tuhan. “Hukum-hukum TUHAN itu benar, adil
semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan
lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah (bdk
Mzm 19: 8-11). Kegembiraan pemazmur ini dirasakan juga oleh umat Israel pada
zaman pemerintahan kepala daerah, Nehemia, dan imam Ezra. Ketika Ezra membaca
Taurat Tuhan dari pagi hingga tengah hari, semua bangsa yang mengerti tentang
arti hukum-hukum itu, mendengarnya dengan penuh perhatian dan mereka merasakan
betapa hikmatnya Taurat Musa itu bahkan membuat mereka sedih mendengarnya. Setelah
pembacaan itu Ezra mengumumkan kepada seluruh jemaat Israel bahwa hari itu hari
Tuhan dan mereka harus bersukacita karenanya dan berpesta ria. Hukum Tuhan
adalah sesuatu yang indah. Hukum mengatur kehidupan manusia agar tertib, aman
dan damai. Orang-orang yang taat pada hukum adalah orang-orang yang mencintai
Tuhan dan sesamanya; mereka termasuk orang-orang yang berkualitas dalam hidup
ini.
Ketika
mengutus 70 murid, Tuhan Yesus menetapkan beberapa ketentuan: pertama,
mereka pergi berdua-dua; kedua, berdoa kepada Tuhan agar Ia
mengirim pekerja-pekerja sebab tuaian banyak tetapi pekerjanya sedikit; ketiga,
jangan bawa bekal, pundi-pundi dan kasut; keempat, jangan beri salam kepada
siapapun supaya fokus pada pelayanan; kelima, jika masuk rumah orang
perhatikan tata sopan santun dan menikmati apa saja yang disiapkan tuan rumah; keenam,
jangan pindah-pindah rumah; ketujuh, sembuhkanlah orang-orang
sakit; kedelapan, jika tidak diterima maka kebaskan saja debu dari
kaki sebagai tanda peringatan bagi mereka bahwa sikap menolak itu salah (Luk
10:1-12).
Tampaknya
aturan yang diberikan Tuhan Yesus ini sangat detail. Tujuannya tidak lain agar
para murid itu fokus pada pekerjaan mereka yang utama yakni pekerjaan
mewartakan kabar gembira. Pekerjaan ini penting karena umat Israel saat itu
berada dalam situasi yang sulit akibat penjajahan. Mereka diutus untuk memberi
penghiburan, kekuatan dan kesembuhan rohani dan jasmani. Aturan-aturan yang
ditetapkan Yesus itu penting, bila ditaati maka nikmatnya akan terasa seperti
madu di sarang lebih atau lebih indah dari pada emas. Mengutip Santa Angela
dalam wasiatnya ia mengataka: “Kalau kamu taat pada hukum Tuhan dan perintah pemimpinmu
maka hikmatnya akan jauh lebih besar dari pada rasa sakit yang kamu alami”!
Bila
saja kita semua taat pada perintah Allah dan hukum-hukum positip di setiap
negeri, maka kita akan menikmati kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari manisnya
madu di sarang lebah atau indahnya lebih dari pada emas murni !