Membaca
judul renungan ini teringat saya akan para martir dan para kudus yang mendapat
banyak pencobaan dalam hidup mereka. Iya, seberat apa pun pencobaan yang mereka
rasakan seperti dicercah, difitnah, dikasari, ditangkap, dianiaya bahkan
dibunuh, semuanya mereka terima dalam kesatuan dengan Tuhan yang memberi mereka
kekuatan untuk bertahan. Seperti kata raja Daud dalam mazmurnya: “Sekali pun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Tuhan
besertaku”.
Keyakinan
seperti ini diperlihatkan St. Paulus dalam bacaan kedua hari ini (Flp 4:12-14.19-20).
“Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Keyakinan ini lahir dari
pengalaman iman Paulus sendiri, sebab ketika dia bertobat, dia sangat dibenci
oleh saudara-saudaranya sendiri, oleh para ahli Taurat, imam-imam, orang
Farisi, yang menolak ajaran baru bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat.
Kesaksian iman dalam surat-surat yang ditulisnya atau juga yang diceritakan
Kisah Rasul, Paulus sungguh-sungguh mengalami banyak penderitaan. Dalam
suratnya kepada jemaat di Korintus ia menulis: “Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera
di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang
Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu
kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam
aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam
bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan
dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun,
bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak
berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan
dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan
tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk
memelihara semua jemaat-jemaat” (2 Kor 11:23-28)
Bila
kita bertahan hidup dalam derita dan kesukaran maka janji keselamatan-Nya akan
terwujud. Tangan-Nya yang kuat akan selalu menaungi dan melindungi kita dan
sesudahnya kita akan hidup dalam sukacita sebab Ia akan menghapus air mata dari
wajah semua orang…..(bdk Yes 25:6-10). Pada saatnya Tuhan akan mengundang kita
semua masuk dalam Kerajaan-Nya, bagaikan seorang raja yang mengundang kita
masuk ke dalam perjamuan nikah anaknya. Di dalam perjamuan itu kita akan
menikmati segala makanan yang tersedia bagi kita.
Sebaliknya
jika kita tidak bertahan dalam penderitaan dan menolak segala kebaikan yang
ditawarkan Tuhan maka kita layak menikmati keselamatan itu.