Setiap
anak manusia yang lahir dan hidup di bumi ini diberi tugas oleh Sang
Penciptanya menjadi penggarap-penggarap di kebun anggurnya. Medan garapannya
sesuai dengan profesi masing-masing: di laut, di darat dan di udara. Sang
Pencipta menghendaki agar para penggarap itu sukses mengerjakan garapannya itu
hingga mencapai hasil 100 kali lipat dan sebagian hasilnya harus dikembalikan kepada
pemilik kebun anggur sebagai tanda terima kasih. Namun sayangnya harapan dari
pemilik kebun anggur itu tidak terwujud karena para penggarap itu mengingkari
janji mereka bahkan membunuh ahli warisnya.
Tuhan
Yesus menceritakan perumpamaan di atas kepada imam-imam kepala dan tua-tua
bangsa Yahudi sesungguhnya bertujuan untuk mengeritik sikap dan cara hidup
mereka yang menolak para utusan Allah dan juga Yesus Kristus sendiri, Mesias,
yang kini hadir bersama di hadapan mereka. Penolakan itu berpuncak pada
peristiwa penyaliban Yesus di Golgotha. Ketika Yesus bertanya, bagaimana
kira-kira sikap pemilik kebun anggur itu kepada penggarap-penggarap itu. Tanpa
berpikir panjang mereka menjawab: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu
dan kebun anggurnya akan ia sewakan kepada penggarap-penggarap lain”. Lalu Yesus
menegaskan: “Aku berkata kepadamu, bahwa
Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa
yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (bdk Mat 21:33-43). Apa arti
perumpamaan ini buat kita di zaman ini?
Sesuai
rencana-Nya, Allah menghendaki kita menjadi penggarap-penggarap yang baik,
sukses dalam pekerjaan dan pelayanan kita masing-masing serta tahu berterima
kasih kepada-Nya. Namun ketika rencana ini gagal akibat sikap hidup kita yang
jahat maka Ia akan mengambil kembali milik-Nya dan diserahkan kepada penggarap lain
yang betul-betul bisa bekerja sama dengan-Nya. Sikap yang jahat terhadap Tuhan adalah
penolakan terhadap rencana keselamatan dan kebaikan-Nya. Jika demikian jangan pernah
berharap hidup kita akan diberkati atau diselamatkan.
Pada
zaman perjanjian lama sebagaimana diibaratkan oleh nabi Yesaya dalam bacaan
pertama hari ini adalah gambaran dari apa yang sudah dialami oleh bangsa Israel
dan yang akan mereka lakukan lagi pada zaman Yesus. Tuhan mengharapkan kebun
anggur Israel menghasilkan buah anggur yang baik ternyata hasilnya anggur asam.
Dalam nubuat Yesaya tampaknya seolah-olah Allah marah dan mengatakan: “Maka sekarang, Aku mau memberitahukan
kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan
menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda
temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi
semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu
dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan
ke atasnya” (bdk Yes 5:1-7). Kejahatan mengakibatkan keruntuhan, maka
jangan pernah berharap datangnya rahmat bila kita bercokol dalam kejahatan.
Menyadari
hal ini St, Paulus dalam bacaan kedua menasihati umat Filipi dengan menulis: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang
benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis,
semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah
kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat
padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu”
(bdk Fil 4:6-9). Tuhan suka pada semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua
yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Untuk sampai ke tingkat ini manusia
harus bertobat dan bukan menjadi penggarap yang terus menerus ingkar janji!