Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, Oktober 01, 2017

LAIN DI BIBIR, LAIN DI HATI !

Judul renungan di atas menandakan bahwa di dunia ini terdapat begitu banyak kejadian tentang orang-orang yang gemar berjanji tetapi tidak melaksanakannya. Akibatnya sebanyak itu pula, sama saudara kita yang disakiti karena merasa tertipu atau dikhianati. Dalam hubungan dengan ini St. Yakobus dalam suratnya pernah menulis tentang: dosa karena lidah. “Lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lidah itu  seperti api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka” (Yak 3:5-6)

Injil hari ini mengisahkan dua orang anak yang masing-masing melambangkan dua sikap manusia yang berbeda. Yang pertama menjawab YA tetapi tidak melakukannya. Yang kedua menjawab TIDAK tetapi melakukannya. Yang dinilai benar dari keduanya adalah yang kedua. Sebab meskipun ia menolak permintaan ayahnya tetapi kemudian ia menyesali penolakan itu lalu segera melaksanakan perintah ayahnya. Sedangkan yang pertama tidak sama sekali. Anak yang pertama inilah yang menyakiti hati ayahnya (Mat 21:28-32). Tindakan anak pertama ini sungguh menggambarkan anak-anak manusia yang gemar berjanji, berkata YA tetapi tidak melaksanakannya. Mereka inilah yang dicap: Lain di bibir, lain di hati. Tindakan tidak selaras ucapan. Menyakitkan! Anak-anak manusia seperti ini sering tidak menyadari bahwa tindakan seperti itu menodai seluruh hidupnya. Seumur hidup orang tidak percaya.

Dalam perjanjian lama nabi Yehezkiel mengecam keras orang-orang yang menganggap dirinya benar tetapi kemudian jatuh ke dalam dosa dan tetap hidup dalam dosanya. Mereka ini identik dengan sikap anak pertama dari cerita Yesus dalam injil hari ini. Sebaliknya Yehezkiel memuji orang-orang yang telah hidup dalam dosa namun bertobat dan memperbaiki hidupnya lalu kemudian hidup dalam kebenaran (Yeh 18:25-28). Kenyataan ini diumpamakan Yesus dalam Injil seperti anak kedua. Anak pertama berbibir manis tetapi ber-hati degil, anak kedua berbibir pahit tetapi berhati manis.

St. Paulus juga sadar bahwa sikap anak pertama dalam Injil sama sekali tidak dapat dibenarkan. Maka melalui suratnya dengan tegas ia menghimbau jemaat Filipi (Fil 2:1-11) agar sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan diri sendiri atau pujian yang sia-sia. Karena Yesus Kristus telah merendahkan dirinya sedemikian rupa hingga mati di kayu salib untuk membela nasib hidup kita yang ternoda oleh dosa. Tuhan meminta dari kita para pengikut-Nya agar menjaga keselarasan dalam cara hidup, dalam kata dan perbuatan. INTEGRITAS itu berada pada level tertinggi dari cara hidup kita dan itu menjadi jaminan yang menghantar kita menuju hidup kekal.    

Adhitz Ads