Penindasan
dan ketidakadilan bukan hanya terjadi pada masa lalu ketika hak asasi manusia masih
kurang diperhatikan. Pada masa kini, pada zaman yang sedemikian modern ini juga
kejahatan penindasan dan ketidakadilan masih saja terjadi, dan kebanyakan menimpa
orang-orang kecil, orang-orang sederhana, termasuk para janda, anak-anak yatim
piatu, kaum difable. Penindasan dan ketidakadilan biasa dilakukan oleh kaum
berduit, penguasa, atau juga sesama orang kecil karena merasa diri memiliki
hubungan dengan para elite di atas. Demi egonya mereka tidak peduli dengan
hukum cinta kepada Tuhan dan sesama. Penindasan paling besar kini dilakukan
oleh kaum radikal dengan menindas ideologi orang lain dan menghalangi kebebasan
sesama untuk hidup nyaman dan damai.
Bacaan
pertama hari ini dengan keras mengatakan akibat-akibat buruk dari tindakan penindasan
dan ketidakadilan terhadap orang-orang kecil terutama terhadap para janda. Musa
mengatakan “janganlah kautindas orang
asing, janda, anak yatim, dan orang miskin dengan membungakan uang
berlipat-lipat hingga kemudian engkau bertindak sebagai penagih. Waspadalah Aku
akan membalas engkau dengan keadaan yang lebih buruk. Doa mereka akan Kudengar”
(Kel 22:21-27)
Musa
mengatakan hal ini dengan keras karena pada zaman itu, manusia hidup bagaikan
dalam sebuah rimba. Orang-orang kuat merasa diri seperti binatang buas yang
selalu berkeinginan untuk membinasakan binatang-binatang yang lemah. Orang Latin
bilang manusia seperti ini menjadi seperti: “homo homini lupus est” – manusia menjadi
serigala untuk sesamanya. Sebagai utusan Tuhan atas bangsa terpilih, Musa ingin
merubah mental itu dengan hukum cinta kasih, yang dikutip Yesus dalam Injil
hari ini. Manusia itu sama derajatnya di hadapan Allah, ia adalah citra Allah
yang harus dihormati tanpa memandang perbedaan-perbedaan atas dasar jenis
kelamin, tua muda, besar kecil, kaya miskin, sehat atau sakit, agama dan tidak
beragama, antara suku yang satu dengan suku bangsa yang lain, antara mayoritas
dengan minoritas.
Prinsip
dari hukum cinta kasih sesunggunya bukan hanya dalam kata-kata tetapi terutama
dalam perbuatan nyata dengan membantu mereka yang miskin dan menderita seperti
yang disebut di atas dengan cara apa saja yang bisa dilakukan. Dalam Injil hari
ini ketika seorang ahli Taurat mencobai Yesus dengan pertanyaan tentang hukum
mana yang terbesar, Yesus hanya mengulangi apa yang sudah dikatakan Musa dalam
Perjanjian Lama: “cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hati……dan cintailah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (bdk Mat 22:34-40). Musa dan Tuhan
Yesus tidak menyebut bagaimana implementasi dari hukum itu, akan tetapi kita
percaya tanpa aksi nyata hukum itu tak akan berguna.
Paulus
memuji orang Tesalonika karena mereka telah membuat aksi nyata. Untuk mencintai
Tuhan mereka telah meninggalkan berhala-berhalanya, dan untuk mencintai sesama,
mereka memberi sumbangan materi kepada orang-orang di Makedonia dan Akhaya (1
Tes 1:5c-10)
Kesimpulan
dari warta hari ini:
a)
Kita berusaha
menghormati dan mencintai Allah dengan segenap hati
b)
Mengormati dan
mengasihi sesama manusia sepeti diri sendiri
c)
Bebaskan diri
dari berlaku tidak adil dan menindas sesama, siapa pun mereka.