Pada
zaman ini, cerita – berita dan kabar bohong, telah merasuki media sosial dan
merebak dengan hitungan detik ke segala penjuru dunia. Jika berita pertama
dimulai dengan bohong (hoax) lalu orang lain melanjutkannya tanpa melakukan
konfirmasi kebenarannya, maka berita itu akan dipercaya sebagai kebenaran. Tetapi
setelah orang lain yang bijaksana mengecek kebenarannya dan ternyata bohong
lalu orang membuat berita susulan dengan mengatakan: itu hoax (bohong). Tetapi jika
tidak mengecek kebenarannya maka yang bohong itu dipercaya sebagai yang benar. Maka
ada nasihat: jangan cepat menyebarkan berita sebelum dilakukan konfirmasi
tentang benar tidaknya, apalagi kalau berita menyangkut hal-hal yang mengganggu
tata tertib umum.
Untuk
menghindari prasangka bohong itu, Yohanes, pengarang Injil dalam bacaan pertama
hari ini dengan tegas mengatakan: “Apa
yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat
dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan
tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu” (bdk
1 Yoh 1:1-4). Yohanes tidak menulis dan memberitakan sebuah kabar yang ia
dengar dari orang lain. Ia juga tidak memberi kesaksian tentang apa yang tidak
dia lihat. Yohanes adalah saudara Yakobus, anak Zebedeus. Dia dipanggil menjadi
murid Yesus bersama-sama dengan saudaranya Yakobus. Keduanya mempunyai ibu yang
meminta kepada Yesus jabatan untuk duduk di sebelah kiri dan kanan bila Yesus
membentuk pemerintahan baru seperti yang dirindukan oleh banyak orang Israel.
Yohanes
adalah murid yang dikasihi Yesus dan menjadi saksi utama Yesus sejak ia dipanggil
menjadi murid hingga penyaliban Yesus di gunung Golgotha. Ia berdiri bersama
Maria ibu Yesus dan Maria Magdala di bawah salib, membantu menurunkan jenasah
Yesus dari salib. Kisah sengsara Yesus sangat detail dan lengkap. Ia juga yang
bercerita tentang bagaimana ia dan Petrus melihat kubur kosong seperti kisah
Injilnya hari ini (Yoh 20:2-8). Ia juga bersama para murid lain yang melihat
Yesus naik ke surga dan juga yang berkumpul di ruang atas sebelum menerima Roh
Kudus. Atas dasar pengalaman-pengalaman langsung bersama Yesus, dengan melihat,
mendengar, menyimak semua yang terjadi pada Gurunya itu, Yohanes tidak
ragu-ragu mengatakan bahwa ia bukan mewartakan kebohongan tetapi kebenaran. Isi
tulisannya sangat reflektif dan mendalam melalui Injilnya, tiga surat Yohanes
dan Kitab Wahyu. Ia adalah rasul terakhir yang meninggal dunia tahun 100 pada
pemerintahan kaisar Trayanus.
Hari
ini kita merayakan pestanya. Semoga oleh doanya kita digerakkan oleh kuasa Roh
Kudus untuk melanjutkan kesaksiannya dengan membaca tulisan-tulisannya, lalu menyebarkan
kesaksiannya agar semua orang yang mendengarnya percaya dan menjadi pengikut
Yesus !