Tak
mungkin tak ada air mata. Tak mungkin tak ada sakit dan derita. Tak mungkin
tiada noda dan dosa, tiada godaan dan tantangan. Air mata lahir dari semua
kemungkinan itu, sebab manusia telah hidup dalam dosa sejak ia diciptakan. Ia memikul
cacat pusaka sejak diciptakan dalam kandungan ibunya. Meskipun kemudian ia
dibaptis, mengenakan sesuatu yang Ilahi namun ia tetap memikul kelemahan
manusianya dan terjatuh dalam dosa. Akan tetapi apakah Allah berdiam diri
karena semua itu?
Allah
adalah pekerja yang aktip, mata-Nya tak pernah terpejam untuk memperhatikan
hidup setiap anak-Nya di bumi ini. Ia menghendaki anak-anak yang berdosa ini
hidup dalam damai dan sejahtera, tak ada tangisan dan segala macam penderitaan
itu. Visi tentang damai dan kebahagiaan itu dilukiskan Yesaya dalam bacaan
pertama hari ini: “TUHAN semesta alam
akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan
dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar,
masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya. Dan
di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan
kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala
bangsa-bangsa. Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan
menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan
dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya”. (Yes
25:6-8). Harapan akan damai dan kebahagiaan sudah tertanam dalam hati segenap
umat manusia yang mengenal dan mencari Allah. Karena itu Allah sendiri
mengobarkan semangat damai itu agar terus menerus hidup dan berkembang mempengaruhi
setiap makhluk di bumi ini, supaya tidak ada lagi air mata kesedihan yang
menetes.
Bahkan
Allah sendiri datang dan bekerja menjelajahi setiap kota dan desa di Israel. Ia
memulai semuanya di sana agar dari situ berkembanglah ajaran-Nya ke segenap
penjuru bumi. Setiap pengikut-Nya percaya, sebab mereka melihat, mengetahui dan
mengalami bagaimana proses keselamatan itu dikerjakan oleh Anak Manusia, Yesus
Kristus. Dia bukan saja memberi penghiburan melalui kata-kata motivasi dan ajaran
kebenaran-Nya, tetapi menunjukkan keprohatinan yang mendalam atas segala
kebutuhan rohani dan jasmani manusia (Mat 15:29-37). Allah memperhatikan
umat-Nya secara menyeluruh, lahir dan batin. Cerita Injil hari ini justru
menunjukkan pemeliharaan Allah yang holistik. Dengan itu Ia ingin menghapus
setiap air mata penderitaan manusia agar manusia bisa hidup dalam damai, sukacita,
keadilan dan kebahagiaan. Amin