Di
tengah banyaknya gejolak politik, ekonomi, sosial yang terjadi dewasa ini,
penderitaan demi penderitaan melanda hidup manusia. Timur Tengah dengan perang
yang tak pernah berhenti melanda negara demi negara telah menimbulkan exodus
manusia besar-besaran ke pelbagai tempat ke Eropa. Mereka yang berpindah tempat
ini membawa masalah sosial baru di tempat baru terutama yang berhubungan dengan
tempat tinggal, makanan dan sebagainya. Hingga saat ini gejolak itu belum juga
berhenti seperti yang kita lihat di Suriah.
Di
saat kita masih mendoakan perdamaian di sana, keputusan Presiden tentang pemindahan
kedutaan Amerika dari dari Tel-Aviv ke Yerusalem mendatangkan gejolak politik
baru yang kini menimbulkan banyak pertentangan dari mana-mana di seluruh dunia.
Para pemimpin negara yang lain, selain Amerika dan Israel sendiri, tampaknya
berdiri sama tinggi guna menentang keputusan itu sambil melakukan aksi demonstrasi
di mana-mana.
Selagi
pikiran dan perasaan kita terarah kepada persoalan-persoalan di Timur Tengah,
Korea Utara di Asia, juga selalu membuat provokasi perang dengan
percobaan-percobaan senjata nuklirnya. Tampaknya pemimpin negeri ini mau
mengatakan kepada dunia bahwa “kami hebat, kami bisa mengalahkan” siapa saja
karena kami memiliki senjata-senjata nuklir yang bisa menjangkau bumi mana
saja. Menghadapi ancaman itu, negara-negara lainpun bersiap-siap dengan
kekuatannya sendiri guna mengantisipasi segala kemungkinan terburuk yang
sesewaktu bisa terjadi.
Memperhatikan
semua itu dan juga masalah-masalah lainnya di dalam negeri kita, timbullah
kegelisahan, ketakutan dan kecemasan pada banyak orang tentang kemungkinan timbulnya
persoalan paling buruk yang bakal melanda hidup manusia di dunia pada masa yang
akan datang. Sementara itu, kini semakin banyak orang berpikir dan bernubuat
tentang akan datangnya hari kiamat dsb.
Kalimat
apa yang cocok untuk mengatasi perasaan-perasaan negatip itu. Hemat saya,
seruan nabi Yesaya di atas sangat tepat: HIBURLAH,
HIBURLAH UMATKU ! (Yes 40:1). Sebagai orang beriman, tindakan saling
menghibur satu sama lain adalah perbuatan kasih yang sanggup meneguhkan iman dan
harapan sesama yang menderita agar mereka percaya bahwa Tuhan tidak akan
meninggalkan anak-anakNya. Sebab Tuhan sendiri telah melakukan hal yang sama
terhadap bangsa pilihan-Nya yang menderita, Dia juga akan menghibur kita dengan
cara yang sama. Tuhan pasti akan datang
dengan kekuatan-Nya guna menolong orang yang tertindas. Namun dalam menyiapkan
kedatangan-Nya, kita perlu membersihkan diri dari kelemahan kita dan bertobat
dari dosa-dosa. Dalam bahasa Yesaya: luruskan jalan yang bengkok dan ratakan yang
lekak lekuk.
Semua
orang harus bertobat, berhenti di tempat untuk memikirkan dan mengusahakan perdamaian.
Hidup ini hanya sekali dan singkat. Seruan lanjutan Yesaya ini sangat kuat dan
indah: “Seperti seorang gembala Ia
menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;
anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati” (Yes
40:11). Manusia itu bagaikan kawanan ternak yang patut dijaga, dihimpun dan
dipelihara agar selalu hidup dalam damai dan sukacita. St. Paulus dalam bacaan
kedua mengatakan dengan yakin bahwa Tuhan menghendaki supaya jangan ada satu
pun dari antara kita mengalami kebinasaan, sebab kita semua diciptakan dan
dipelihara untuk diselamatkan.
Dalam
diri Yesus Kristus, Tuhan datang menghibur dan menghimpun umat-Nya agar hidup
dalam damai dan sukacita. Kedatangan-Nya dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis
dengan seruan pertobatan (bdk Mrk 1:1-8), sama seperti yang dilakukan nabi
Yesaya 700 tahun sebelumnya. Pertobatan tampaknya sangat penting dilakukan sebab
jika dosa tetap bercokol dalam hati kita, semua bentuk penghiburan yang akan dikerjakan
Tuhan menjadi tak berguna. Dosa menghambat karya pengampunan dan penghiburan
Allah. Dosa itu penghambat terciptanya perdamaian di dunia ini.