Demi
cintanya kepada Gereja, tanah misi dan para misionaris yang diutus dari
negerinya ke negeri lain di dunia, Theresia Lisieux atau lebih dikenal Theresia
dari Kanak-Kanak Yesus setiap hari secara pribadi berdoa untuk Gereja, untuk
tanah misi dan para misionaris itu. Ia mencurahkan cintanya dalam doa untuk
mereka semua karena ia tahu betapa banyak domba yang hilang meninggalkan Tuhan
dan Gereja-Nya, betapa berat kerja para misionaris untuk menyelamatkan umat
Allah yang digembalakannya. Dalam buku hariannya ia menulis tentang pernyataan
cintanya itu sambil tak hentinya mempersembahkan mereka kepada Sang Sabda yang
telah menjadi Manusia.
Tuhan
Yesus memiliki cinta yang lebih besar dari Theresia Lisieux, sebab Yesus adalah
patron cinta sejati. Dalam perumpamaan hari ini Yesus menceritakan kisah seorang
gembala yang mempunyai seratus ekor domba dan kehilangan seekor. Ketika sang
gembala tahu bahwa ia kehilangan seekor, ia meninggalkan yang 99 ekor dalam
kandang dan pergi mencari yang seekor sampai menemukannya. Ternyata domba yang
dicarinya itu tersesat dan terjerat dalam semak duri. Ia membersihkan luka-luka
domba itu, meletakkan di atas bahunya dan membawanya hingga sampai ke kandang. Jika
seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah
ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi
mencari yang sesat itu?
Dengan
cerita ini Tuhan Yesus mau menggambarkan bagaimana besarnya cinta Allah bagi
domba (manusia) yang tersesat dan hilang karena dosa dan penderitaan. “Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya,
lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan
puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak
menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (bdk Mat
18:12-14). Tuhan menyayangi umat-Nya pribadi per pribadi. Ia rindu agar segenap
umat yang ditebus-Nya tak ada yang hilang atau menikmati keselamatan, tinggal
dengan tenang dalam Kerajaan-Nya serta mengalami sukacita surgawi. Sebab Allah
telah mencipta manusia untuk kedamaian, kasih dan kebahagiaan. Itulah hakekat
kasih Allah yang sesungguhnya.
Pada
zaman nabi Yesaya Allah menunjukkan kasih yang sama terhadap bangsa terpilih,
umat Israel. Melalui Yesaya, Allah berseru: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah
hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir,
bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan
TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya (bdk Yes 40:1-11).
Allah
tahu bangsa ini telah berdosa dan membiarkan mereka memikul akibat dari dosa
itu. Dia membiarkan mereka menderita oleh kekerasan penjajahan di Babilon. Namun
Ia juga melihat bagaimana mereka menangis karena kesusahan lahir dan batin, Ia
mendengar bagaimana mereka berteriak minta tolong. Lalu karena kasih-Nya Ia menghentikan
semua penderitaan itu, mengampuni mereka dan membawa mereka semua pulang ke
Yerusalem. Allah melakukan semua ini demi kebaikan dan kesejahteraan umat-Nya.
Demi
domba yang hilang (demi manusia yang berdosa) Ia sendiri datang mencari-Nya, membersihkan luka-luka-Nya dan membawa-Nya
pulang ke dalam kerajaan-Nya! Luar biasa !