Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Jumat, Desember 22, 2017

HATIKU BERGEMBIRA !

Jika ada dari antara kita menyongsong Hari Raya Natal tanpa sukacita atau perasaan gembira, keadaannya patut dipertanyakan: ada apa gerangan? Apakah karena perayaan itu sudah terlampau biasa dirayakan ataukah karena ada sesuatu yang tidak beres masih tersandung dalam hati sanubari dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama. Nuansa seputar hari raya Natal sejak perayaan ini dirayakan secara liturgis entah meriah atau sederhana sesungguhnya mengandung makna sukacita dan damai. Sebagaimana jika kita merayakan hari ulang tahun kita sendiri dengan penuh sukacita demikian pun hari raya kelahiran Tuhan ini sejak dahulu selalu disambut dengan suasana riang gembira.

Bunda Maria ibu Yesus menyambut kegembiraan ini dengan cara apa? Injil hari ini menceritakan bahwa sesudah mengalami perjumpaan yang menggembirakan antara dia dan Elsabeth, Maria mengucapkan kidung magnificat, yang antara lain berbunyi: “Hatiku bergembira karena Allah Juru Selamatku!” (Luk 1:46-56). Kegembiraan yang bersumber dari rahmat Ilahi yang diterima oleh seseorang tampaknya jauh lebih bernilai, lebih dalam, lebih berkualitas rasanya dalam hati jika dibandingkan dengan kegembiraan jasmani yang kadarnya sementara. Kehadiran Roh Kudus yang telah membuat diri-nya mengandung kebesaran Tuhan, membuat Maria tak tahan jika tidak mengucapkan doa magnificat.  Doa ini menunjukkan kepada kita beberapa prinsip bagi doa-doa yang kita panjatkan: dalamnya ada prinsip kerendahan hati sebagai dasar utama dari doa, terkandung juga iman kepercayaan seseorang yang sangat mendalam, sebab Maria percaya pada tindakan Allah atas dirinya, doa ini juga menjadi contoh tentang kenyataan bahwa Allah senang jika kita sungguh bertanggung jawab dalam menjalankan tugas kita masing-masing biarpun itu sesuatu yang sangat sederhana.

Dalam perjanjian lama syukur dan pujian kepada Tuhan tidak diucapkan dengan kidung seperti yang dilakukan Bunda Maria, Hana ibu Samuel mempersembahkan anaknya itu kepada Tuhan melalui imam Eli di kenisah (bdk 1 Sam 1:1:24-28). Hana bersyukur karena permohonannya dikabulkan Tuhan, namun ia tidak menjadikan anak itu sebagai miliknya, tetapi ia mempersembahkannya kepada Tuhan menjadi pelayan imam Eli. Kegembiraan Hana meluap-luap karena doanya terkabul maka guna memenuhi nazarnya kepada Tuhan, ia mengembalikan anak itu menjadi persembahan bagi Tuhan.

Kegembiraan yang bersumber pada pengalaman kasih Allah akan menolong kita untuk berbuat lebih banyak, lebih giat disertai dengan semangat pengorbanan untuk memuliakan nama Tuhan dalam seluruh hidup kita. Jagalah hati untuk selalu bergembira menyongsong kedatangan-Nya. Amin




Adhitz Ads