Pada
zaman modern ini kita tahu dan lihat ada pemilihan Miss Universe, yang dimulai
pada pemilihan tingkat nasional di negara masing-masing, lalu naik ke tingkat
internasional. Setiap wanita yang mengikuti pemilihan itu dituntut harus
memiliki banyak kemampuan dan diuji oleh para juri. Kalau kita menyaksikan
siarannya di televisi ajang pemilihan miss universe ini menegangkan para
pesertanya maupun mereka yang terlibat langsung sebagai pendukung dari negara masing-masing.
Terpilihnya
Maria menjadi Bunda Yesus, Allah yang menjelma menjadi manusia, berjalan tanpa
juri dan tanpa ujian-ujian. Tuhan memilih Maria, anak dari keluarga sederhana
di Nasareth, Yoakim dan Anna. Keluarga ini miskin, sederhana dan hanya memiliki
kualitas dalam hal integritas, beriman dan taat pada Allah dan menjalankan
kewajiban agama dengan benar dan baik. Yang tidak mereka ketahui bahwa sejak
dalam kandungan Anna, Maria sudah dipersiapkan sebagai perawan yang lahir tanpa
noda dosa karena sudah direncanakan menjadi palungan hidup bagi Yesus. Maria sendiri
pun tidak tahu akan rencana itu. Ketika malaikat datang menyampaikan pesan
Allah tentang pemilihan itu, Maria terkejut dan bertanya apa maksud dari berita
malaikat itu. Setelah dijelaskan, Maria menjawab penuh iman: Terjadilah padaku
menurut perkataanmu itu (Luk 1:26-38). Dari jawaban itu Maria percaya akan
berita malaikat kepadanya, Maria menerima pemilihan itu dan siap bekerja sama. Segala
rahasia yang memungkinkan semua itu terjadi adalah tanggung jawab Allah
sendiri. Dia hidup seperti apa adanya dengan aktivitas harian yang biasa. Setelah
ia mengandung ia percaya bahwa bagi Allah tak ada yang mustahil.
Ternyata
apa yang dialami Maria sudah dinubuatkan Yesaya 7 abad sebelumnya di depan raja
Ahas. Saat itu Ahas diminta Tuhan untuk meminta sesuatu melalui nabi Yesaya.
Ahas tidak berani karena merasa takut mencobai Tuhan. Ia pasrah dan percaya
pada kehendak dan rencana Tuhan. Rencana itu terwujud demikian lama, sesudah
bangsa ini mengalami pelbagai pencobaan berat karena dosa-dosa mereka sendiri. Pencobaan
terberat saat terwujudnya janji itu, Israel dijajah oleh bangsa Romawi. Tanpa peduli
dengan keadaan itu, Tuhan melaksanakan rencana-Nya. Ia lahir dengan gelar khusus
Immanuel: Allah beserta kita (Yes 7:10-14).
Allah
lahir sebagai manusia, tinggal dengan keluarga kecil di Nasareth, hidup dan
bertumbuh seperti manusia biasa, mengalami segala kepahitan yang dirasakan oleh
manusia, tumbuh dalam kebijaksanaan lebih dari semua orang. Kotbah-kotbahnya
menarik, pekerjaan-pekerjaanNya ajaib mengagumkan. Namun semua pemuka agama
Yahudi tidak melihat hal-hal itu sebagai pekerjaan Tuhan. Fokus mereka hanya
pada latarbelakang Yesus, ibu-Nya dan Yusuf. Syukur bahwa perlawanan mereka
justru menggenapkan semua nubuat dalam perjanjian lama. Itulah rencana Allah yang
matang bagi keselamatan umat manusia.