Sejak
manusia pertama hingga kini bahkan selamanya nanti, tiada satu pun manusia di bumi
ini, yang hidup tanpa ikatan dengan perjanjian-perjanjian. Misalnya: suami
istri hidup dalam keterikatan janji nikah/perkawinan, kaum religius terikat
dalam perjanjian yang dinamakan kaul dan sumpah, seorang anak dan remaja serta
kaum muda terikat janji dengan orangtuanya masing-masing atau dengan lembaga
pendidikannya untuk mengejar cita-citanya hingga tercapai. Janji-janji itu
penting sebagai motivasi agar kita selalu berjuang mengejar cita-cita dan
mempertahankan kesetiaan dalam memelihara panggilan hidup. Janji-janji yang
dibuat manusia adalah wujud dari janji-janji Allah guna memelihara kesatuan
dalam hidup bersama dan kesatuan dalam iman, harap dan kasih kepada Allah
sendiri.
Sejak
manusia diciptakan Allah berulang kali mengucapkan janji-janjiNya guna mengikat
manusia untuk hidup dalam keyakinan mengandalkan penyertaan Allah dalam
hidupnya. Sesudah Nuh selamat dari terjangan air bah, Nuh mempersembahkan
kurban syukur kepada Allah. Saat itu Allah mengucapkan janji kepada Nuh dengan
bersabda: "Beranakcuculah dan
bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu
segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di
muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu
diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah
memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau”..... (bdk
Kej 9:1-13). Dalam sabda ini Allah sekali lagi memberikan kuasa kepada manusia
untuk berkembang biak dan menjadi penguasa atas semua makhluk lain, agar manusia
hidup makmur sejahtera lahir batin. Semua janji ini terus menerus dikukuhkan
dengan janji-janji lainnya dalam sejarah bangsa Israel hingga menjadi sempurna
pada kedatangan Yesus Kristus, Juru Selamat kita. Dalam perjumpaan Allah dengan
manusia, Allah pun dikenal sebagai Allah yang setia janji dan umat Israel hidup
dalam pengharapan akan janji-janji itu.
Yesus
telah datang dan berkarya. Kampung, desa dan kota di Israel telah dijelajahi
semuanya. Namun Dia ingin tahu bagaimana pandangan orang tentang kehadiran-Nya.
Yesus sendiri sudah tahu siapakah Dia sebenarnya, namun apakah pengetahuan
tentang diri-Nya sebagai Mesias juga diketahui oleh orang-orang sebangsa-Nya. Dia
pun bertanya: “Kata orang, siapakah Aku ini?”. Jawaban para rasul berbeda-beda,
tetapi Petrus memberi jawaban benar. Lalu Yesus meneguhkan jawaban Petrus dengan
mengatakan: jangan beritahu kepada siapa pun tentang jawaban Petrus ini.
Sesudah itu Yesus mengungkapkan semua kebenaran yang telah disampaikan para
nabi dalam hidupnya nanti dan bagaimana caranya Ia menebus dosa manusia. Ia harus
menderita karena ditolak, dibunuh tetapi bangkit lagi (Mrk 8:27-33)
Janji
penebusan pun telah digenapi. Yesus menderita, ditolak, dibunuh dan bangkit
kembali. Meskipun pemenuhannya secara akal sehat tidak dapat diterima, namun
begitulah caranya Allah meneguhkan dan memenuhi janji penebusan itu. Pada zaman
perjanjian baru ini ada banyak janji yang diucapkan Yesus sendiri kepada para
murid-Nya dan tentu juga kepada semua pengikut-Nya. Janji-janji itu telah
dihayati para kudus, sejak zaman para rasul hingga saat ini. Gereja hidup dalam
pengharapan akan janji-janji itu. Gereja bertumbuh dan berkembang subur karena
Allah terus menerus memenuhi janji-janji-Nya. Bila iman dan harapan Anda dan
saya sesekali terguncang oleh banyak prahara dan cobaan sekarang atau besok,
yakinlah bahwa ALLAH ITU SETIA PADA
JANJI-NYA UNTUK MENYERTAI DAN MENYELAMATKAN KITA ! AMIN.