Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Selasa, Februari 07, 2017

MANUSIA, GAMBAR ALLAH YANG MULIA !



Ketika saya menulis renungan ini saya teringat akan isi Mazmur 8 yang mengagumi dan memuliakan Tuhannya dengan kata-kata ini: “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya”.... (Mzm 8:4-10). Mengapa saya teringat akan ungkapan pemazmur itu saat menulis renungan ini?

Bacaan pertama dari Kitab Kejadian hari ini mengisahkan lanjutan dari cerita penciptaan dunia dari bacaan kemarin. Mulai hari kelima Tuhan menciptakan makhluk hidup yang bergerak hingga puncaknya pada kisah penciptaan manusia yang berbunyi: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kej 1:26). Sesudah segala makhluk yang lain diciptakan, Tuhan menciptakan manusia, makhluk tertinggi, sesuai rupa-Nya. Setelah manusia ada ia langsung diberi hak oleh Tuhan untuk menguasai seluruh mahkluk hidup lainnya dan boleh memanfaatkan semua itu untuk kesejahteraan lahir dan batinnya. Dalam keheranan dan kekagumannya pemazmur bertanya: siapakah manusia sehingga Kau mengingatnya dan siapa dia sehingga Engkau mengindahkannya.  

Dilihat dari unsur lahiriah, menurut kisah Kejadian, asal usul manusia hanyalah debu tanah belaka. Manusia itu bisa hidup karena ada hembusan nafas kehidupan Allah yang diterimanya. Jika tidak demikian maka manusia itu sama tingkatannya dengan makhluk hidup yang lain. Namun manusia diciptakan sedemikian rupa karena Allah telah memiliki rencana yang hebat atasnya. Manusia ditugaskan untuk meneruskan apa yang telah dikerjakan Tuhan agar dunia menjadi semakin baik dan sempurna. St. Paulus mengatakan: “Allah menjadikan manusia sebagai rekan kerja-Nya” guna melanjutkan karya-Nya agar dunia ini menjadi semakin indah dan menarik, supaya olehnya nama Tuhan semakin ditinggikan. Kata St. Ignatius Loyola: agar nama Tuhan semakin dimuliakan.

Namun sayangnya manusia citra Allah dalam diri orang Farisi, menurut kisah Injil Markus hari ini, bukan lagi menjadi rekan kerja yang baik tetapi rekan kerja yang selalu mencari hormat bagi dirinya sendiri dengan mengagungkan hukum-hukum nenek moyang mereka. Orang Farisi mempersoalkan cara makan para murid yang tidak mencuci tangannya sebelum makan. Ini najis menurut hukum nenek moyang. Yesus mengeritik mereka dan mengatakan: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri” (Mrk 7:6-9).

Meskipun manusia itu makhluk dan memiliki kuasa yang besar namun keagungan dan kemuliaannya sebagai citra Allah diukur bukan dengan melihat kemampuan manusia dalam memelihara dan menjaga kehormatan diri yang diwariskan oleh nenek moyangnya, melalui hukum-hukum yang tidak masuk akal, tetapi diukur dari kemampuannya untuk menjadi rekan kerja Allah yang baik dalam menata dunia menjadi tempat, di mana cinta kasih itu hidup dan nama Allah semakin dimuliakan dan ditinggikan. 

Adhitz Ads