Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, Februari 05, 2017

PEWARTAAN, DENGAN KEKUATAN ROH !



Mewartakan Injil dan kebenarannya adalah sabda Tuhan, ia adalah kisah tentang peran Allah dalam hidup manusia. Sifatnya wajib didengar, dihayati dan dijadikan pedoman hidup. Maka kalau kita memberitakan Injil, itu tidak sama nilainya  dengan berita-berita biasa atas dasar realita hidup manusia sehari-hari, walaupun kita tahu dalam setiap peristiwa hidup itu Tuhan selalu ada dan menyaksikannya. Meskipun peristiwa harian manusia itu benar-benar terjadi, namun ia bukanlah kebenaran yang patut dihayati supaya dijalankan sebagai pedoman hidup, sebab ia hanyalah sebuah kejadian yang menjadi berita – cerita biasa. Sifatnya hanya untuk diketahui. Boleh didengar, boleh juga tidak.

Karena Injil itu adalah kebenaran, maka Injil tidak cuma disampaikan dengan cara biasa, ia harus disampaikan dengan kekuatan Roh – kuasa Roh Kudus, seperti yang dilakukan para rasul dalam karya pewartaan mereka pada zaman Gereja perdana. Dalam hubungan dengan ini, St. Louis de Monfort dan Beato Allan, dalam autobiografinya masing-masing, menyarankan agar para pewarta Injil hendaknya berusaha mempersatukan diri mereka dengan kekuatan Roh Kudus sebelum mereka mengajar, berkotbah atau menyampaikan firman Tuhan. Caranya: berdoa Rosario dan melakukan meditasi. St. Yohanes Paulus II juga mempraktekkannya. Pendengar bisa merasa bagaimana kuasa sabda itu bisa mempengaruhi mereka dalam hidup hariannya. Mengapa berdoa Rosario? Saya menganjurkan Anda untuk membaca buku Rahasia Rosario. 

Bacaan pertama hari ini, melalui nabi Yesaya Tuhan mengajak kita agar masing-masing kita mau berusaha menjadikan hidup dan karya kita sebagai “terang yang merekah laksana fajar”, bukan hanya dalam kata teristimewa dalam perbuatan. “Aku menghendaki supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (bdk Yes 58:7-10)

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menyatakan dengan sangat yakin akan pengalaman imannya akan Yesus Kristus yang tersalib. Ia sendiri sebenarnya merasa tidak pantas untuk mewartakan sabda Tuhan itu, karena menilai dirinya sebagai orang yang tidak pantas. Ia mengatakan: “Aku pun datang kepadamu dalam kelemahan, dengan sangat takut dan gentar”, namun karena yakin akan kekuatan Roh Kudus yang menyertainya maka ia berani melakukan pelayanan itu (bdk 1 Kor 2:1-5).

Kristus Yesus telah menjadikan diri-Nya sebagai Terang dan Garam bagi dunia ini melalui cara hidup, pengajaran dan karya-Nya. Lalu Ia juga menghendaki agar setiap pengikut-Nya berusaha menjadi “garam dan terang dunia”, dalam kata dan perbuatan-perbuatan baik,  supaya semua orang yang melihat hal itu sanggup memuliakan Allah (Mat 5:13-16). Sabda Kebenaran yang berasal dari Allah adalah pedoman hidup. Ia baru bisa bermanfaat bila para pewarta lebih dahulu menjadi garam dan terang dunia. Dalam upacara tahbisan imam saya teringat akan sebuah kalimat yang diucapkan Uskup pentahbis kepada imam baru: hayatilah apa yang kaubaca dan lakukan apa yang kauhayati......dan untuk itulah setiap imam diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus yaitu, pada saat Uskup menumpangkan tangan atas kepalanya tanpa mengucapkan satu kata doa pun. Konsekwensi dari ungkapan dan simbol ini tidak lain adalah “pewarta harus lebih dahulu menjadi garam dan terang” bagi sesama di sekitarnya.....  

  

Adhitz Ads