Pada
satu pihak semua orang beriman percaya bahwa Tuhan selalu mengarahkan umat-Nya
untuk hidup dalam cinta, baik kepada Tuhan maupun kepada sesamanya. Sebab Allah
adalah cinta. Namun di pihak lain orang-orang beriman ini sering berhadapan
dengan kenyataan adanya kebencian yang disebabkan oleh dosa iri hati dan
dendam. Iri hati karena melihat orang lain lebih baik dari pada dirinya; benci
karena orang lain telah melukai hatinya. Karena itu tantangan terbesar untuk
mencintai adalah benci dan hambatan terbesar untuk bertumbuh dan berkembang dalam
iman adalah benci. Jika seseorang, dalam hidupnya, selalu memelihara imanya
dalam cinta dan benci, maka mustahil ia mencintai dengan tulus dan mustahil
pula ia bertumbuh dan berkembang dalam iman.
Bacaan-bacaan
minggu ini mengajak kita untuk melihat kembali situasi hati kita, sejauh mana
kita mengimani dan mencintai Tuhan tanpa benci dan sejauh mana kita mencintai
sesama tanpa benci.
Penulis
Kitab Imamat mengatakan: Allah itu kudus karena itu hendaknya hatimu juga kudus
dengan cara membebaskan diri dari rasa benci kepada sesama (Im 19:1-2.17-18). St.
Paulus menulis kepada jemaat Korintus: kamu adalah bait Allah, Roh Allah ada
dalam kamu, maka jagalah dirimu agar tetap menjadi bait Allah yang kudus (1 Kor
3:16-23). Sedangkan Yesus lebih radikal lagi: Pertama, jangan melawan orang yang berbuat jahat kepadamu; kedua, kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu; ketiga,
kamu harus menjadi sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya (Mat
5:38-48).
Pandangan
dari ketiga bacaan ini adalah kebenaran
sebab semuanya berlandaskan pada sifat Allah yang kudus dan penuh cinta. Karena
itu semua manusia, sebagai citra Allah, dari agama manapun, yang keyakinannya
terarah kepada Allah yang satu dan kudus, tak ada pilihan dan penghayatan hidup
tanpa cinta. Kita diciptakan oleh cinta. Dengan demikian semua yang berlawanan
dengan cinta, segala sifat yang bertentangan dengan cinta tidak berasal dari
yang mahakudus, melainkan dari yang jahat. Iri hati, marah benci dan dendam
semuanya berasal dari si jahat. Jika ingin bertumbuh dan berkembang dalam iman,
maka hendaknya kita juga hidup dalam cinta. Dalam dunia ini ada banyak penyakit
rohani jasmani yang disebabkan oleh benci dan dendam. Jika ingin sehat jiwa dan
raga, hiduplah dalam sukacita untuk mencinta sambil membuang
kebencian-kebencian yang menimbulkan penyakit-penyakit.