Dalam
panggilan hidup rohani tidak banyak orang suka berdiam di tempat yang sunyi
untuk menjadi pertapa atau rahib. Alasannya, tidak banyak waktu untuk bisa berbicara
dan rekreasi, jarang bisa bertemu dengan sahabat, orang lain dan keluarga, sunyi
itu membosankan sebab tidak banyak hiburan, dll. Akan tetapi bagi orang yang
suka akan keheningan, sebosan dan sesulit apapun hidup di tempat yang sunyi,
mereka akan mengatakan bahagia rasanya berada di tempat yang sunyi karena
merasa nyaman, damai, tenang, mudah untuk berkomunikasi dengan Tuhan, dst....
Sesudah
para murid pulang dari tempat perutusannya, Yesus mengajak mereka mencari
tempat yang sunyi untuk berdoa. Injil hari ini mengisahkannya. Tetapi akhinya kesempatan
untuk hening dan berdoa itu batal karena sebelum mereka tiba di situ orang
banyak telah berkumpul untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Tergerak oleh rasa
belaskasihan Yesus mengajar mereka dan melakukan mujizat (Mrk 6:30-34)
Tempat
yang sunyi bagi Yesus adalah tempat yang paling aman untuk melakukan aktivitas
pribadi. Tempat yang sunyi Dia gunakan untuk bisa berjumpa dengan Allah,
Bapa-Nya. Di tempat yang sunyi Dia ingin mencurahkan seluruh isi hati-Nya
sambil memohon rahmat kebijaksanaan serta rahmat lain yang dibutuhkan-Nya dalam pelayanan,
terutama dalam perjuangan mencapai puncak karya-Nya untuk menebus dosa manusia.
Yesus tahu arah atau tujuan utama kehadiran-Nya di bumi ini, yaitu kurban salib.
Kurban salib itu suatu misi yang tidak mudah, dan untuk itu Ia membutuhkan
kekuatan dari Allah, Bapa-Nya. Keheningan memudahkan Dia untuk bercakap-cakap
dengan Tuhan dan dirinya sendiri. Hening merupakan suasana istimewa untuk
menimba semangat baru dari Tuhan. Semua manusia, secara rohani, membutuhkan
suasana hening. Hening adalah sebuah kesempatan untuk menikmati istirahat dalam
Tuhan. Mengapa jiwa membutuhkan keheningan?
Jiwa
itu bagian yang tak kelihatan dari tubuh manusia. Ia bekerja dalam semangat,
dalam cita-cita dan harapan, dalam daya dan usaha. Jiwa berada dekat pada roh, dekat
pada inti terdalam dari bagian kehidupan manusia. Jika roh menggerakkan jiwa
maka jiwa akan bertumbuh dalam semangat yang baru; jika jiwa sudah bekerja,
maka tubuh akan ikut kemauannya. Jika jiwa selalu berhubungan dengan kekuatan
Allah, maka hidup kita akan berada di bawah bimbingan Roh Allah. Karena itu
penulis Ibrani hari ini mengatakan dengan penuh harapan: “Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik
untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan
kepada-Nya,...Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Ibr 13:20-21).
Pernyataan
penulis Kitab Ibrani ini sesungguhnya mau menggarisbawahi pentingnya kita
mencari hubungan dengan Tuhan kita yang hidup, agar Ia selalu memperlengkapi
kita dengan semangat dan segala yang baik dan mengerjakan di dalam kita apa
yang berkenan kepada-Nya. Hemat saya tempat yang sunyi adalah satu-satunya
tempat yang tepat untuk mendapatkan suasana komunikasi yang baik. St. Theresia Lisieux
mengatakan: “dalam keheningan kamu bisa
berjumpa dengan Tuhan”. Amin