Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Jumat, Februari 10, 2017

KEMERIAHAN PARA TUNA RUNGU !



Di awal karya saya di sebuah paroki kota, saya mendapat giliran untuk melayani misa harian di sebuah komunitas para suster yang mengasuh anak-anak bisu tuli dan buta. Yang mengikuti perayaan misa itu bukan hanya para susternya tetapi juga semua anak-anak asuhan mereka. Selama minggu pertama dalam pelayanan itu, saya merasa kaku untuk menyampaikan homili singkat, saya memandang ke bagian kanan di situ berkumpul semua yang tuna rungu dan ke kiri di situ berkumpul semua yang buta. Saya merasa ikut bisu, kehilangan kata-kata untuk berbicara. Meskipun yang buta semuanya pandai menyanyi dan menjawab aklamasi-aklamasi dalam ekaristi, tetapi semua yang tuna rungu hanya memperhatikan saya berbuat apa dan sampai di mana upacara itu berjalan. Yang buta juga pandai membaca dengan huruf braille dengan artikulasi yang jelas dan mantap. Yang membuat perayaan harian itu selalu meriah ketika masuk doa bapa kami. Yang buta mengucapkannya dengan terang dan jelas tetapi yang bisu semuanya seperti memakai bahasa roh, gaduh tetapi meriah serta mengesankan, sebab saya sendiri sudah akrab dengan bahasa roh ketika mengikuti persekutuan doa kharismatik. Atas dasar pengalaman inilah saya memberi judul renungan ini: Kemeriahan Para Tuna Rungu.

Si tuna rungu dalam cerita injil hari ini tahu bahwa ia memiliki kekurangan: tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara walaupun ia ingin melakukannya. Secara psikologis ia sangat menderita sebab tidak dapat berkomunikasi dengan siapa pun selain memakai bahasa isyarat. Dalam keadaan seperti ini ia dan keluarganya rindu agar si bisu tuli ini bisa disembuhkan – dibebaskan dari keterikatan yang disebabkan oleh cacatnya. Mereka percaya Yesus dapat membebaskannya. Yesus menerima orang itu dan membebaskan si bisu itu hanya dengan mengucapkan kata: Efata – terbukalah! Sejak saat itu orang bersangkutan tidak lagi meriah dalam “bahasa rohnya dan isyaratnya” seperti pengalaman saya di atas tetapi bahasa yang jelas seperti orang sehat lainnya. Dalam peristiwa ini Tuhan membebaskan ikatan pada lidah dan penyumbatan pada telinga akibat pembentukan bawaan yang tidak sempurna sejak dalam kandungan ibu. Sesudah sembuh, orang itu tidak lagi memakai bahasanya sendiri (dalam roh dan isyarat) melainkan bahasa biasa. Dengan demikian dalam perjumpaan dengan sesama dan Tuhan, tidak ada lagi ungkapan kemeriahan yang terasa semu. Semuanya jelas dan dapat dimengerti (bdk Mrk 7:31-37)

Dalam bahasa muslihatnya setan telah memperdaya Hawa dan Adam untuk melanggar perintah Tuhan. Ketika keduanya tahu bahwa mereka telah bersalah mereka bersembunyi di antara pohon-pohon di taman Eden. Mereka merasa seperti tak berdaya, merasa takut – gugup untuk berjumpa dengan Tuhan. Mulut mereka terasa seperti tersumbat – bisu, tidak mampu mengatakan apa-apa kepada Tuhan selain bersembunyi diri, malu karena cacat dosa yang telah mereka lakukan (Kej 3:1-8). Perasaan seperti ini memang terjadi pada setiap manusia yang berbuat dosa, mereka diserang rasa bersalah seperti tidak mampu berkata-kata, berdoa, selain hanya menyampaikan keluhan yang tak terucapkan – bahasa bisu.

Jika kita berdosa, pikiran dan hati kita merasa tidak nyaman, kita tidak sanggup berdoa atau berkomunikasi secara baik dengan Tuhan dan sesama, maka menghindari dosa adalah satu-satunya jalan untuk menjaga hubungan yang baik itu.  

Adhitz Ads