Hakekat
utama wanita diciptakan adalah menjadi PENOLONG YANG SEPADAN. Ini bukan keyakinan
saya melainkan keyakinan penulis Kitab Kejadian yang menulis kebenaran ini
dengan bantuan Roh Kudus. Namun dalam kenyataan budaya-budaya pun agama-agama
tertentu hingga dewasa ini wanita masih diperlakukan sebagai makhluk kelas dua,
bahkan lebih buruk lagi mereka dicap sebagai orang yang mendatangkan banyak
celaka (godaan) bagi dunia ini. Suatu pandangan dan perlakuan yang sungguh sangat
menyedihkan.
Kitab
Kejadian hari ini mengingatkan kita dengn cerita sucinya yang menggambarkan
bahwa sesudah Tuhan menciptakan manusia pertama sebagai laki-laki, dalam
hati-Nya Ia berkata: “tidak baik manusia tinggal sendirian, Aku akan
menciptakan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Tuhan membuat manusia
itu tidur nyenyak lalu sebuah tulang rusuk diambil-Nya, ditutup dengan daging
dan jadilah wanita. Komentar manusia pertama atasnya: “Inilah dia tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku”. Manusia perempuan itu adalah tulang dan
daging dari manusia Adam. Ia dinamai “perempuan sebab diambil dari laki-laki”. Maka
jadilah dia sebagai penolong yang sepadan. Itu berarti sejajar, sederajat,
teman hidup, yang sama kedudukannya di hadapan Allah (bdk Kej 2:18-25). Ditinjau
dari pandangan ini manusia, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai derajat
dan kedudukan yang sama di hadapan Allah. Yang membedakannya adalah jenis
kelamin untuk saling melengkapi agar dapat melahirkan keturunan. Maka berbahagialah
budaya dan agama yang telah menerima dan menghayati pandangan kudus ini,
sehingga tidak ada lagi diskriminasi gender dalam budaya dan agamanya.
Perempuan
Yunani dari Siro-Fenisia dalam cerita Injil Markus hari ini menunjukkan kwalitas
imannya sebagai seorang manusia yang membutuhkan perlakuan sama di hadapan
Tuhan. Ia memandang Yesus sebagai “orang yang berkuasa dalam kata-kata dan
perbuatan” sebab ia sudah mendengar cerita tentang Yesus dari orang lain. Perempuan
itu tahu bahwa sebagai orang Yunani ia dicap kafir oleh orang Yahudi bahkan
dianggap anjing. Ini terbukti dari reaksi Yesus atas permintaannya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu,
sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing." Mendengar ungkapan itu ia tidak tersinggung,
sebaliknya ia menunjukkan kwalitas imannya. Ia percaya bahwa Yesus akan
menolongnya. Karena itu ia menjawab dengan mantap: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan
remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Kalimat ini menggugah hati
Yesus untuk memberikan bantuannya dan Ia pun berkata: "Karena kata-katamu
itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan
itu dan mendapatkan anaknya sudah sehat, sebab setan sudah keluar daripadanya (Mrk
7:24-30).