Dalam keseharian
hidup ini, sering kita melihat atau menyaksikan orang-orang istimewa dalam
hal-hal tertentu. Ketika menyaksikan kehebatan mereka, kita hanya bisa
mengaguminya dan mengatakan: wah, mereka
luar biasa!, terutama di saat kita menyaksikan atraksi-atraksi dalam
sirkus-sirkus, dalam perlombaan-perlombaan atletik, seni dll. Demikian pun
ketika kita menyaksikan kehebatan para pemimpin yang bisa mengubah negaranya
atau wilayah yang mereka pimpin menjadi sedemikian maju dan makmur. Dalam lingkup
yang lebih kecil kita juga bisa menyaksikan ayah, ibu atau anak yang bisa membuat
keluarganya menjadi terkenal, contoh untuk sukses dan bahagia. Lebih mengagumkan
lagi kalau kita menyaksikan para difable yang bisa memanfaatkan potensi yang
minim dalam diri mereka untuk berbuat sesuatu yang menghasilkan prestasi
tertentu. Mengapa bisa demikian?
Banyak orang
memberi jawaban sederhana atas pertanyaan di atas, dengan mengatakan: itu sudah
nasibnya mereka, itu garis tangannya, atau mereka bisa karena biasa. Bagi saya
pribadi jawaban-jawaban seperti ini rasanya terlalu naif. Mengapa? Hemat saya
kita perlu kembali ke asal muasal manusia itu, siapakah manusia itu sebenarnya.
Menurut Kitab Kejadian, manusia itu citra Allah, yang telah diberi kuasa untuk
mengatur segala makhluk lain. Bacaan pertama kitab Sirakh hari ini juga
mengatakan: “Manusia diciptakan Tuhan
dari tanah, dan ke sana akan dikembalikan juga...... Kepadanya dikenakan
kekuatan yang serupa dengan kekuatan Tuhan sendiri dan menurut gambar Allah
dijadikan-Nya. Di dalam segala makhluk yang hidup Tuhan menaruh ketakutan
kepada manusia, agar manusia merajai binatang dan unggas.........” (bdk Sir
17:1-15). Penulis ini sadar bahwa dalam diri manusia, citra Allah, tercipta
juga kekuatan Tuhan, agar manusia bisa mengeksploatasi seluruh potensinya untuk
membangun dunia ini menjadi lebih baik, lebih maju dan menikmati kemakmuran
lahir dan batin. Oleh kekuatan Ilahi dalam dirinya masing-masing manusia menjadi
penentu kemajuan atas bumi ini dalam kerja sama satu dengan yang lain. Atas
dasar pandangan ini para motivator zaman ini memotivasi orang-orang lain agar
sadar akan kekuatan ini dan memanfaatkannya secara optimal. Semua manusia diberi
potensi yang sama.
Namun potensi-potensi
ini tidak bisa bertumbuh dan berkembang begitu saja jika tidak disertai oleh berkat
Tuhan sendiri. Karena itu setiap pengikut Kristus diminta untuk bersikap jujur,
polos dan rendah hati, menjadi seperti anak kecil, seperti sabda-Nya dalam
injil hari ini (bdk Mrk 10:13-16). Kerendahan hati adalah kunci untuk
mendapatkan kuasa dan kekuatan Allah dengan segala karunia-karunia-Nya. Dalam
semangat kerendahan hati kita
mengandalkan Tuhan, karena kerendahan hati kita taat dan tunduk pada kehendak
Tuhan, oleh kerendahan hati kita buka jalan bagi Tuhan untuk memimpin hidup
kita, bila rendah hati dalam iman harap dan kasih, tak ada yang mustahil,
mujizat akan selalu terjadi!