Sejak nenek moyang pertama, Adam dan Hawa, jatuh ke dalam dosa, sakit dan penyakit yang menimbulkan penderitaan lahir dan batin masuk ke dalam hidup manusia. Manusia merasa seperti dikutuk oleh perbuatannya sendiri. Mau bilang apa, nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Dosa melahirkan penyakit dan penderitaan, turun temurun. Oleh perbuatan seorang semua anak manusia memikul akibatnya. Cap dosa pusaka tertempel pada setiap anak manusia yang lahir ke bumi ini. Akan tetapi apakah Sang Pencipta yang terkenal mahabaik itu tega membiarkan anak-anak manusia ini mati kutuk atau hidup tanpa rahmat-Nya lagi?
Jawaban
atas pertanyaan di atas mari kita simak cerita Kitab hari ini. Dosa membuat
Adam dan Hawa tidak tenang dan bersembunyi. Sesudah Allah menemukan
persembunyian mereka, terjadilah dialog yang bagus. Dalam dialog itu Hawa
mempersalahkan ular, Adam mempersalahkan Hawa dengan akibat sebagai berikut:
1. Ular dikutuk karena
pekerjaannya menyesatkan Hawa. Ular harus berjalan dengan perut seumur hidup
dan hanya makan dari debu tanah.
2. Hawa tidak
dikutuk tetapi dinubuatkan akan menderita saat ia mengandung dan melahirkan
anaknya. Hawa menjadi ibu dari segala yang hidup.
3. Adam harus
bersusah payah dan berpeluh dalam mencari nafkah hingga kembali menjadi debu.
4.
Adam dan Hawa diusir
keluar dari taman Eden dan mengusahakan tanah dari mana ia diambil.
Empat
catatan di atas adalah suatu keadaan hidup di mana manusia diciptakan untuk
hidup dalam perjuangan, manusia dididik untuk bekerja mandiri bukan hanya
menikmati apa yang disediakan Tuhan dengan enak tanpa lelah. Tuhan tahu jalan
apa yang disediakan bagi citra-Nya yang telah jatuh dalam dosa. Tuhan tidak
menyiksa manusia sebab hati-Nya maha belaskasih. Sejarah bangsa Israel telah
menunjukkan bagaimana Tuhan menyertai umat-Nya.
Puncak
belaskasih itu terwujud secara nyata dalam inkarnasi Tuhan menjadi manusia
dalam diri Yesus Kristus. Dalam hidup dan karya-Nya sejak lahir hingga
wafat-Nya di kayu salib, Yesus menunjukkan belaskasih Allah itu dengan pelbagai
cara: Yesus menyatu dengan orang miskin dan lahir dalam kemiskinan, hidup di
tengah keluarga yang sederhana, blusukan ke desa-desa dan kota, mengajar sambil
menyembuhkan semua yang sakit dan juga memberi makan kepada yang lapar.
Cerita
Injil hari ini tentang Yesus mengajar lalu memberi makan kepada yang lapar. Hati-Nya
penuh belaskasih kepada semua orang yang datang mendengar pengajaran-Nya. Ia
menyediakan makanan bagi mereka dengan melakukan mujizat perbanyakan roti. Semua
orang yang memakannya menikmati rahmat belaskasih itu lahir dan batin. Tuhan tidak
membiarkan umat-Nya terus menerus bergumul dalam kekurangan-kekurangannya,
tetapi juga menyediakan apa yang diperlukan oleh mereka yang mengalami
kekurangan agar mereka belajar bahwa Tuhan mengasihi umat-Nya selama-lamanya. Semua yang dikerjakan Tuhan ini adalah cara Dia menyembuhkan semua yang menderita karena dosa dan penyakit-penyakit dalam hidup mereka. Tuhan tetap melakukan semuanya itu hingga akhir dunia.