Setelah 5 tahun menghilang tanpa berita, Leo tiba-tiba muncul
kembali ke rumahnya. Ia pulang dalam keadaan wajah yang lusu, kurus
seperti seorang baru sembuh dari sakit, tak punya semangat, rambut
hampir tak tersentuh gunting, jenggot terurai tidak teratur. Saat ia
kembali ke rumah di rembang petang, hampir semua penghuni rumahnya, ayah
ibu dan 4 adiknya tidak mengenalnya lagi.
Setelah ia
memperkenalkan dirinya, ayah ibu dan adik kakaknya menangis histeris
karena sesudah Leo hilang tanpa kabar, mereka telah melakukan upacara
adat kematiannya. Sebab mereka semua berpikir Leo telah mati. Setelah
semua anggota keluarga berhenti menangis Leo mengisahkan kembali mengapa
dia menghilang begitu saja.
"Saya pergi bukan karena marah
kepada ayah ibu atau adik kakak. Tetapi saya ditipu seseorang yang
bercerita tentang enaknya merantau di negeri orang. Ketika saya pergi
dan mulai bekerja di sana, saya mulai melakukannya dengan baik-baik.
Gaji di tahun pertama dan kedua dijamin tanpa potongan tetapi memasuki
tahun ketiga perusahaannya mulai dipotong 25% untuk mengembalikan biaya
keberangkatan awal dan urusan administrasi, dll.
Saya frustrasi
dan akhirnya terjebak perjudian, mula-mula selalu menang lalu kalah
terus, saya mulai bermabukan bersama teman-teman, rambut tak mau
dicukur, perusahaan memberhentikan saya setelah lunas semua potongan
gaji itu. Biaya hidup saya sesudahnya cuma menghabiskan semua uang
simpanan dari gaji di awal kerja dan ini buku tabungan saya sisanya cuma
500 ribu rupiah. Kepada bapa mama serta adik dan kakak, saya mohon maaf
atas kelakuan saya selama 5 tahun. Kini saya kembali, saya ingin
berubah dan mau hidup bersama kalian di rumah ini. Kiranya kalian mau
menerima saya kembali", demikian Leo mengakhiri kisah singkatnya.
Ayah dengan suara terpatah-patah dan linangan air mata, lebih dulu
meminta maaf kepada Leo, karena mengira mungkin Leo pergi akibat kurang
perhatian dari bapa dan mama, sambil memegang kaki Leo dan menciumnya.
"Kami semua menerimamu kembali dan besok kita akan meminta imam
merayakan ekaristi syukur atas semua peristiwa ini, sekaligus memohon
doa pemulihan ganti upacara adat kematian yang telah kami buat untukmu".
Kisah ini mirip dengan kisah anak hilang dari Injil hari ini.
Kisah anak hilang sesungguhnya mau menggambarkan "kerahiman dan
belaskasih Allah" atas orang-orang berdosa yang bertobat. Tuhan siap
menerima siapa pun yang rendah hati dalam sesal dan tobat. Allah itu
seperti seorang bapa yang baik, yang selalu menungggu anak-anaknya
pulang bila pergi jauh (berdosa). Betapa hati-Nya bergembira jika
harapan-Nya terpenuhi dan Bapa mau membuat pesta syukur atas peristiwa
pertobatan setiap orang berdosa, seperti digambarkan Yesus dalam
perumpamaan anak hilang (Luk 15:1-3.11-32).
Nabi Mikha percaya
akan belaskasih Allah. Karena itu ia berani menghadap takhta Allah dan
berdoa: "Gembalakanlah umatMu dengan tongkatMu, kambing domba milikMu
sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun
buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti
pada zaman dahulu kala. Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir,
perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban" (Mi 7:14-15).
Doa ini tidak lain berisi memohon belaskasih Allah atas umat-Nya, agar
Allah tidak menghukum bangsa ini melainkan memberi ampun atas semua
kesalahan mereka. Sebab mereka semua ingin pulang ke pangkuan Allah,
yang senantiasa setia pada janji-Nya yang telah diucapkan-Nya kepada
Abraham.
Allah itu maharahim dan penuh kasih setia pada
janji-Nya, maka berbahagialah semua orang yang menyadari kesalahannya
dan pulang kepada Bapa dalam sikap tobat yang benar.
Written by RD. Laurensius Sopang