Kemarin petang saya menghantar dua orang tamu yang ingin bertemu
dengan Uskup Emeritus Mgr. Mikhael Angkur di rumah Komunitas Transit
OFM, Gorontalo, Labuan Bajo. Dalam mobil keduanya sharing tentang masa
kecil mereka bersama seorang bapa yang sangat ketat dalam pendidikan
agama. Bapa ini adalah seorang guru SD, yang kesehariannya selain
mengajar tetapi juga mengontrol para siswanya, anak-anaknya sendiri
maupun anak-anak titipan keluarganya, apakah mereka pergi misa hari
minggu atau tidak, apa isi bacaan hari itu dan pastor siapa yang
memimpin misa, siapa ajudanya dll. Kalau kedapatan tidak pergi misa maka
mereka akan disiksa mengulangi doa tobat sebanyak 100 kali, membaca
Kitab Suci dari kitab tertentu dari perjanjian lama atau baru, atau
siksaan lain yang berhubungan dengan hal-hal rohani sehingga siksaan itu
membantu mereka untuk fokus pada iman akan Allah. Dia selalu
mengatakan: "Tanpa pertolongan Allah kamu tak ada apa-apanya". Pada
akhir dari sharing itu kedua tamu ini menyatakan syukur bahwa pendidikan
yang ketat itu telah menjadikan mereka manusia yang berguna. Terima
kasih Tuhan, kata keduanya, sambil meneteskan air mata mengenang bapa
tersebut, karena ia baru meninggal sebulan yang lalu.
Esther,
dalam doanya kepada Tuhan mengenangkan kembali masa lalu mereka yang
penuh berkat karena pertolongan Tuhan. Di saat ia mengalami kesesakan,
ia bergulat dan dengan sangat memohon campur tangan Tuhan atas prahara
yang sedang dihadapinya. Di awal doanya Esther berseru: "Tuhanku, Raja
kami, Engkaulah yang tunggal, dan tolonglah aku yang seorang diri ini,
yang padanya tidak ada yang menolong selain dari Engkau, sebab bahaya
maut mendekati diriku. Sejak masa kecilku telah kudengar dalam keluarga
bapaku, bahwa Engkau, ya Tuhan, telah memilih Israel dari antara
sekalian bangsa, dan nenek moyang kami telah Kaupilih dari antara
sekalian leluhurnya, supaya mereka menjadi milik abadi, dan telah
Kaulaksanakan bagi mereka apa yang telah Kaujanjikan" (T.Est 3:11-12).
Tak ada siapa-siapa yang diandalkan Esther selain Tuhannya, yang sejak
kecil telah dikenalnya sebagai satu-satunya penolong yang unggul, yang
dapat menyelesaikan prahara yang dihadapi bangsa Israel. Esther percaya
janji Allah selalu tepat dan benar.
Tuhan Yesus telah
memperkenalkan Allah sebagai Bapa yang mahabaik. Karena itu Dia mengajak
para pendengar-Nya agar sungguh-sungguh bersandar pada Bapa-Nya dengan:
meminta, mengetuk dan mencari segalanya dari Allah, Bapa-Nya.
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap
orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan
setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan" (Mat 7:7-8).
Allah itu Bapa yang mahabaik selalu siap untuk menolong anak-anak
manusia yang meminta, mencari dan mengetuk pintu-Nya. Jangan pernah ragu
untuk mengatakan semua keperluanmu pada-Nya, Dia pasti menolong dalam
waktu yang dikehendaki-Nya.
Written by RD. Laurensius Sopang