(Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah)
Dalam agama-agama Perjanjian Lama membawa persembahan kepada Tuhan dalam rupa-rupa materi adalah keharusan iman. Sebab mereka percaya bahwa dengan mempersembahkan semua itu mereka merasa diteguhkan dalam bersyukur, memohon dan berharap agar mau Tuhan memelihara, menolong dan mengampuni dosa mereka serta menyelamatkan mereka untuk hidup kekal. Keyakinan ini juga terdapat dalam agama Yahudi, bahkan ditambah setiap anak laki-laki sulung wajib dipersembahkan agar dikuduskan bagi Allah.
Kanak-kanak Yesus dipersembahkan di Kenisah untuk memenuhi semua ketentuan hukum Taurat agama Yahudi. Yosef dan Maria datang ke kenisah membawa Anak itu sambil membawa sepasang burung tekukur. Namun hari itu ada hal istimewa yang terjadi :
1. Simeon, orang saleh dan benar digerakkan oleh kuasa Roh Kudus datang juga. Ia menatang Anak itu dan bernubuat tentang-Nya: Anak ini akan menjadi Terang bagi bangsa-bangsa; dan juga bernubuat tentang Maria bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya.
2. Ada nabi perempuan bernama Hana hari itu datang juga ke Kenisah. Dia bersyukur kepada Tuhan dan berbicara tentang Anak Yesus kepada semua yang hadir di situ bahwa Dia inilah yang dinantikan Israel (Luk 2:22-40).
Apa yang dikatakan oleh kedua orang saleh ini sungguh-sungguh terpenuhi. Yesus dipersembahkan bukan untuk dikuduskan melainkan untuk menguduskan banyak orang, sebab Dia sendiri akan menjadi kurban-Nya, yang puncaknya terjadi pada salib. Karena itu Kitab Ibrani mengatakan: "Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai" (Ibr 2:17-18).
Kurban salib Yesus adalah kurban paling sempurna dari semua kurban Perjanjian Lama. Ia didera, dianiaya, memikul salib dan disalibkan untuk mendatangkan keselamatan bagi umat manusia, terutama bagi yang percaya. Dalam persembahan diri ini Yesus seolah-olah dicobai supaya Dia dapat menolong mereka yang dicobai; seolah-olah Dia menjadi tanda perbantahan tetapi justru menjadi sumber pendamaian antara Allah dan manusia. Dengan kurban Yesus kita yang percaya kepada-Nya dapat menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban benar dan syah kepada Tuhan (Mal 3:1-4).
Hidup kita di dunia ini tak akan pernah luput dari semua pencobaan. Supaya kita kuat melawan semua pencobaan itu kita berdoa sambil membawa kurban persembahan kepada Tuhan. Sebagai orang benar dan yang sudah dibenarkan, satu-satunya kurban yang benar yang patut kita persembahkan adalah membawa kurban Kristus sendiri. Yesus telah memeterai diri-Nya pada salib menggantikan semua kurban binatang. Dialah kurban Perjanjian Baru. Kurban itu tidak lain adalah kurban salib yang diulangi secara sempurna dalam ekaristi.
Written by RD. Laurensius Sopang
Dalam agama-agama Perjanjian Lama membawa persembahan kepada Tuhan dalam rupa-rupa materi adalah keharusan iman. Sebab mereka percaya bahwa dengan mempersembahkan semua itu mereka merasa diteguhkan dalam bersyukur, memohon dan berharap agar mau Tuhan memelihara, menolong dan mengampuni dosa mereka serta menyelamatkan mereka untuk hidup kekal. Keyakinan ini juga terdapat dalam agama Yahudi, bahkan ditambah setiap anak laki-laki sulung wajib dipersembahkan agar dikuduskan bagi Allah.
Kanak-kanak Yesus dipersembahkan di Kenisah untuk memenuhi semua ketentuan hukum Taurat agama Yahudi. Yosef dan Maria datang ke kenisah membawa Anak itu sambil membawa sepasang burung tekukur. Namun hari itu ada hal istimewa yang terjadi :
1. Simeon, orang saleh dan benar digerakkan oleh kuasa Roh Kudus datang juga. Ia menatang Anak itu dan bernubuat tentang-Nya: Anak ini akan menjadi Terang bagi bangsa-bangsa; dan juga bernubuat tentang Maria bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya.
2. Ada nabi perempuan bernama Hana hari itu datang juga ke Kenisah. Dia bersyukur kepada Tuhan dan berbicara tentang Anak Yesus kepada semua yang hadir di situ bahwa Dia inilah yang dinantikan Israel (Luk 2:22-40).
Apa yang dikatakan oleh kedua orang saleh ini sungguh-sungguh terpenuhi. Yesus dipersembahkan bukan untuk dikuduskan melainkan untuk menguduskan banyak orang, sebab Dia sendiri akan menjadi kurban-Nya, yang puncaknya terjadi pada salib. Karena itu Kitab Ibrani mengatakan: "Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai" (Ibr 2:17-18).
Kurban salib Yesus adalah kurban paling sempurna dari semua kurban Perjanjian Lama. Ia didera, dianiaya, memikul salib dan disalibkan untuk mendatangkan keselamatan bagi umat manusia, terutama bagi yang percaya. Dalam persembahan diri ini Yesus seolah-olah dicobai supaya Dia dapat menolong mereka yang dicobai; seolah-olah Dia menjadi tanda perbantahan tetapi justru menjadi sumber pendamaian antara Allah dan manusia. Dengan kurban Yesus kita yang percaya kepada-Nya dapat menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban benar dan syah kepada Tuhan (Mal 3:1-4).
Hidup kita di dunia ini tak akan pernah luput dari semua pencobaan. Supaya kita kuat melawan semua pencobaan itu kita berdoa sambil membawa kurban persembahan kepada Tuhan. Sebagai orang benar dan yang sudah dibenarkan, satu-satunya kurban yang benar yang patut kita persembahkan adalah membawa kurban Kristus sendiri. Yesus telah memeterai diri-Nya pada salib menggantikan semua kurban binatang. Dialah kurban Perjanjian Baru. Kurban itu tidak lain adalah kurban salib yang diulangi secara sempurna dalam ekaristi.
Written by RD. Laurensius Sopang

