Petani yang baik dan yang mencintai tanaman yang akan ditanamnya ke
dalam tanah dua pekerjaan ini yang harus dia lakukan yaitu: mencangkul
dan memberi pupuk organik. Mencangkul agar tanahnya gembur, tanaman
mudah ditanam, akar tumbuhan mudah masuk ke dalam tanah lalu tanaman
akan mudah bertumbuh. Memberi pupuk itu salah satu cara untuk memberi
makan kepada tanaman yang ditanam agar bertumbuh kuat, segar dan
bertahan hidup walaupun ada gangguan penyakit. Itu ibarat memberi
suplemen atau vitamin kepada manusia. Tanaman jadi subur dan bertumbuh
segar serta akan mengasilkan bunga dan buah yang lebat.
Allah
itu ibarat petani yang baik. Ia sudah mempunyai lahan pertanian yaitu
tanah terjanji dan pohonnya adalah bangsa Israel, keturunan Abraham,
Ishak dan Yakub. Sejak Yakub pindah dari Kanaan ke Mesir bersama
anak-anaknya, pohon itu ditanam di lahan orang yaitu negeri Mesir dan
saking banyaknya, pohon-pohon itu hendak dipotong dengan cara penindasan
dan bentuk pemerasan yang tidak adil. Pohon itu merana, merintih dan
menjadi gersang. Rintihan dan tangisan pohon-pohon itu didengar
pemilik-Nya, yakni Tuhan sendiri. Karena itu Dia memanggil seorang anak
manusia agar memindahkan pohon-pohon itu kembali ke kebunnya sendiri di
Israel, tanah terjanji. Pemindahan itu membutuhkan proses panjang dan
pemimpin ulet karena jaraknya yang sangat jauh.
Musa pun
dipanggil dari padang gurun untuk mencangkul tanah dalam perjalanan
menuju Mesir dan memberinya pupuk bila iman mereka akan Tuhan mengalami
kegersangan. Tuhan memanggil Musa guna memimpin dan menunjukkan jalan
kepada bangsa terpilih ini agar mereka tetap subur imannya akan Tuhan,
tetap teguh dalam harapannya di saat-saat penuh pencobaan, tetap saling
mengasihi dan bekerja sama dalam suka dan duka. Tuhan memanggil Musa
agar menggembalakan bangsa ini sampai ke tempat tujuan mereka di Israel.
Tugas Musa berat, ia ibarat petani yang setiap hari harus mencangkul
dan memupuk hati bangsanya, tetapi Tuhan menyertai dia dengan banyak
kuasa dan mujizat (Kel 3:1-8a.13-15).
Dalam perjalanan padang
gurun itu hati bangsa Israel terbagi-bagi. Ada yang pro dan tetap setia
pada Musa; ada yang kontra dan suka memberontak, ibarat pohon yang tidak
menghasilkan buah. Musa harus sabar menanggung semua itu demi
keselamatan seluruh bangsa. Ia tetap memberi mereka motivasi agar
percaya dan percaya bahwa perjalanan mereka di padang gurun itu bukan
menuju ke sia-siaan, tetapi menuju tanah warisan dari nenek moyang
mereka Abraham, Isaak dan Yakub. Yang tetap membangkang dan tidak mau
dituntun mati di padang gurun, tetapi yang setia dan taat berjalan terus
sampai tujuan.
Ketika beberapa orang datang kepada Yesus dan
memberitahu tentang nasib orang Galilea yang dibunuh Pilatus, Yesus
menggarisbawahi jawabannya dengan mengatakan: "Sangkamu orang-orang
Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang
lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kataKu kepadamu. Tetapi
jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian"
(Luk 13:2-3). Lukas menulis penegasan Yesus sebanyak dua kali. Itu
berarti BERTOBAT dari dosa, dari pembangkangan terhadap Allah dan
hukum-hukumNya itu sangat penting. Jika tidak nasibmu akan sama seperti
orang-orang Galilea dan mereka yang mati ditimpa menara di kolam Siloam.
Lalu Yesus menyampaikan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak
berbuah dan diberi waktu setahun lagi dengan cara mencangkul sekitar
pohonnya dan memberinya pupuk. Jika tidak berbuah maka ia akan ditebang.
Masa puasa adalah masa untuk mencangkul dan memupuk hati agar menjadi
subur dalam kesetiaan kepada kehendak Allah. Dalam masa puasa tahun ini
Paus Fransiskus mengingatkan kita akan rahmat belaskasih Allah yang
memberi waktu kepada kita untuk bertobat dari dosa melalui pelbagai
kegiatan rohani: tekun berdoa, novena, tekun dalam ekaristi harian,
bersemangat dalam adorasi, mengaku dosa setiap bulan, berziarah supaya
mendapat indulgensi, dan melakukan aksi sosial yang nyata terhadap
mereka yang membutuhkan. Dalam hubungan dengan tugas ini kita semua
dipanggil seperti Musa :
1. Untuk memimpin diri kita sendiri melewati godaan di padang gurun kehidupan nyata.
2. Membantu untuk membimbing sesama di sekitar kita dengan cara
mencangkul dan memberi pupuk = memberi motivasi agar bisa melewati
padang gurun kehidupan ini dan selamat.
Written by RD. Laurensius Sopang