Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Selasa, Februari 09, 2016

BERPEGANG PADA ADAT ISTIADAT…?

Sesudah dibaptis menjadi katolik dalam usia Sekolah Rakyat, zaman Belanda, ayah kami, Silvanus Jama, sungguh-sungguh menyimak pesan mamanya yang masih animis: "Jama, kalau engkau sudah dibaptis menjadi serani, jangan ikut-ikut lagi tata cara adat dan doa kami. Ikut saja tata cara agamamu seperti yang diajarkan oleh pastor Belanda. Pastor Belanda itu orang pintar, ajarannya pasti baik dan benar. Ketika ayah pergi mengadu nasib ke wilayah pantai dan membuka satu perkampungan baru di situ, setiap hari dia mengorganisir teman-temannya untuk berdoa bersama, terutama doa rosario. Ia juga sering memimpin doa mingguan tanpa imam.

Segala hal yang berhubungan dengan urusan adat istiadat misalnya mendoakan orang mati, ketika membuat rumah baru, membuka kebun baru, menanam jagung dan padi di kebun, saat panen hasil-hasil kebun, didoakan dan disyukurinya saja melalui doa-doa Kristiani. Padahal dalam kebiasaan lama sebelum dia dibaptis semua itu harus disyukuri dengan recikan atau kurban darah binatang. Tetapi karena ingat akan pesan mamanya, dia meninggalkan segala tata cara itu dan hidup dalam keyakinan Kristiani. Karena itu dalam hidupnya sebagai orang katolik ayah tidak pernah melakukan upacara-upacara adat membawa persembahan binatang atau yang biasa disebut kurban bakaran. Doa wajib kami dalam keluarga adalah doa rosario baik waktu bangun pagi maupun sebelum tidur malam. Andalan hidup doanya adalah rosario dan ekaristi mingguan, bahkan di masa tuanya sebelum sakit ia selalu hadir dalam ekaristi harian biasa.

Orang Yahudi sangat berpegang teguh pada adat istiadat nenek moyangnya, terutama dalam hal yang tidak penting misalnya: basuh tangan sebelum makan, pulang pasar harus mandi, cuci kendi, perkakas-perkakas yang dipakai untuk makan dan persembahan harus dicuci duluan sebab jika tidak seseorang berdosa atau najis. Injil hari ini menceritakan tentang hal itu. Mereka mengeritik para murid Yesus yang tidak taat hukum-hukum lalu mencap mereka sebagai orang najis. Akibatnya, Yesus mengecam mereka dengan sangat pedas:"Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."(Mrk 7:6-8).

Dalam banyak hal sejak zaman nenek moyang hingga zaman ini banyak orang terlebih taat pada adat istiadat manusia dari pada hukum Allah. Alasannya: takut dimarahi nenek moyang, nanti doa tidak dikabulkan, awas ada bahaya di jalan, nanti usaha tidak berhasil, serta ketakutan lainnya. Pandangan seperti ini menilai seolah-olah nenek moyang yang sudah mati itu yang menentukan nasib hidup manusia, padahal orang-orang mati hanya membutuhkan keselamatan jiwanya melalui doa-doa kita. Dalam ajaran Kristiani setiap jiwa yang mati dalam dosa akan masuk purgatorium dan mereka harus didoakan agar masuk surga. Kalau mereka masuk surga mereka akan menjadi orang kudus bergabung dengan para malaikat Tuhan. Di sana mereka tidak membutuhkan makan minum, mereka tidak kenal lapar dan haus. Sebagaimana orang kudus lainnya mereka hanya rindu agar kita yang masih hidup ini hendaknya taat pada perintah Allah, mengabdi Allah dalam Roh dan kebenaran sehingga kelak kita juga boleh masuk surga.

Kristus telah datang sebagai Juru Selamat dan Pembebas. Ia telah mengorbankan hidup-Nya hingga wafat di salib dan Allah menjadikan kurban Putera-Nya itu sebagai yang paling sempurna, syah dan pantas untuk penebusan dosa manusia, menggantikan kurban yang tidak sempurna, kurban darah binatang. Kurban salib itu yang dilakukan Yesus dalam Roh dan kebenaran, sebab Ia melakukan semua itu dalam ketaatan kepada perintah Allah. Ketika kita dibaptis menjadi pengikut-Nya dan menerima sakramen-sakramen lainnya, kita hidup dalam kemerdekaan sebagai anak-anak Allah dan hanya dituntut untuk taat pada perintah Allah serta menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran, hidup di bawah bimbingan Roh Kudus. Sesungguhnya menjalin persatuan dengan Kristus, yang membebaskan itu jauh lebih penting dari pada menjaga adat istiadat yang sering membelenggu kita dalam rasa takut.

Ketika Salomo menahbiskan bait suci doanya sangat indah: "Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hambaMu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hambaMu panjatkan di hadapanMu pada hari ini! Kiranya mataMu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: namaKu akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hambaMu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hambaMu dan umatMu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediamanMu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni" (1Raj 8:28-30). Apa yang telah dilakukan Salomo pada zaman itu, semuanya telah disempurnakan Kristus setelah wafat dan kebangkitan-Nya. Kristus telah memeterai semua kelengkapan keselamatan kita melalui sakramen-sakramen yang kita terima. Kristuslah pengantara benar dan syah, karena kedudukan-Nya sebagai Raja di atas segala raja dan Juru Selamat kita. Kurban Kristus satu-satunya kurban pendamaian antara Allah dan manusia, yang memulihkan hubungan antara Allah dan manusia.

Written by RD. Laurensius Sopang

Adhitz Ads