Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Selasa, Februari 23, 2016

BERHENTI BERBUAT JAHAT…!

(Peringatan Santo Polykarpus, Uskup dan Martir)

Tahun 2007 saya melakukan assistensi Paska di komunitas Suster P. Karmel, Talun Kenas, Medan. Pada hari Kami Putih saya berjumpa dengan seorang bapa yang dipilih menjadi rasul untuk upacara pembasuhan kaki. Sebelum upacara itu ia syering kepada kami yang hadir bahwa ia adalah mantan perampok dan sesungguhnya saat itu merasa tidak layak dipilih menjadi rasul, meskipun sudah setahun ia bertobat dari pekerjaan merampok itu. Ia biasa merampok kendaraan-kendaraan angkutan barang lintas Sumatera.

Ia berhenti dari pekerjaan itu karena satu saat ia luput dari peristiwa pembunuhan yang dilakukan sopir yang muatan truknya hendak ia rampok. Tetapi ia minta belaskasihan sopir itu untuk tidak membunuhnya. Peristiwa belaskasih sopir itu mengubah jalan hidupnya karena setelah ia dibebaskan ia berpikir bahwa Tuhan masih mencintai dan memeliharanya. Ia kembali ke rumah dan bekerja sebagai petani dan bertobat. Pada perayaan Kamis Putih itu, saat pembasuhan kaki saya mencium kaki rasul-rasul satu persatu dan bapa tadi merasa amat terharu dan menangis tersedu-sedu dalam waktu yang agak lama. Ia merasa ia tidak pantas boleh menerima penghormatan seperti itu. Tuhan menjamah dia dan menyembuhkan luka-luka masa lalunya.

Pesan kenabian dari Kitab Yesaya bacaan pertama hari ini agak keras. Tuhan menuntut pertobatan yang serius dari bangsa Israel yakni supaya berhenti berbuat jahat dan kembali belajar berbuat baik, jika tidak maka resikonya fatal. Pesan ini mengandung kobaran cinta Allah yang ingin menyelamatkan bangsa ini dari kebinasaan. Sebab Allah telah menjadikan mereka bangsa terpilih, umat kesayangan-Nya. Allah tidak rela mereka binasa, melainkan hidup dan berkembang dalam perbuatan baik. "Marilah, baiklah kita berperkara! — Firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu" (Yes 1:18-19).

Tuhan Yesus dalam Injil hari ini juga dengan agak keras menyampaikan wejangan-Nya kepada orang banyak dan para murid-Nya agar tidak meniru sikap orang Farisi dan ahli Taurat. Sebab mereka suka membebani sesamanya dengan banyak aturan agama tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka itu kaum munafik yang suka mencari pujian dari sesamanya. Tuhan mengajak para pendengar-Nya agar berlaku rendah hati, sebab barangsiapa meninggikan dirinya, ia akan direndahkan (bdk. Mat 23:1-12).

Sikap welas asih (belas kasih) Allah yang diwartakan kepada kita pada tahun Kerahiman Ilahi ini adalah sebuah tawaran untuk bertobat dari segala kecenderungan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Manusia dari kodratnya selalu memiliki kecenderungan mencintai hal-hal yang jahat dan mencederai hidupnya dengan banyak dosa. Semoga pengalaman belaskasih Allah dapat menolong kita untuk membangun sikap hidup yang benar.

St. Polykarpus sebelum ditangkap musuh-musuhnya ia menjamu mereka dengan menyajikan makanan yang lezat. Sesudah itu ia menyerahkan dirinya dengan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan atas diriku", seraya memohon diberi waktu untuk berdoa. Ia dibakar hidup-hidup atas perintah prokonsul kota karena tidak mau menyangkal imannya akan Kristus. Ia lebih baik mati dari pada berdosa menyangkal Tuhannya. Di atas kuburnya umatnya menulis kalimat sebagai berikut: "Dirimu kami cintai melebihi berlian, kami sayangi melebihi emas permata, dan kami baringkan tubuhmu yang suci di tempat yang layak bagimu. Di tempat ini ingin kami berkumpul dengan gembira untuk merayakan ulang tahun wafatmu sebagai martir Kristus yang jaya".

Written by RD. Laurensius Sopang

Adhitz Ads