(Peringatan Santo Polykarpus, Uskup dan Martir)
Tahun 2007 saya melakukan assistensi Paska di komunitas Suster P. 
Karmel, Talun Kenas, Medan. Pada hari Kami Putih saya berjumpa dengan 
seorang bapa yang dipilih menjadi rasul untuk upacara pembasuhan kaki. 
Sebelum upacara itu ia syering kepada kami yang hadir bahwa ia adalah 
mantan perampok dan sesungguhnya saat itu merasa tidak layak dipilih 
menjadi rasul, meskipun sudah setahun ia bertobat dari pekerjaan 
merampok itu. Ia biasa merampok kendaraan-kendaraan angkutan barang 
lintas Sumatera. 
Ia berhenti dari pekerjaan itu karena satu saat
 ia luput dari peristiwa pembunuhan yang dilakukan sopir yang muatan 
truknya hendak ia rampok. Tetapi ia minta belaskasihan sopir itu untuk 
tidak membunuhnya. Peristiwa belaskasih sopir itu mengubah jalan 
hidupnya karena setelah ia dibebaskan ia berpikir bahwa Tuhan masih 
mencintai dan memeliharanya. Ia kembali ke rumah dan bekerja sebagai 
petani dan bertobat. Pada perayaan Kamis Putih itu, saat pembasuhan kaki
 saya mencium kaki rasul-rasul satu persatu dan bapa tadi merasa amat 
terharu dan menangis tersedu-sedu dalam waktu yang agak lama. Ia merasa 
ia tidak pantas boleh menerima penghormatan seperti itu. Tuhan menjamah 
dia dan menyembuhkan luka-luka masa lalunya. 
Pesan kenabian dari
 Kitab Yesaya bacaan pertama hari ini agak keras. Tuhan menuntut 
pertobatan yang serius dari bangsa Israel yakni supaya berhenti berbuat 
jahat dan kembali belajar berbuat baik, jika tidak maka resikonya fatal.
 Pesan ini mengandung kobaran cinta Allah yang ingin menyelamatkan 
bangsa ini dari kebinasaan. Sebab Allah telah menjadikan mereka bangsa 
terpilih, umat kesayangan-Nya. Allah tidak rela mereka binasa, melainkan
 hidup dan berkembang dalam perbuatan baik. "Marilah, baiklah kita 
berperkara! — Firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, 
akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain 
kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan 
mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu" (Yes 
1:18-19).
Tuhan Yesus dalam Injil hari ini juga dengan agak keras
 menyampaikan wejangan-Nya kepada orang banyak dan para murid-Nya agar 
tidak meniru sikap orang Farisi dan ahli Taurat. Sebab mereka suka 
membebani sesamanya dengan banyak aturan agama tetapi mereka sendiri 
tidak melakukannya. Mereka itu kaum munafik yang suka mencari pujian 
dari sesamanya. Tuhan mengajak para pendengar-Nya agar berlaku rendah 
hati, sebab barangsiapa meninggikan dirinya, ia akan direndahkan (bdk. 
Mat 23:1-12). 
Sikap welas asih (belas kasih) Allah yang 
diwartakan kepada kita pada tahun Kerahiman Ilahi ini adalah sebuah 
tawaran untuk bertobat dari segala kecenderungan hidup yang tidak sesuai
 dengan kehendak Allah. Manusia dari kodratnya selalu memiliki 
kecenderungan mencintai hal-hal yang jahat dan mencederai hidupnya 
dengan banyak dosa. Semoga pengalaman belaskasih Allah dapat menolong 
kita untuk membangun sikap hidup yang benar. 
St. Polykarpus 
sebelum ditangkap musuh-musuhnya ia menjamu mereka dengan menyajikan 
makanan yang lezat. Sesudah itu ia menyerahkan dirinya dengan berkata: 
"Jadilah kehendak Tuhan atas diriku", seraya memohon diberi waktu untuk 
berdoa. Ia dibakar hidup-hidup atas perintah prokonsul kota karena tidak
 mau menyangkal imannya akan Kristus. Ia lebih baik mati dari pada 
berdosa menyangkal Tuhannya. Di atas kuburnya umatnya menulis kalimat 
sebagai berikut: "Dirimu kami cintai melebihi berlian, kami sayangi 
melebihi emas permata, dan kami baringkan tubuhmu yang suci di tempat 
yang layak bagimu. Di tempat ini ingin kami berkumpul dengan gembira 
untuk merayakan ulang tahun wafatmu sebagai martir Kristus yang jaya".
Written by RD. Laurensius Sopang

