Ketika bermeditasi tentang panggilan Bunda Maria
menjadi ibu Yesus serta perannya dalam karya penyelamatan puteranya, saya
secara pribadi berkesimpulan bahwa ibu Maria adalah seorang ibu paling
berbahagia di antara semua perempuan tetapi sekaligus juga yang paling
menderita! Karena itu saya beri judul renungan ini: Maria, ibu yang bahagia
dalam derita! Ia bahagia karena satu-satunya gadis yang dipersiapkan Tuhan
untuk menjadi bunda Yesus, Anak Allah. Ia tanpa noda dosa dan mendapat gelar
sebagai Hawa baru menggantikan Hawa lama yang ternoda oleh dosa di taman Firdaus.
Akan tetapi meskipun tanda noda dan sangat berbahagia atas rahmat istimewa itu
namun justru ia adalah seorang ibu yang paling menderita, ketika menyaksikan
dengan mata kepala sendiri penderitaan puteranya hingga wafat di kayu salib.
Ketika kemarin kita diajak memeringati pesta salib
suci, hari ini kita diajak untuk memperingati pesta Bunda yang berdukacita. Injil
hari ini menceritakan Maria yang menderita berdiri di bawah kaki salib tanpa
bisa berbuat apa-apa untuk menolong puteranya. Ia hanya diam membisu dan dalam
hati selalu berkata: jadilah kehendak-Mu
Tuhan. Sebuah kalimat yang bagus yang diucapkannya ketika menjawab berita
yang disampaikan malaikat Gabriel saat ia dipilih menjadi ibu Yesus. Dalam kalimat
ini terkandung kwalitas iman Maria yang melampaui iman siapa saja yang
dipanggil Tuhan baik dalam perjanjian lama maupun baru. Iman Maria melampaui
iman semua orang saleh di negeri Israel. Dengan kwalitas iman yang sama itu
pula ia bertahan menyaksikan derita puteranya. Namun sebelum puteranya wafat
Bunda Maria diberi penghiburan yang luar biasa yaitu Yesus menyerahkan Yohanes,
yang mewakili para rasul kepada bunda Maria dan sebaliknya Maria diserahkan
kepada Yohanes, menggantikan diri Yesus yang tersalib. Ajang serah terima yang
tidak lazim ini, dibuat pada Yesus puteranya berada dalam keadaan sangat
menderita. Tetapi justru saat itulah Yesus dan Maria mengalami kebahagiaan
puncak: ibu menerima seorang anak baru, Yohanes, yang mewakili para rasul dan
semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan para murid Yesus memiliki
seorang ibu baru, yakni ibunya sendiri menjadi ibu sekalian orang yang beriman
kepadanya (bdk Yoh 19:25-27). Betapa kita semua boleh merasa berbahagia karena
mulai saat penyerahan itu kita berada dalam perlindungan, pemeliharaan dan
perhatian Bunda Yesus, bunda Tuhan, bunda Ilahi.
Penderitaan Yesus dipuji oleh penulis Kitab Ibrani
sebagai contoh ketaatan seorang anak manusia pada kehendak Bapa-Nya dan dengan demikian
Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr
5:7-9). Ketaatan Yesus dan tentu juga Maria, ibunya, menjadi sumber keselamatan
bagi segenap manusia yang percaya. Tanpa peran Maria, Yesus tidak bisa
mewujudkan misi keselamatan-Nya bagi umat manusia, tetapi tanpa ketaatan Yesus
mustahil iman Maria menjadi patron bagi iman segenap umat Allah. Maria bahagia
karena Yesus tetapi Maria juga menderita karena Yesus. Penderitaan Yesus
mencapai kesempurnaan-Nya di salib dan penderitaan Maria juga mencapai
kesempurnaan ketika menyaksikan dan merasakan penderitaan puteranya di kayu
salib. Penderitaan Yesus melengkapi penderitaan Maria ibunya.
O Mater Dei
et Mater dolorosa, kami bersyukur karena penderitaan puteramu telah menjadi pokok
keselamatan bagi hidup kami dan juga boleh menghantar kami dalam mencapai
kesempurnaan sejati, bersatu dengan-Nya dalam kerajaan yang kekal. Amin