Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Sabtu, September 24, 2016

MASA MUDA: HIDUP UNTUK KESENANGAN?



Segerombolan anak muda mengadakan wisata ke hutan sambil membawa senapan angin di gendongan belakang, dengan satu-satu botol bir di tangan kiri dan sebungkus rokok di tangan kanan. Mereka ingin menembak burung di hutan di mana terdapat banyak burung pergam dan tekukur yang sedang bertengger di sebuah pohon beringin yang buahnya sangat lebat. Sambil berjalan mereka bersenda gurau tentang pacarnya masing-masing dalam kalimat-kalimat yang porno. Biasalah, anak muda. Mereka bilang: “carpe diem” – (manfaatkanlah hari untuk kesenangan) selagi masih muda, sebab masa muda tidak terjadi dua kali. Dalam perjalanan sebelum tiba di tempat tujuan, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang gadis yang mengendarai sepeda motor sendirian. Melihat itu salah seorang dari mereka langsung berteria: “ayo, carpe diem”! Semua mengerti akan maksud teriakan ini. Mereka bersama-sama menghadang gadis itu dan menghentikan sepeda motornya. Niat jahat pun muncul. Mereka memaksa gadis itu masuk ke hutan dan mereka memperkosanya secara bergilir hingga gadis itu tewas. Beberapa waktu kemudian berita itu ramai terdengar dan para pemuda itu semuanya ditangkap dan disekap di penjara hingga belasan tahun. Berita seperti ini sudah beberapa kali disiarkan oleh beberapa TV swasta di negeri kita. Berita yang mengerikan dan menakutkan.

Penulis kitab pengkotbah mungkin pernah menyaksikan atau mendengar berita seperti ini dalam hidupnya. Melalui tulisannya dalam bacaan pertama hari ini ia mengatakan: “Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan. Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!", sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan datang kembali sesudah hujan, pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur” (bdk Pkh 11:9-12:8)
Penulis kitab ini hendak mengingatkan manusia, khususnya kaum muda bahwa Tuhan memperbolehkan kita untuk hidup dalam sukacita, namun semua sukacita itu harus dikendalikan dengan kesadaran akan tanggung jawab sebagai anak-anak Tuhan yang baik, benar serta tertib, bukannya untuk berdosa atau melakukan kejahatan dan membuat kita menderita. Tuhan mahabaik dan memberi manusia kebebasan untuk mengaktualisasi diri secara optimal demi kebahagiaan dan sukacita sebagai anak-anak Tuhan. Mengingat Pencipta berarti bertindaklah dengan cara yang dikehendaki-Nya, sebab Ia telah menciptakan kita dengan mulia, ditebus dengan darah Putera-Nya dan menyertai hidup kita dengan Roh Kudus-Nya agar kita semua hidup dalam kekudusan dalam perjalanan menuju hidup abadi.

Tuhan Yesus dikagumi dan dipuji oleh banyak orang dan mereka mengharapkan Dia menjadi raja Israel. Namun harapan itu menjadi sirna ketika sabda-Nya digenapi: Ia akan diserahkan kepada pengadilan manusia. Menderita sedemikian hebat meskipun tanpa salah dan tanpa dosa. Kebenaran ini mengajarkan kita bahwa sebaik dan sebesar apapun sukacita yang kita nikmati dalam hidup ini, pada akhirnya kita semua menghadapi pengadilan terakhir dari Yang Mahatinggi, suatu keadaan yang tak terduga, penderitaan dan kebinasaan tubuh, yang mesti dilewati sebelum kita mencapai kemuliaan Allah (Luk 9:43b-45). Semua bentuk sukacita di dunia ini ada batasnya. Batas-batas itu perlu dijaga sedemikian rupa agar pada akhirnya kita sanggup mempertanggungjawabkan semua tugas yang kita terima dengan baik dan selamat.

Tuhan sendiri telah datang dan menunjukkan kepada kita jalan terbaik. Sabda-Nya membimbing kita agar berjalan di jalan-Nya, jalan kebenaran dan kehidupan. Tiada yang lebih baik dari itu lagi. amin    




Adhitz Ads