Ayub orang saleh, baik dan
taat pada perintah Allah. Tiba-tiba dalam sekejap mata hidupnya berubah total.
Menurut cerita Kitab Ayub kemarin, dalam tempo hanya sehari ia kehilangan
segala-galanya. Reaksi pertama ia mengatakan: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang
mengambil, terpujilah nama TUHAN!"(Ayb 1:21). Namun dalam bacaan hari
ini reaksinya agak lain dan penuh dengan pertanyaan, mengapa? Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir,
atau binasa waktu aku keluar dari kandungan? Mengapa pangkuan menerima aku;
mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu? Jikalau tidak, aku sekarang
berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat bersama-sama
raja-raja dan penasihat-penasihat di bumi, yang mendirikan kembali reruntuhan
bagi dirinya, atau bersama-sama pembesar-pembesar yang mempunyai emas, yang
memenuhi rumahnya dengan perak. Atau mengapa aku tidak seperti anak gugur yang
disembunyikan, seperti bayi yang tidak melihat terang? (Ayb 3:11-16). Batin
Ayub sangat terluka, ia merasa ada sesuatu yang tidak adil telah terjadi atas
dirinya, namun ia tidak mempersalahkan Tuhan, ia hanya bisa mengeluh dan
mengeluh dengan bertanya, mengapa? Ia sedih dan terluka, tetapi hanya sampai
pada tingkatan bertanya: mengapa? Tak ada jawaban dari Tuhan.
Tuhan Yesus berkeliling dari
kampung ke kampung. Dalam perjalanan menuju Yerusalem ia ingin mampir di sebuah
desa orang Samaria, tetapi mereka menolak Dia. Para rasul marah dan ingin balas
dendam, namun Yesus menegur mereka dan berkata: “Anak manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk
menyelamatkannya” (bdk Luk 9:51-56).
Jawaban Yesus ini mungkin menjadi jawaban umum dari pertanyaan Ayub,
mengapa? Apapun tantangan dan penderitaan yang dialami manusia pasti bukan
datang dari Tuhan, bukan pencobaan yang dikerjakan Tuhan. Tuhan hanya bekerja
untuk menyelamatkan, bukan untuk mencoba atau menguji. Karena itu tak ada
gunanya kita bertanya, mengapa kepada Tuhan? Tak ada alasan bagi Tuhan untuk
mencobai manusia. Pada Tuhan hanya ada
KASIH DAN KESELAMATAN ! Tuhan tak pernah merancang bencana dan penderitaan,
tetapi hanya keselamatan.
Jika ada godaan kebimbangan
terhadap rancangan Tuhan yang selalu mahabaik, mulai hari ini kita bertobat dan
berkata: Tuhan hanya mengasihi manusia dan hanya mau menyelamatkannya!